Konten dari Pengguna

Pengembangan Energi Terbarukan dari Laut: Potensi dan Tantangan di Indonesia

CLARA ANGELA DIVA AMBARURA
Ocean Engineering Student, Sepuluh Nopember Institute of Technology who are looking for an opportunity to add more experience.
10 Mei 2025 11:02 WIB
·
waktu baca 8 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari CLARA ANGELA DIVA AMBARURA tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Dokumentasi Pribadi Clara Angela Diva Ambarura
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Dokumentasi Pribadi Clara Angela Diva Ambarura
ADVERTISEMENT
Oleh: Clara Angela Diva Ambarura | Mahasiswa Teknik Kelautan - ITS Surabaya
ADVERTISEMENT
Pendahuluan
Indonesia merupakan negara kepulauan terbesar di dunia yang terdiri lebih dari 17.000 pulau dan memiliki garis pantai sepanjang sekitar 108.000 km. Dengan luas wilayah laut yang mencakup lebih dari dua pertiga total wilayahnya, Indonesia memiliki kekayaan sumber daya laut yang luar biasa.
Salah satu potensi besar yang dimiliki adalah energi terbarukan dari laut. Energi terbarukan dari laut adalah suatu energi yang dihasilkan dengan memanfaatkan energi dari laut dan sumber daya lainnya untuk menghasilkan listrik atau energi lainnya, seperti energi gelombang, pasang surut, arus laut, dan energi panas laut.
Di tengah meningkatnya kebutuhan energi dan krisis yang ditimbulkan oleh ketergantungan terhadap bahan bakar fosil, energi laut menjadi salah satu sumber energi alternatif yang mulai mendapat perhatian. Energi ini tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga bersifat berkelanjutan. Namun, meskipun Indonesia memiliki potensi energi laut yang sangat besar, hingga kini pemanfaatannya masih sangat minim jika dibandingkan dengan negara lain seperti Inggris, Korea Selatan, atau Norwegia yang telah lebih dulu mengembangkan teknologi energi kelautan.
ADVERTISEMENT
Artikel ini akan membahas secara mendalam mengenai jenis-jenis energi laut, potensi yang dimiliki Indonesia, serta berbagai tantangan yang dihadapi dalam upaya pengembangannya. Di samping itu, akan dibahas pula upaya-upaya strategis yang dapat dilakukan untuk mendorong kemajuan sektor ini di masa depan.
Jenis-Jenis Energi Terbarukan dari Laut
Energi laut dapat diklasifikasikan menjadi beberapa jenis berdasarkan sumber daya dan teknologi konversinya, antara lain:
1. Energi Gelombang Laut (Wave Energy)
Energi ini dihasilkan dari gerakan naik turun permukaan laut yang diakibatkan oleh angin yang bertiup di atas laut. Teknologi konversi energi gelombang dapat berupa pelampung yang naik turun, piston hidrolik, atau turbin osilasi. Energi gelombang laut sangat menjanjikan karena sifatnya yang konstan dan dapat diprediksi.
ADVERTISEMENT
2. Energi Pasang Surut (Tidal Energy)
Energi ini diperoleh dari perbedaan tinggi muka air laut saat pasang dan surut, yang biasanya terjadi dua kali sehari. Untuk memanfaatkannya, dibangun bendungan (barrage) atau turbin bawah laut di lokasi-lokasi dengan selisih pasang surut yang signifikan.
3. Energi Arus Laut (Ocean Current Energy)
Energi ini berasal dari pergerakan horizontal air laut yang dihasilkan oleh interaksi angin, suhu, salinitas, dan gravitasi bumi. Mirip dengan energi angin, energi ini dapat dimanfaatkan dengan menggunakan turbin bawah laut.
4. Energi Termal Laut (Ocean Thermal Energy Conversion/OTEC)
Energi ini memanfaatkan perbedaan suhu antara permukaan laut yang hangat dan air laut dalam yang dingin untuk menggerakkan turbin melalui sistem termodinamika. Teknologi ini cocok diterapkan di wilayah tropis seperti Indonesia.
ADVERTISEMENT
5. Energi Osmosis (Salinity Gradient Energy)
Energi ini diperoleh dari perbedaan konsentrasi garam antara air laut dan air tawar. Meskipun masih dalam tahap pengembangan, teknologi ini menjanjikan di masa depan.
Potensi Energi Laut di Indonesia
Indonesia memiliki potensi energi laut yang sangat besar, namun belum dimanfaatkan secara optimal. Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), potensi energi laut Indonesia diperkirakan mencapai lebih dari 60 GW. Rinciannya antara lain:
• Energi Arus dan Pasang Surut: Diperkirakan memiliki potensi lebih dari 20 GW, terutama di wilayah Selat Larantuka (NTT), Selat Sunda, Selat Malaka, dan perairan sekitar Flores dan Maluku.
• Energi Gelombang: Pantai selatan Pulau Jawa, Sumatera, dan Bali memiliki potensi gelombang laut yang tinggi, dengan estimasi total potensi sekitar 17 GW.
ADVERTISEMENT
• Energi Termal (OTEC): Sebagai negara tropis, Indonesia berpotensi menghasilkan energi termal laut dari banyak wilayah laut dalam seperti perairan Maluku dan Sulawesi.
• Energi Osmosis: Indonesia memiliki banyak muara sungai besar yang bisa dikembangkan menjadi sumber energi salinity gradient, walaupun masih belum dikomersialkan.
Namun demikian, sebagian besar dari potensi ini masih berupa potensi teoritis dan belum banyak dikonversi menjadi potensi teknis, apalagi ekonomis. Hingga saat ini, hanya terdapat beberapa proyek percontohan (pilot project) dan studi kelayakan yang dilakukan oleh pemerintah, universitas, dan mitra luar negeri.
Tantangan Pengembangan Energi Laut di Indonesia
Meskipun peluangnya besar, pengembangan energi terbarukan dari laut di Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan, baik dari segi teknis, ekonomi, sosial, maupun kelembagaan. Berikut adalah beberapa tantangan utama:
ADVERTISEMENT
1. Keterbatasan Teknologi dan Infrastruktur
Teknologi konversi energi laut, seperti turbin arus bawah laut atau sistem OTEC, memerlukan rekayasa teknik yang kompleks dan presisi tinggi. Indonesia masih sangat terbatas dalam hal penguasaan teknologi ini. Selain itu, infrastruktur pendukung seperti pelabuhan khusus, kapal penelitian, dan laboratorium kelautan juga masih minim.
2. Biaya Investasi yang Tinggi
Pengembangan energi laut membutuhkan investasi awal yang besar, terutama dalam pembangunan fasilitas pembangkit dan pengadaan teknologi. Hal ini membuat investor swasta cenderung ragu untuk masuk ke sektor ini, terlebih karena pengembalian investasinya tidak secepat energi fosil atau energi terbarukan lain seperti surya dan angin.
3. Regulasi yang Belum Mendukung
Hingga kini, Indonesia belum memiliki regulasi khusus yang mengatur pengembangan energi laut secara menyeluruh. Banyak proyek energi laut masih terbentur dengan izin lokasi, tumpang tindih lahan dengan wilayah konservasi, serta belum adanya skema insentif yang menarik bagi pengembang.
ADVERTISEMENT
4. Rendahnya Kesiapan Sumber Daya Manusia (SDM)
Pengembangan energi laut membutuhkan tenaga ahli dari berbagai disiplin ilmu seperti teknik kelautan, kelistrikan, oseanografi, dan hukum kelautan. Saat ini, jumlah tenaga ahli di Indonesia yang memiliki kompetensi khusus di bidang ini masih sangat terbatas. Perguruan tinggi belum banyak yang membuka program studi atau konsentrasi khusus tentang energi laut.
5. Minimnya Kesadaran dan Dukungan Masyarakat
Partisipasi dan dukungan masyarakat pesisir terhadap proyek energi laut masih rendah. Hal ini disebabkan oleh kurangnya sosialisasi dan pemahaman mengenai manfaat serta dampak proyek terhadap kehidupan mereka. Ketika masyarakat tidak dilibatkan dalam proses awal, maka resistensi sosial bisa menjadi penghambat utama.
Upaya dan Strategi Pengembangan
Untuk mengatasi berbagai tantangan tersebut, diperlukan upaya dan strategi komprehensif dari berbagai pihak, termasuk pemerintah, akademisi, swasta, dan masyarakat. Beberapa langkah strategis yang dapat diambil antara lain:
ADVERTISEMENT
1. Peningkatan Penelitian dan Inovasi Teknologi
Perguruan tinggi dan lembaga riset harus diberdayakan untuk melakukan penelitian terapan dan pengembangan teknologi yang sesuai dengan kondisi geografis Indonesia. Misalnya, penelitian tentang turbin arus laut yang cocok untuk arus kecil atau sistem OTEC skala kecil yang efisien.
2. Pengembangan SDM dan Pendidikan
Mendorong universitas untuk membuka program studi atau mata kuliah khusus tentang energi laut. Selain itu, program pelatihan teknis bagi tenaga kerja dan sertifikasi profesi juga perlu dikembangkan.
3. Penyusunan Regulasi dan Insentif
Pemerintah perlu segera merumuskan regulasi khusus mengenai energi laut yang mencakup zonasi, standar keselamatan, hak akses, dan skema tarif feed-in. Pemberian insentif fiskal seperti pajak rendah, subsidi teknologi, atau pinjaman berbunga rendah dapat menarik minat investor.
ADVERTISEMENT
4. Penerapan Proyek Percontohan
Melakukan pembangunan proyek percontohan di wilayah-wilayah yang memiliki potensi besar dan akses yang mudah, seperti Selat Larantuka atau Pantai Selatan Jawa. Proyek ini bertujuan untuk menunjukkan kelayakan teknis dan ekonomi energi laut, serta sebagai sarana edukasi masyarakat dan pelatihan teknis.
5. Mendorong Kolaborasi Internasional
Kerja sama dengan negara-negara yang telah lebih maju dalam energi laut seperti Jepang, Korea Selatan, Inggris, dan Belanda dapat mempercepat alih teknologi dan pengetahuan. Kolaborasi ini dapat dilakukan melalui pertukaran peneliti, bantuan teknis, maupun pembiayaan bersama.
Kesimpulan
Energi terbarukan dari laut merupakan potensi besar yang dimiliki Indonesia untuk menjawab tantangan krisis energi dan perubahan iklim global. Sebagai negara kepulauan dengan lebih dari 17.000 pulau dan garis pantai terpanjang kedua di dunia, Indonesia memiliki keunggulan geografis dan kelautan yang tidak dimiliki banyak negara lain.
ADVERTISEMENT
Potensi energi laut Indonesia mencakup berbagai jenis, mulai dari energi gelombang, pasang surut, arus laut, OTEC (Ocean Thermal Energy Conversion), hingga energi angin lepas pantai. Sayangnya, hingga saat ini pemanfaatan energi laut masih jauh dari optimal dan belum menjadi prioritas utama dalam bauran energi nasional. Sebagian besar potensi ini belum tersentuh karena keterbatasan infrastruktur, riset yang masih minim, serta kurangnya insentif bagi pelaku industri untuk berinvestasi.
Tantangan besar yang dihadapi Indonesia dalam mengembangkan energi laut tidak hanya bersifat teknis, tetapi juga struktural dan sosial. Keterbatasan teknologi dalam konversi energi laut menjadi energi listrik yang efisien dan ekonomis masih menjadi kendala utama. Selain itu, regulasi yang belum mendukung dan cenderung lambat dalam mengikuti perkembangan teknologi membuat proses adopsi menjadi berlarut-larut.
ADVERTISEMENT
Kurangnya SDM yang memiliki kompetensi di bidang kelautan dan energi terbarukan juga memperparah kondisi ini. Belum lagi minimnya partisipasi masyarakat, yang bisa disebabkan oleh kurangnya edukasi tentang pentingnya transisi energi dan manfaat jangka panjang dari energi laut. Dalam konteks ini, sinergi lintas sektor menjadi kunci. Pemerintah, lembaga riset, perguruan tinggi, industri, dan masyarakat harus bersatu dalam visi yang sama untuk mempercepat transformasi energi.
Langkah konkret yang harus diambil mencakup peningkatan dana riset dan pengembangan (R&D), penyederhanaan regulasi yang mendukung inovasi, serta penciptaan ekosistem investasi yang kondusif. Pemerintah dapat memberikan insentif fiskal bagi investor yang ingin masuk ke sektor energi laut, memperluas program kemitraan dengan universitas dan lembaga litbang, serta menyusun roadmap nasional energi laut yang jelas dan terukur.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, perguruan tinggi dan sektor industri harus bekerja sama dalam menyusun kurikulum yang relevan dan aplikatif, serta menyediakan fasilitas pelatihan dan magang yang berfokus pada teknologi kelautan dan energi berkelanjutan. Pendidikan dan pelatihan vokasi di bidang teknik kelautan, energi terbarukan, dan manajemen proyek juga harus ditingkatkan, untuk mencetak generasi SDM yang tidak hanya andal secara teknis, tetapi juga memiliki wawasan lingkungan dan keberlanjutan.
Dengan komitmen dan kerja sama yang kuat dari semua pihak, Indonesia memiliki peluang besar untuk menjadi pelopor dalam pemanfaatan energi laut, tidak hanya di tingkat regional tetapi juga di kancah dunia. Pembangunan pembangkit energi laut yang tersebar di berbagai wilayah pesisir bisa membantu mengatasi ketimpangan akses listrik di daerah terpencil, sekaligus memperkuat ketahanan energi nasional.
ADVERTISEMENT
Ini bukan hanya tentang memanfaatkan sumber daya yang melimpah, tetapi juga tentang mengambil langkah konkret menuju masa depan energi yang berkelanjutan, ramah lingkungan, dan mandiri. Transformasi ini akan menjadi tonggak penting dalam perjalanan Indonesia menuju kedaulatan energi, serta kontribusi nyata dalam upaya global melawan perubahan iklim.