Konten dari Pengguna

Perjalanan Tanpa Persiapan

Clara Amelia
Mahasiswi Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
25 Mei 2022 21:47 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Clara Amelia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Potret air mancur di Vimala Hills, Talaga Sampireun (atas) dan potret suasana malam di Chevilly Resort & Camp Bogor (bawah) pada Mei 2022.
zoom-in-whitePerbesar
Potret air mancur di Vimala Hills, Talaga Sampireun (atas) dan potret suasana malam di Chevilly Resort & Camp Bogor (bawah) pada Mei 2022.
ADVERTISEMENT
Berlibur menjadi sesuatu yang dinanti-nantikan banyak orang, namun bagaimana jika dihadapi dengan liburan dadakan?
ADVERTISEMENT
Kala itu, kami sekeluarga dan keluarga Kakak Ibuku memutuskan untuk berpergian. Rencana awalnya hanya makan-makan saja di sebuah mal Jakarta, tapi seketika sebuah ide muncul di benak Kakakku.
“Kalo mal terus kan bosan ya, gimana kalo ke Cimory Puncak? Hitung-hitung refreshing,” celetuk Kakakku.
Kami pikir itu ide yang bagus, tapi ternyata berbagai hal muncul di kala itu. Dikarenakan pengunjung Bogor dan Puncak meningkat drastis, banyak jalan ditutup. Kami pun terpaksa melewati jalan rumah warga. Kala itu banyak orang yang menawari dirinya untuk mengantarkan kami ke tempat tujuan, sebut saja “joki”. Kami yang merupakan orang asing di Bogor, mau tidak mau menerima tawaran tersebut.
Sempit, turunan, dan tanjakan menjadi jalan yang kami tempuh untuk bisa ke Cimory. Baru saja seperempat jalan, Kakaknya Ibuku ternyata kebelet buang air besar. Akhirnya kami menepi di sebuah warung. Hanya dalam waktu 10 menit, setelah itu kami melanjutkan perjalanan.
ADVERTISEMENT
Jalan demi jalan kami tempuh, setiap tikungan selalu ada sekumpulan orang yang menagih uang. Bahkan ada jalan yang diportal, jika kami tidak bayar maka kami tidak diperbolehkan lewat. Jika dihitung-hitung, hanya untuk melewati jalan itu, Rp30.000 – Rp50.000 terbuang sia-sia. Belum lagi bayar “joki”.
Ada pula kejadian di mana kami salah jalan, akhirnya mobil kami harus mundur. Namun tidak lama setelah kejadian itu, Kakakku sebagai pemberi ide memutuskan untuk tidak ke Cimory. Jam sudah menunjukkan pukul 15.30, sedangkan Cimory tutup jam 17.00.
“Sepertinya percuma deh kalo ke Cimory sekarang. Sampai sana pasti sudah jam 16.00, sedangkan Cimory tutup jam 17.00. Masa perjalanan jauh hanya terbayar dengan 1 jam,” ujar Kakakku.
ADVERTISEMENT
Akhirnya kami memutuskan untuk makan di Vimala Hills, karena jaraknya tidak jauh dari tempat kami berhenti saat itu. Di Vimala Hills sempat mati lampu, entah mati lampu atau listriknya turun. Untungnya kami sudah selesai menyantap makanan yang disajikan.
Setelah dari Vimala Hills, kupikir saatnya pulang. Ternyata ide Kakakku ini tidak ada habisnya. Sepanjang perjalanan kami semua berpikir, rumah menjadi tujuan kami, namun tidak.
Chevilly Resort & Camp Bogor menjadi destinasi wisata malam kami kala itu. Sampai di sana, kami takjub dengan banyaknya lampu warna-warni dan berbagai spot foto.
“Wah bagus banget tempatnya. Aku mau beli boba,” ujar anak Kakakku, saat melihat pemandangan Chevilly dan bantal boba yang terpampang dijual.
Setelah naik beberapa wahana, kupikir kami akan pulang. Kenyataannya, Kakakku memesan kamar penginapan untuk kami semua. Tentu kami terkejut, karena rencana awalnya yang hanya ke sebuah mal, tiba-tiba menginap.
ADVERTISEMENT
Setelah memesan kamar penginapan, kami memutuskan untuk menelusuri wahana dan spot foto di Chevilly. Saking banyaknya wahana dan spot foto di Chevilly, kami sampai lupa waktu. Tak terasa waktu sudah menunjukkan pukul 23.40, itu artinya 20 menit lagi wahana dan spot foto akan ditutup.
Sesampainya di kamar, kami semua mandi dan mengganti pakaian dengan pakaian yang baru saja kami beli. Malamnya, perutku terasa sakit, seperti bunyi orang lapar tapi nyatanya tidak. Justru bukan membutuhkan makanan atau cairan, malah mengeluarkan makanan dan cairan. Sakit itu terus terasa dan mendampingiku sampai keesokan harinya.
Pagi harinya, kami semua terbangun dengan dicemaskan oleh keadaanku. Waktu sarapan tiba, aku hanya makan beberapa suap bubur dan tak lupa obat. Setelah itu keadaan perutku membaik, tapi kepalaku berulah. Pusing di kepalaku membuat diriku tak sanggup untuk berpergian lagi. Akhirnya, kami pun memustuskan untuk pulang, sebelum tenggat check out.
ADVERTISEMENT
Meski banyak sesuatu terjadi di luar kemauan kita dan sesuatu itu merupakan hal yang tidak menyenangkan, tapi perjalanan ini tetap berkesan untuk kami. Asal menjalaninya dengan keluarga dan penuh rasa syukur, apapun itu keadaannya pasti akan tetap berkesan.