Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.102.2
Konten dari Pengguna
Toko Kelontong Ibu Artita: Menjadi Penyelamat Pedagang Kecil di Lubuk Basung
2 Oktober 2024 9:23 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Claudia Aviva tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT


Seperti yang kita semua tau toko kelontong adalah salah satu Bisnis yang paling banyak dilakukan oleh masyarakat. Kita bisa menemukan toko kelontong hampir disetiap sudut perumahan atau di pinggir jalan. Lalu apa yang membuat toko kelontong milik ibu Artita menjadi pilihan orang untuk tetap berlangganan?
Terletak di pinggir jalan raya lebih tepat nya di simpang gudang, Lubuk Basung, Agam, Sumatra Barat. Toko kelontong raka yang berdiri sejak tahun 2023 kini menjadi penyelamat para pedagang kecil di sekitarnya. Ibu Artita sebagai pemilik toko kelontong yang didirikan bersama sang suami membagikan sedikit kisah awal mula berdiri nya toko kelontong ini.
Toko kelontong merupakan toko yang menjual beragam macam kebutuhan sehari-hari. Biasanya produk yang dijual seperti peralatan serta kebutuhan rumah tangga, seperti beras, dapur, hingga sabun dan lain sebagainya.
Membuka toko kelontong sudah menjadi impian beliau sejak lama, Tetapi seperti yang kita semua ketahui toko kelontong adalah usaha yang telah banyak dilakukan masyarakat, jadi jika ingin membuka usaha ini, kita harus memiliki sesuatu yang bisa menjadi pembeda antara toko kita dengan toko orang lain. Selain itu, membuka toko kelontong juga harus memiliki biaya yang cukup besar.
Ibu Artita sempat mengalami kesulitan mencari modal saat akan membuka toko kelontong ini, apalagi pada saat itu sedang ada wabah covid yang menyerang. “pas awal awal tuh saya sempet kesusahan untuk mencari modal, apalagi saat itu covid sedang naik naik nya, semua serba susah, jangankan modal untuk usaha, untuk makan aja belum tentu ada” Ucap beliau.
Ibu Artita mengatakan jika ia memutar uang 200 ribu untuk memulai semuanya, beliau memulai dengan menjual tahu goreng dan makanan makanan ringan. “Hasil penjualan saat itu tidak pernah saya gunakan, saya simpen uangnya untuk membuka toko kelontong yang saya punya saat ini, alasannya ya karena sudah impian saya sejak lama dan juga untuk menambah penghasilan” Tambah beliau.
Karena pengalaman tersebut lah yang membuat ibu Artita membuka toko kelontong yang bisa mengambil barang terlebih dahulu dan dibayar nanti. Ibu Artita membuat sistem seperti ini kepada para pedagang kecil disekitarnya. Di sekitar toko kelontong beliau banyak terdapat pedagang makanan, seperti roti bakar, pecel lele, bakso, pisang keju, dan masih banyak lagi. Para pedagang tersebut bisa mengambil barang yang dibutuhkan dan membayar nya ketika akan pulang atau ketika sudah mendapatkan hasil dari penjualan dagangan mereka.
Tidak selalu ramai menjadi alasan terbesar para pedagang tersebut tidak memiliki modal untuk berjualan di hari esok, Apalagi jika cuaca sedang tidak bagus. “kalau lagi sepi ya sepi banget, kadang saya Cuma jual 2 porsi martabak manis dalam sehari, wah itu saya pusing banget cara cari modal untuk jualan besok nya” Keluh salah seorang pedagang martabak yang menjadi pelanggan tetap toko kelontong raka.
Hal seperti lah yang memotivasi ibu Artita membuka toko kelontong dengan sistem bayar nanti setelah dagangan habis. Para penjual yang tidak memiliki modal jadi tetap bisa berjualan dengan cara mengambil terlebih dahulu barang yang dibutuhkan Untuk berjualan dan membayar nya nanti ketika sudah selesai berjualan. Karena sistem ini banyak sekali pedagang kecil merasa terbantu. “Saya tau banget susah nya cari modal, jadi saya mau bantu orang lain yang ngalamin kesusahan seperti yang saya alami dulu” Ucap Ibu Artita.
Toko kelontong yang didirikan ibu Artita dan sang suami dengan modal awal hanya Rp200.000 menjadi berkembang hingga saat ini dengan pengahasilan kurang lebih Rp700.000-1000.000 per hari. Penghasilan yang beliau dapatkan sebagian besar bergantung pada pedagang-pedagang kecil disekitarnya.“kalau pada bayar belanjaan, saya bisa dapat kurang lebih Rp1.000.000-Rp1.500.000 per hari. Kalau belum pada bayar biasanya hanya sekitar Rp500-Rp700.000an” Jelas ibu Artita.
Dalam membuka bisnis tentu saja pasti akan merasakan yang namanya kelebihan dan kekurangan, itu sudah pasti. “kalau kelebihan nya itu ya kita bisa mudah dapat pelanggan tetap, saya punya banyak pelanggan tetap, dan kebanyakan dari mereka adalah pedagang makanan disekitar sini”.
Mendapat pelanggan tetap adalah salah satu keuntungan yang dirasakan oleh ibu Artita saat membuka toko kelontong dengan sistem seperti ini, selain karena alasan tersebut ibu Artita juga melakukannya karena beliau tau sulit nya mencari modal dan ingin membantu pedagang lainnya.
Selain kelebihan tentu saja ada kekurangan yang dirasa, ibu Artita mengatakan bahwa terkadang beliau merasa kesulitan memutar modal saat pelanggan nya belum membayar, sedangkan banyak barang yang harus diisi ulang oleh beliau. “apalagi kalau musim hujan seperti saat ini, orang tidak ada yang keluar rumah untuk membeli makanan, otomatis pelanggan saya juga tidak bisa membayar modal yang hari ini terpakai,” tambah sang suami.
Ibu Artita juga menjelaskan bahwa terkadang beliau kesulitan untuk mengantar barang barang yang dibeli pelanggan saat suami nya bekerja. “pelanggan saya biasa nya belanja dalam jumlah besar dan minta diantarkan ke rumah nya, saya kadang bingung bagaimana cara mengantarkan nya, biasanya ada anak saya yang bantu tapi sekarang anak saya sedang pergi merantau untuk sekolah, sedangakan suami saya sedang bekerja,” tambah ibu Artita.
ADVERTISEMENT
Begitulah kisah dari ibu Artita pemilik toko kelontong yang menjadi penyelamat pedagang kecil disekitarnya. Meskipun menghadapi tantangan dalam pengelolaan modal dan pengantaran barang, Ibu Artita tetap berkomitmen untuk mendukung komunitas lokal yang mengalami kesulitan finansial.
Claudia Aviva
(Jurusan Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Andalas)