Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.1
Konten dari Pengguna
Dosen Unika Atma Jaya Tanggapi Virus hMPV Sekuel Teror Dunia
20 Januari 2025 11:50 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ditulis Oleh: dr. Daniel Edbert, M.Ked.Klin., Sp.MK – Dosen Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Unika Atma Jaya
Pandemi COVID-19 yang telah berlangsung selama hampir separuh dekade dan menoreh trauma mendalam bagi sebagian besar orang yang melihat langsung bagaimana pandemi tersebut merenggut orang-orang yang mereka kenal. Meskipun ada orang-orang yang masih merasa pandemi tersebut adalah isu lisan, namun sampai sekarang mereka masih belum bisa memulihkan kehilangan dan kerugian yang telah berdampak bagi sebagian besar penduduk dunia. Semua dampak negatif yang kita rasakan mungkin bisa ditelusuri secara indirek berasal dari beberapa pendapat seperti, “nanti juga sembuh sendiri” atau “hanya batuk pilek saja” atau “saya baik-baik saja, tidak mungkin saya menularkan.” Kesemua pendapat ini menyebabkan penyebaran virus saluran napas yang tidak terkontrol dan merupakan faktor utama dari pandemi COVID-19.
ADVERTISEMENT
Setelah beberapa tahun berlalu, muncul kembali berita peningkatan kasus virus pernapasan lainnya yaitu Human Metapneumovirus (hMPV). Apakah hMPV, yang juga merupakan virus saluran napas dan menular melalui cara yang sama dengan SARS-CoV-2 (yaitu secara droplet) juga berpotensi menyebabkan disrupsi populasi?
Sebelumnya kita perlu mengetahui karakteristik infeksi hMPV. hMPV adalah salah satu penyebab utama infeksi saluran pernapasan bagian atas dan/atau bawah pada manusia. hMPV dapat menginfeksi semua usia, terutama pada anak-anak kecil, lansia, dan individu dengan sistem imun yang lemah. Pada tahun 2016, virus ini diklasifikasikan ulang ke dalam Famili Pneumoviridae.
HMPV adalah virus RNA negative sense, beruntai tunggal, berkapsul fosfolipid. Virus RNA negative sense berarti virus tersebut dapat memperbanyak diri dengan cepat setelah masuk ke dalam saluran pernapasan dan menimbulkan gejala yang akut. Namun sifatnya sebagai virus RNA untai tunggal berarti infeksinya bersifat akut karena kecenderungan instabilitas replikasi RNA yang membutuhkan tahap lebih rumit dan “peralatan” enzimatik yang lebih banyak dibanding virus DNA, ditambah lagi tidak adanya untai pasangan nya yang bisa digunakan untuk mengoreksi urutan gen yang mengalami kesalahan replikasi.
ADVERTISEMENT
Infeksi hMPV biasanya terjadi sebelum usia 5 tahun dan dapat mengalami infeksi ulang pada segala usia. Gejala yang paling sering muncul akibat infeksi hMPV adalah infeksi saluran pernapasan bagian atas dan/atau bawah. Karena gejalanya sering mirip dengan infeksi saluran pernapasan lainnya, hMPV sering kali tidak terdiagnosis dan dianggap sebagai infeksi pernapasan biasa, sehingga mungkin sebagian populasi di Indonesia sudah pernah terjangkit virus ini sebelumnya. Infeksi hMPV pada orang sehat biasa terbatas pada gejala infeksi saluran napas atas ringan, namun bayi prematur, individu dengan sistem imun yang lemah, atau mereka yang
memiliki penyakit kronis pada paru-paru, saraf, atau jantung dapat menunjukan gejala yang lebih berat.
Secara umum, orang yang terinfeksi hMPV akan menunjukan gejala pilek, batuk, demam, sakit tenggorokan, hidung meler atau tersumbat, nyeri sendi, dan sakit kepala. Dibandingkan SARS-CoV-2, hMPV tidak menyebabkan anosmia berat (hilangnya kemampuan menghidu) atau happy hypoxia
ADVERTISEMENT
(kekurangan saturasi oksigen tanpa disadari). Kedua gejala tersebut adalah gejala khas COVID-19 yang tidak mudah terdeteksi namun tidak ditemukan pada infeksi hMPV. Gejala infeksi hMPV yang lebih berat meliputi sesak napas, nyeri dada, pusing, kelelahan berat, dehidrasi, atau demam tinggi yang tidak kunjung membaik. Jika seseorang mengalami gejala-gejala ini, sebaiknya segera mencari bantuan medis. Angka kematian yang disebabkan oleh hMPV jauh lebih rendah dari SARS-CoV-2, namun gejala yang lebih berat tetap membutuhkan perawatan di rumah sakit.
Virus tersebut berkapsul fosfolipid berarti virus dapat masuk ke dalam sel manusia dengan mudah. Virus ini membutuhkan media penghantar untuk berpindah dari orang satu ke orang lain karena struktur kapsul fosfolipidnya. Media penghantar ini disebut “droplet” yaitu cairan yang keluar dan terhirup saat orang sakit batuk atau bersin, dan “fomites” yaitu droplet yang mengering dipermukaan kulit dan menular saat kontak secara langsung seperti berjabat tangan, serta menyentuh benda atau permukaan yang terkontaminasi virus, kemudian menyentuh mulut, hidung, atau mata. Tetapi karena kapsul tersebut terutama terbuat dari lemak, fosfat, dan protein, artinya virus tersebut akan mudah rusak jika terkena sabun, alkohol 70%, klorin, pemanasan, dan pengeringan. Menariknya, virus dengan kapsul fosfolipid akan sangat mudah terserap dan menempel dalam masker medis karena muatan statiknya, sehingga virus ini sangat efektif dicegah penyebarannya jika penderita disiplin menggunakan masker medis.
ADVERTISEMENT
Masyarakat dapat membantu mencegah penyebaran HMPV dan virus pernapasan lainnya dengan langkah-langkah berikut:
Bagi pasien yang memiliki gejala batuk pilek, disarankan untuk:
Selain itu, membersihkan permukaan yang mungkin terkontaminasi (seperti gagang pintu dan mainan bersama) juga dapat membantu mencegah penyebaran hMPV.
Jadi, apakah hMPV merupakan sekuel dari pandemi? Tidak. Gejala hMPV lebih ringan dengan risiko kematian yang sangat rendah. Ditambah dengan pengetahuan yang sudah dimiliki sekarang, Masyarakat dapat mencegah infeksi hMPV mulai dari diri sendiri!
ADVERTISEMENT
Live Update