Konten dari Pengguna

Pernikahan Dianggap Menakutkan di Era Modern

Cornelius Henry Wibowo
Pelajar di SMK Telkom Purwokerto
2 September 2024 13:15 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cornelius Henry Wibowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi pertengkaran dalam pernikahan. Credit: Freepik.com | https://www.freepik.com/free-photo/young-beautiful-couple-man-woman-quarreling-shouting-with-clenched-fists-standing-white-wall_14892625.htm#fromView=search&page=1&position=35&uuid=9eb3c25d-1f61-45b1-a271-4cc5ed7af60f
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi pertengkaran dalam pernikahan. Credit: Freepik.com | https://www.freepik.com/free-photo/young-beautiful-couple-man-woman-quarreling-shouting-with-clenched-fists-standing-white-wall_14892625.htm#fromView=search&page=1&position=35&uuid=9eb3c25d-1f61-45b1-a271-4cc5ed7af60f
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Pernikahan dianggap ‘menakutkan’ oleh banyak orang di era modern ini dengan ungkapan “Marriage Is Scary”. Banyaknya kasus perceraian, pertengkaran, hingga KDRT(Kekerasan Dalam Rumah Tangga) menjadi penyebab munculnya ketakutan terhadap pernikahan. Perkembangan teknologi yang begitu cepat membuat berita terkait menjadi sangat cepat tersebar ke masyarakat umum. Kebebasan berekspresi digital juga menjadikan banyak orang ikut menyebarkan pengalaman tidak menyenangkan mereka terkait pernikahan.
ADVERTISEMENT

Memangnya, Apa Itu Pernikahan?

Pernikahan merupakan bukti komitmen dan tanggung jawab dari kedua pasangan. Di hampir semua agama dan tradisi, pernikahan merupakan hal yang sakral. Pernikahan merupakan tanda bahwa kedua pasangan sudah berkomitmen untuk bersama. Dalam ilmu pengetahuan sekali pun, dua makhluk hidup yang berbeda gender harus meneruskan keturunan mereka. Ditambah dengan adanya kebutuhan psikologis terkait emosi dan perasaan akan rasa cinta, kasih sayang, dan penghargaan.

Ketidaksiapan Mental dan Ekonomi

Ilustrasi Ekonomi. Credit: Freepik.com | https://www.freepik.com/free-photo/reading-glasses-piles-coins-high-view_5683119.htm#fromView=search&page=1&position=0&uuid=c4e7c1fd-1bbc-4722-a523-d01d0d9bf582
Karena itu, banyaknya kasus perceraian, pertengkaran, dan KDRT sebenarnya terjadi karena ketidaksiapan mental dan ekonomi. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis pada 28 Februari 2024, jumlah perceraian di Indonesia pada tahun 2023 mencapai 463.654 kasus. Faktor utamanya adalah pertengkaran, masalah ekonomi, dan KDRT. Ketidaksiapan mental dan ekonomi membuat kedua pasangan mengambil komitmen yang berada diluar kemampuan mereka. Akibatnya, banyak masalah yang terjadi karena kesalahpahaman, emosi yang mudah tersulut, hingga tidak tercukupinya kebutuhan ekonomi.
ADVERTISEMENT
Kurangnya pendidikan menjadi salah satu faktor penyebab banyaknya ketidaksiapan. Padahal, berdasarkan penelitian dari Pusat Statistik Kesehatan Nasional Amerika Serikat, diperkirakan bahwa 78% wanita lulusan perguruan tinggi yang menikah untuk pertama kali antara tahun 2006 dan 2010 dapat memperkirakan pernikahan mereka bertahan setidaknya selama 20 tahun. Namun, di antara wanita yang hanya lulus SMA atau kurang, persentasenya hanya 40%, yang menunjukan bahwa pendidikan bisa mempengaruhi kepuasan dan kelanggengan pernikahan. Jika kita melihat data dari Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) ketiga yang dilakukan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pada tahun 2019, itu menunjukkan indeks literasi keuangan mencapai 38,03%. Angka tersebut masih cukup rendah yang menunjukan bahwa di Indonesia memang masih banyak orang yang belum memiliki pengetahuan dan pemahaman ekonomi yang cukup. Pendidikan mental di Indonesia juga ternyata masih belum cukup. Berdasarkan data dari Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), terjadi sekitar 3.800 kasus perundungan di Indonesia sepanjang 2023. Data dari Kemenkes juga menunjukkan sebanyak 6,1% penduduk Indonesia berusia 15 tahun ke atas mengalami gangguan kesehatan mental.
ADVERTISEMENT
Sebagian orang pasti berpikir bahwa kasus perceraian dan berbagai kekerasan dalam pernikahan bisa terjadi karena berbagai hal, sehingga ketidaksiapan mental dan ekonomi bukanlah satu-satunya. Banyak juga pernikahan yang langgeng tanpa adanya masalah yang berarti. Memang benar, tapi data menunjukan bahwa masih banyak kasus yang terjadi, dan sebagian besar berawal karena ketidaksiapan mental dan ekonomi. Jika kita mengabaikan pentingnya pendidikan terkait, hasilnya hanya akan meningkatkan kasus perceraian dan kekerasan pernikahan.
Oleh karena itu, banyak orang yang pada akhirnya menganggap jika pernikahan itu menakutkan. Minimnya kesiapan karena kurangnya pendidikan menjadi faktor utama dari perceraian, kekerasan, dan pertengkaran yang kemudian menjadi awal dari timbulnya rasa takut ini. Berikan pendidikan dan pemahaman yang cukup. Sertai dengan rasa tanggung jawab dan komitmen. Bersama, ayo kita hilangkan rasa takut pada pernikahan dengan membangun kesiapan mental dan ekonomi di diri generasi muda kita.
ADVERTISEMENT