Pentingnya Disaster Recovery System bagi Perusahaan Digital

Forest Interactive
Forest Interactive is an award-winning telecommunications platform provider operating in 39 countries with 14 physical regional offices.
Konten dari Pengguna
8 Desember 2021 9:05 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Forest Interactive tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Kebakaran Gedung Cyber 1 yang terjadi di kawasan Kuningan Kamis lalu
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Kebakaran Gedung Cyber 1 yang terjadi di kawasan Kuningan Kamis lalu
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kebakaran yang terjadi di Gedung Cyber 1 pada Kamis siang lalu memberikan dampak signifikan bagi transaksi digital di Indonesia. Hal ini didasari karena Gedung Cyber 1 menjadi titik lokasi sejumlah perusahaan teknologi beroperasi.
ADVERTISEMENT
Kebakaran ini menyebabkan jaringan data center yang terganggu, diikuti dengan down-nya sistem operasi pada aplikasi dan website perusahaan yang beroperasi di gedung tersebut. Dampaknya tidak hanya sebatas business loss, tetapi juga hilangnya data dari sistem penyimpanan perusahaan.
Menurut ahli, Fidri Hardiawan, Account Manager Primary Guard Indonesia, perusahaan keamanan siber mengungkapkan pentingnya bagi perusahaan untuk memiliki Disaster Recovery System (DRS). Sebuah sistem yang digunakan untuk mengembalikan data jika terjadi bencana.
Salah satu upaya DRS adalah membawa data perusahaan going to cloud. “Perusahaan harus memiliki pusat penyimpanan data di negara lain yang mereplikasi semua data mereka. Sehingga jika terjadi permasalahan teknis seperti sistem down, kebakaran, banjir dan bencana lainnya, perusahaan bisa menjamin keamanan data mereka,” jelas Fidri.
ADVERTISEMENT
Kemudian, Fidri menyimpulkan bahwa kunci menjaga keamanan data center ketika terjadi bencana adalah menggunakan backup software dan cloud computing. “Yang harus diperhatikan dalam memilih cloud computing adalah ketersediaan data, mendekati Near to Zero Recovery Time Objective (RTO) dan Recovery Point Objective (RPO), dan memiliki situs sekunder sebagai cold site” tambah Fidri.
Dengan kata lain, beberapa hal yang harus dipertimbangkan ketika memilih DRS adalah kecepatan data backup, kemampuan meminimalisasi data lost saat migrasi data, dan adanya target kurasi saat terjadi kegagalan proses transfer data.
Selain itu, Rizki Maulana, Consultant Primary Guard Indonesia menambahkan bahwa cara terbaik mitigasi force majeur di sebuah perusahaan, khususnya yang bergerak di bidang digital, yakni wajib memiliki recovery plan. “Mengevaluasi berbagai opsi dan teknologi penerapan yang dapat membantu perusahaan memilih solusi mana yang paling tepat dapat menjadi strategi yang efektif untuk menghindari konsekuensi dari downtime,” pungkas Rizki.
ADVERTISEMENT
Belajar dari pengalaan bencana kebakaran, tidak lagi cukup hanya untuk melindungi data. Kebutuhan untuk menyediakan bisnis dengan opsi pemulihan bencana jika kehilangan data yang tidak terduga menjadi prioritas. Salah satu yang dapat dilakukan adalah memiliki alat pemulihan data all-in-one yang andal untuk mencadangkan dan menjalankan aplikasi penting.