Rindu Ketupat Lebaran, Mudik ke Gresik adalah Kewajiban

Cory Pramesti
Pecandu kopi tengah malam yang hidup di dua benua, lifeascory.com dan corydiary.blog
Konten dari Pengguna
30 April 2019 19:11 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cory Pramesti tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Icon Gresik Kota Baru
Gresik bagi saya adalah kota kelahiran sekaligus latar penuh kenangan di mana saya menikmati asam manis kehidupan bersama seorang ibu, single fighter yang tak kenal lelah mengabdikan dirinya kepada profesi apapun. Dengan segala keriweuhannya sebagai kota industri, Gresik selalu memiliki magnet yang pantas dirindukan saat lebaran seperti kuliner khasnya: otak-otak bandeng, pudak, nasi krawu, wisata alam, heritage juga wisata religinya.
ADVERTISEMENT
Sejak pertengahan tahun 2011 silam saya mengabdikan diri pada sebuah profesi sebagai seorang mahasiswi sekaligus perantau di ibukota. Bukan lagi jauh dari rumah, tapi segala kondisi yang memprihatinkan seperti culture shock, kemana-mana sendiri, apa-apa ngurus sendiri, berjuang tanpa supporter langsung dari orang tua, bercampur jadi satu menjadi rindu yang tak terbantahkan.
Kalau di kampung halaman biasanya jalan-jalan ke pasar bareng ibu, bercanda di rumah bersama ibu, kemana-mana harus salim dulu sama ibu. Kalau sudah jauh di perantauan begini rasanya jiwa menjadi separuh tak bernyawa. Menjadwalkan satu bulan bisa pulang sama halnya melempar gula ke dalam lautan. Sia-sia saja, karena jarak dan waktu sungguh menguras kantong dan tenaga. Seriously, saya terlalu rindu hiruk pikuk kota kelahiranku.
Gresik dengan wisata terbarunya, Bukit Jamur, Kaliwot, Bungah
Dulu, ingat sekali mudik di tahun pertama. Malam sebelum keberangkatan sudah antri di stasiun, demi mendapatkan tiket kereta murah untuk mudik lebaran. Badan diapit kanan kiri, kaki diinjak sampai kesemutan, bahkan pernah dimaki calo karena badan saya kecil, katanya antrean saya harus di belakang. Ya, saya jadi kikuk karena sendirian. Betapa melaratnya kalau harus dikenang. Meski harganya murah, tapi perjuangannya nggak gitu amat kenapa sih? Sudahlah, toh waktu keparat itu pun sudah berlalu jauh.
ADVERTISEMENT
Tahun berganti semakin cepat, saya berjuang semakin terseok. Hidup di perantauan kadang membuat saya pening kepala. Biaya pendidikan juga kebutuhan hidup begitu melonjak. Kampung halaman terasa ada di depan mata. Rindu semakin tahun semakin membabi buta. Tapi saya masih bersyukur, zaman semakin berkembang beberapa kebutuhan hidup ternyata semakin dipermudah. Saya jadi gampang pesan tiket untuk mudik.
Ekspresi pamer tiket doyan mudik tiap tahun
Lebaran tahun 2016 mulai menjadi idaman. Saya tak perlu berdesak-desakan lagi seperti dulu. Antre dari malam sampai mata berkunang-kunang tak lagi saya rasakan. Semua bisa saya atasi dalam satu aplikasi: tiket.com! Ya, sebuah aplikasi mobile “online travel agent” terpercaya yang dulunya hanya berupa website beralamatkan www.tiket.com. Tiket.com menyediakan layanan booking tiket pesawat, kereta api, event, sewa mobil juga booking hotel. Sayangnya, saya baru berani memakainya sejak awal tahun 2016 silam. Maklum, sebagai anak melarat bukan keturunan pejabat pastinya ada rasa takut “ketipu beli online” seperti rumor yang sempat happening pada saat itu.
ADVERTISEMENT
“Duit nyarinya susah buk, kalau kena tipu lalu saya nggak jadi mudik. Kan berabe, buk!”
Lama-kelamaan saya jadi pecandu. Tiap kangen ketupat lebaran, saya langsung booking tiket kereta api lewat aplikasi. Di sela-sela kesibukan yang sok sibuk, saya memesan tiket pulang pergi. Supaya nggak bingung harus balik di tanggal berapa. Kalau butuh perpanjangan waktu kan tinggal telpon ke ceesnya, atau langsung pesan lagi. Toh harga Tiket Kereta Api di aplikasi tiket.com juga murah.
Kalau buru-buru balik dan pengen dapat Tiket Pesawat Murah juga tinggal pilih berdasarkan tanggal dan jenis maskapai. Bahkan seringnya, saya dapat diskon tanpa minimum pembelian loh. Mayan kan, harga tiket Kereta Ekonomi yang biasa dibandrol Rp. 175,000 dari Jakarta ke Surabaya, kadang jadi Rp. 160,000. Apalagi beli tiketnya untuk pulang-pergi, diskonnya jadi semakin gede dan bakal bisa lebih hemat. Duh, lumayan banget dong buat beli kue lebaran. Beneran jadi #tiketWonderfulIndonesia banget deh! kemana-mana kok jadi ngerasa hemat ya.
ADVERTISEMENT
Pengalaman Mudik Mengerikan
Teringat pengalaman menyedihkan di pertengahan tahun 2018 kemarin. Lebaran sudah tinggal menghitung hari. Saya sudah teramat merindukan ketupat lebaran. Sudah setahun saya nggak pulang, biasanya tiap liburan semester selalu refreshing balik ke kampung halaman. Akhirnya saya pesan tiket mudik pas ditanggal dua hari sebelum ramadhan. Saya berimajinasi, pasti bahagia bisa ikut awal puasa di rumah. Bantu ibu memasak dan bisa ikut jalan-jalan pagi ke pasar. Baiklah!
Setelah booking, transfer dan beres menerima notifikasi Kode Booking via email, sms, dan whatsapp, saya pun santai-santai saja sambil menanti timenya, dua hari lagi. Toh kali ini barang bawaan mudik nggak terlalu banyak. Anehnya, nggak ada firasat apa-apa sebelum tragedi kecopetan terjadi.
Muka sok-sok bahagia ketika ngevlog di dalam kereta
The day. Mungkin ini pertanda: entah kenapa, saya yang biasa naik transportasi online (dari Ciputat ke Pasar Senen), kemarin malah nekat naik Commuterline. Padahal raga sudah menyadari bakal bawa barang bawaan rempong. Ya, macam ransel berisi pakaian dalam, laptop beserta tasnya, juga tentengan totebag dan slingbag. Duh amit-amit sih. Setelah melewati jalur Commuterline Pondok Ranji, transit beberapa kali sampai di stasiun Pasar Senen. Saya baru menyadari saat mau cetak boarding pass kalau ternyata smartphone dan uang tunai saya yang ada dalam slingbag telah dicopet. Astaghfirullah!
ADVERTISEMENT
Saya bingung mau cetak boarding pass karena kode booking dan segala informasi lainnya ada di smartphone itu. Saya pun nangis sesenggukan di depan loket. Bodo amat apa dikata orang. Setelah setengah jam nangis sendirian, akhirnya ada juga yang mau bantu buka email via smartphone miliknya. Boarding pass sudah dicetak, dengan perasaan menyedihkan dan pikiran kacau balau saya mudik ke kampung halaman. Untung masih ada orang yang mau nolong buat buka email dan masih ada sisa uang di debit card. Kalau tak, mungkin ketupat lebaran dalam imajinasi hanya bisa dirindukan. Padahal, mudik ke Gresik saat lebaran bagi saya adalah sebuah kewajiban.
Ketupat lebaran lengkap dengan lodeh dan gulainya
Mungkin begitulah secuil kisah yang bisa saya bagikan selama ada drama menjelang mudik. Ketika rindu di tanah rantau mulai memberontak, bayangan ketupat lebaran di kampung halaman serasa ada di depan mata. Nah, kalau ada aplikasi travel agent yang bisa memudahkan, kenapa harus dipersulit bukan?
ADVERTISEMENT
Tabik,