Pavel Durov, Pemilik Telegram Hobi Keliling Dunia Punya 2 Ribu Keping Bitcoin

Crazy Rich
Gaya Hidup dan Selera Gw, Lo Gak Usah Sirik
Konten dari Pengguna
1 Juni 2021 17:27 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Crazy Rich tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
CHRIS RATCLIFFE/BLOOMBERG
zoom-in-whitePerbesar
CHRIS RATCLIFFE/BLOOMBERG
ADVERTISEMENT
Semua orang kini pasti mengenal media sosial saingan WhatsApp, Telegram. Jika dilihat dari catatan Google Play Store, Telegram hingga hari ini telah diunduh oleh 500 juta lebih pengguna dengan rating 4,3 bintang.
ADVERTISEMENT
Sejak kehadiran Telegram ke kancah media sosial, pengaruh WhatsApp sedikit demi sedikit berkurang. Apalagi, ketika WhatsApp dan Facebook sebagai induknya mengubah kebijakan privasi mereka.
Tentu saja, Telegram yang lebih mengandalkan kebebasan, keleluasaan, tetapi tetap dengan privasi yang terjaga, mampu diterima pasar secara luas dengan sedikit demi sedikit menggeser 'para pendahulu'.
Lalu, siapakah sebenarnya orang dibalik pengelolaan, atau bahkan penemuan media sosial bernama Telegram tersebut?
Ialah Pavel Durov, seorang pria asal Russia yang membuat jejaring media sosial tersebut. Pavel lahir di Saint Petersburg pada 10 Oktober 1984. Ia merupakan putra dari pasangan Albina Durova dan Valery Durov.
Idenya membuat Telegram tak terlepas dari rekam jejaknya yang memang sudah tak bisa diragukan lagi di bidang informatika. Ia bahkan dijuluki sebagai Zuckerberg-nya Russia karena telah membuat media sosial paling populer di Russia, Vkontakte (VK) saat masih berusia 22 tahun.
ADVERTISEMENT
Namun, meski berstatus sebagai pendiri VK, Pavel harus "terusir" dari kampung halamannya sendiri karena harus menyelamatkan diri dari rezim pemerintah yang mempersekusi VK atas tuduhan pemberontakan.
VK dianggap menjadi basis kelompok anti pemerintah. Sebagai pendiri, Pavel akhirnya harus berurusan dengan pihak berwenang. Kejadian itu membuat ia kini tinggal di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA) demi menyelamatkan diri.
Usai VK ia jual, Pavel kemudian mendirikan Telegram. Kali ini pola pengelolaannya berbeda. Telegram tidak seperti perusahaan media sosial pada umumnya. Ia tak punya kantor tetap, pegawainya pun tersebar di seluruh dunia dan bekerja tanpa sebuah kantor yang berdiri.
Pavel pernah mengatakan, bahwa pegawai Telegram bisa jadi sedang bekerja di sebuah villa, di tebing, atau di rumahnya sendiri. Hal itu lantaran Pavel tak mau Telegram terikat dalam hukum suatu negara tertentu.
ADVERTISEMENT
Jika pegawainya saja sudah dibebaskan dari kantor, lalu bagaimana dengan pemiliknya? Untuk refreshing sekaligus urusan pekerjaan, Pavel telah mengunjungi puluhan negara, termasuk Indonesia.
Ia mengelilingi dunia karena urusan bisnis dan memang untuk melepas penat. Berbagai negara seperti Brasil, Spanyol, AS, Afrika Selatan, dan beberapa negara lain pernah ia kunjungi. Meski kini Pavel telah berkantor di gedung Dubai Media City, tetapi kegiatan berkeliling dunia Pavel tetap tidak berhenti.
Selain itu, Pavel juga berinvestasi di sebuah mata uang kriptokurensi paling terkenal, Bitcoin. Jangan kaget, hingga kini Pavel Durov total memiliki 2.000 keping Bitcoin. Jika dikonversikan ke rupiah, 1 Bitcoin sama dengan Rp 522 juta. Benar-benar Pavel mengantongi uang yang tidak sedikit.
Pantas saja, ia sudah berulang kali menolak tawaran pembelian Telegram. Bahkan, beberapa perusahaan besar asal Silicon Valley sempat menawar beberapa persen saham Telegram yang malah ditolak mentah-mentah oleh Pavel.
ADVERTISEMENT
Ia bahkan dengan tegas mengatakan bahwa ia tak akan menjual Telegram meski dengan harga tinggi sekalipun.