Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.88.1
Konten dari Pengguna
Umar bin Khattab, Sahabat Nabi yang Raja Properti dan Hidup Sederhana
2 Mei 2021 15:20 WIB
Tulisan dari Crazy Rich tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Biasanya, seorang sahabat Nabi SAW dianggap sebagai pribadi yang saleh, bersahaja, dan selalu mementingkan akhirat. Banyak yang beranggapan hidup mereka seperti itu berarti mereka melarat, hidup penuh keprihatinan. Bahkan, Nabi SAW sendiri serta para sahabatnya banyak dianggap orang seperti itu, termasuk Umar bin Khattab.
ADVERTISEMENT
Kenyataannya tidak, pasalnya hal ini kontradiktif dengan perintah Nabi mulai dari rajin bersedekah, hingga menjadi Muslim yang kuat karena lebih baik dari Muslim yang lemah. Bahkan Nabi sendiri pun pada hakikatnya adalah orang kaya. Buktinya, beliau menyediakan mahar yang jika diakumulasikan mencapai miliaran rupiah.
Hal itupun serupa dengan Umar, salah satu sahabat terdekat Nabi sekaligus Khalifah Islam kedua pada masa Khulafaur Rasyidin. Menurut Kitab al-Fiqh al-Iqtishadi Li Umar Ibn al-Khaththab, Umar ternyata memiliki harta kekayaan mencapai Rp 11,2 triliun.
Hal ini merupakan perhitungan berdasarkan sejumlah hartanya yang dinukil dari beberpa riwayat. Pertama, Umar mewariskan 70 ribu ladang pertanian dengan harga rata-rata Rp 160 juta jika dikonversi.
Melalui ladang tersebut pula, Umar mampu menghasilkan Rp 2,8 triliun per tahun. Hal ini berdasarkan perhitungan bahwa di masa tersebut, masing-masing dari ladang Umar rata-rata mampu menghasilkan Rp 40 juta per tahunnya.
ADVERTISEMENT
Selain ladang pertanian, Umar juga diriwayatkan memiliki 70 ribu properti. Menurutnya, bisnis properti sangat baik karena tidak akan menghanguskan uang seketika. Ia bahkan berpesan kepada masyarakat untuk mengalokasikan upahnya di bidang properti dibanding sekadar dikonsumsi untuk hal yang kurang manfaat.
Selain itu, alasan mengapa ia sangat menganjurkan untuk menggunakan uang untuk properti adalah: Pertama, sahabat kaya raya lewat properti. Kedua, Allah tidak menciptakan bumi yang kedua sehingga harganya makin mahal. Ketiga, harga properti akan terus naik dan tidak fluktuatif. Keempat, properti adalah bentuk investasi terbaik dan teraman. Kelima, properti punya dua keuntungan, yakni capital gain dan cash flow. Keenam, karena bumi ini hanya pantas diwarisi oleh orang yang taat kepada Allah.
ADVERTISEMENT
Meski memiliki kekayaan melimpah, ia tetap taat kepada ajaran Nabinya untuk selalu hidup sederhana. Maksud dari sederhana sendiri menurut Habib Husein Ja'far Hadar adalah meletakkan harta di tangan, bukan di hati. Sesuai kebutuhan, bukan keinginan.
Dengan mengamalkan hal tersebut, Umar bahkan dikabarkan sampai menangis akibat limpahan hartanya. Saking antinya ia terhadap kemewahan, ia bahkan jarang membeli pakaian baru. Jika pakaiannya rusak, ia lebih memilih menjahitnya terlebih dahulu. Belum lagi, ia seringkali tidur beralaskan pelepah kurma.
Selain itu, ia juga merupakan sosok yang menjunjung tinggi solidaritas kepada sesama Muslim lainnya. Ia tidak pernah pamer kekayaan di atas kemiskinan sejumlah Muslim lain guna menjaga perasaan mereka. Bahkan ada pula kisah saat ia meninggikan derajat pembantunya dengan menaiki unta miliknya, sedangkan Umar yang menarik tali kemudi unta tersebut.
ADVERTISEMENT
Sekalipun umar anti kemewahan, ia tetap berusaha untuk memberikan nafkah yang paling baik untuk keluarganya. Hal inipun diajarkannya kepada putra-putrinya. Pernah suatu ketika cucunya dari anaknya, Abdullah, kurus kering. Saat ditanya, Abdullah menjawab hal ini disebabkan ulah Umar yang terlalu keras soal nafkah. Akhirnya, Umar meluruskan bahwa sederhana yang dimaksud bukanlah seperti itu, perihal menafkahi keluarga tetaplah harus dengan terbaik.
Umar juga selalu mendistribusikan hartanya untuk kepentingan dakwah dan umar Islam. Tidak pernah sekalipun ia menggunakannya untuk kemewahan dan berlebihan. Khalifah selanjutnya, Utsman bin Affan bahkan sampai mengatakan kepada Umar:
"Sesungguhnya, sikapmu telah sangat memberatkan siapapun khalifah penggantimu kelak."