Curhat Perempuan yang Tak Digaji Full & Terancam Tak Dapat THR karena Corona

Konten dari Pengguna
9 April 2020 20:25 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Curhatan Perempuan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Perempuan. Foto: Shutterstock.
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Perempuan. Foto: Shutterstock.
ADVERTISEMENT
Hampir tiga bulan lebih dunia tengah dilanda wabah virus corona. Pandemi corona ini ternyata memberi dampak yang cukup signifikan pada sejumlah sektor usaha. Beberapa perusahaan bahkan merumahkan karyawannya secara sepihak, karena pemasukan yang cekak. Namun, beberapa juga ada yang membayar pekerjanya dengan setengah upah selama work from home alias WFH.
ADVERTISEMENT
Pengalaman tak dibayar full selama WFH, dialami oleh seorang perempuan bernama Talia (26). Pada Rabu (8/4) kemarin, Talia bercerita mengenai keluh kesahnya karena hanya dibayar setengah dari gajinya oleh perusahaan tempatnya bekerja.
“Tak pernah sedetik pun terbesit di benak saya akan melalui kehidupan di mana dunia sedang dihadapi dengan kondisi pandemi global. Saya berpikir selama ini wabah hanya ada di buku sejarah, berita lama atau film-film,” tulis perempuan asal Bogor tersebut.
Talia bercerita bahwa ia dan teman-teman kantornya mendapat kabar tersebut dari pesan elektronik yang dikirimkan perusahaannya pada Kamis (26/3) lalu. Di mana isi e-mail tersebut menyebut bahwa perusahaannya akan memotong jam kerja dan juga gaji efektif per tanggal 1 April.
ADVERTISEMENT
“Sedih dan kecewa itu pasti. Namun, saya sudah tahu bahwa ini semua karena kondisi pandemi global yang berimbas pada dunia bisnis dan perekonomian. Tidak ada pilihan lain selain menerima dan bersyukur,” lanjut perempuan yang bekerja di sebuah perusahaan bidang industri digital tersebut.
Ilustrasi Perempuan Stres. Foto: Shutterstock.
Kekecewaan dan kesedihan Talia tampaknya belum berakhir. Tepat satu hari setelah perusahaan memberi kabar akan memotong upah bulanannya, ia kemudian mendapat kabar lain bahwa perusahaannya kemungkinan juga tidak bisa membayarkan Tunjangan Hari Raya (THR) yang seharusnya dibayarkan pada bulan Mei mendatang.
“Amarah dan juga kecewa belum mereda karena kabar soal pemotongan jam kerja dan juga gaji, sekarang mendapat kabar lain bahwa THR tidak akan cair. Kabar buruk yang datang bertubi-tubi ini membuat saya lemas, terlebih saya juga punya rencana untuk melangsungkan pernikahan di bulan Agustus nanti. Saya harus mengatur pengeluaran lagi, karena saya yang akan membiayai pernikahan ini dengan uang saya sendiri dan pasangan,” cerita Talia.
ADVERTISEMENT
Namun, di tengah kekalutannya, Talia disadarakan bahwa ia harus tetap bersyukur karena mungkin kehidupannya masih jauh lebih beruntung dari orang lain. Ia pun menjadi sedikit lebih tenang.
“Setidaknya saya masih diberikan kesehatan, keamanan dan kenyamanan karena bisa bekerja dari rumah, masih memiliki penghasilan walaupun tidak sebesar biasanya. Masih bisa membeli bahan-bahan makanan. Ya, saya harus bersyukur,” katanya.
Di samping terus bersyukur, Talia juga mencari cara agar ia bisa mendapat penghasilan tambahan. Ia lalu tercetus sebuah ide untuk menjalankan kembali usaha sampingan yang ia bangun bersama teman-temannya.
“Dan alhamdulillah, jualan kue kering saya cukup laris. Setidaknya pendapatan dari usaha itu bisa menambah sedikit penghasilan untuk ditabung dan sebagian didonasikan untuk yang membutuhkan. Di samping mendapatkan tambahan penghasilan, saya juga bisa menemukan kegiatan positif saat WFH agar tidak bosan berdiam diri di rumah,” lanjutnya.
ADVERTISEMENT
Sudah 28 hari lebih Talia bekerja di rumah. Dari pengalaman itu, ia belajar bahwa kehidupan sesulit apa pun harus tetap disyukuri dan juga dinikmati. “Setidaknya saya harus bersyukur bahwa saya masih hidup, masih memiliki pekerjaan, memiliki bisnis sampingan dan beberapa kegiatan di rumah yang bisa dilakukan. Setidaknya saat ini, semangat tidak boleh hilang, harapan tidak boleh patah, usaha dan doa tidak boleh terputus,” tutup Talia.