Konten dari Pengguna

Keterlibatan Publik dan Tantangan Museum di Indonesia

Cut Meurah Rahman
A Storyteller and SEA Research Enthusiast - Museum Educator at Museum Indonesia - BSc in History at Sakarya University, Turkiye
12 Juli 2024 10:38 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Cut Meurah Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Para peserta kumparan Hangout berkeliling di Museum Fatahillah Jakarta, Selasa (22/8/2023). Foto: Melly Meiliani/kumparan
zoom-in-whitePerbesar
Para peserta kumparan Hangout berkeliling di Museum Fatahillah Jakarta, Selasa (22/8/2023). Foto: Melly Meiliani/kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Kapan terakhir kali kita ke museum? Pertanyaan ini agak sulit untuk beberapa orang yang tidak memiliki kedekatan emosional dengan sejarah dan budaya. Sebagian lainnya beralasan karena museum seolah tempat yang suram, kumuh, dan penuh debu. Semua alasan tersebut bisa saja benar melihat perkembangan permuseuman di Indonesia cenderung statis dan tidak inovatif. Sudah seharusnya museum menjadi tempat edukasi yang menyenangkan.
ADVERTISEMENT
Saat ini, terdapat 439 museum di Indonesia yang memainkan peran penting dalam pelestarian dan pemajuan kebudayaan, terutama setelah penerbitan Undang-Undang Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Menurut laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2020, mayoritas museum ini, sebanyak 152, dimiliki oleh pihak swasta.
Salah satu indikator penting bagi museum di Indonesia ialah menempatkan keterlibatan publik yang efektif. Museum harus dapat memahami minat, motivasi, dan kebutuhan baik dari pengunjung dan memastikan ruang inklusivitas bagi semua kelompok dapat tersampaikan. Museum di Indonesia harus mengubah stigma yang beredar di masyarakat menjadi tempat partisipasi budaya, menjangkau semua kelompok, dan mengintegrasikan pengunjung yang beragam.
Keberhasilan pendidikan dan keterlibatan publik di museum bergantung pada pemahaman terhadap pengunjung, yang dapat diperoleh melalui survei, tipologi pengunjung, dan metode ilmiah lainnya. Metode-metode ini dibutuhkan supaya museum dapat memahami pengunjung dengan lebih baik dan menyesuaikan penawarannya sesuai fakta di lapangan.
ADVERTISEMENT

Edukasi dan Keterlibatan Publik

Museum modern harus memprioritaskan edukasi budaya dan keterlibatan publik. Edukasi budaya bertujuan agar pengunjung melihat museum sebagai media pembelajaran, sementara keterlibatan publik berfokus pada upaya museum untuk memfasilitasi pembelajaran informal. Selain itu, pendekatan inklusif diharapkan dapat merespons perubahan sosial dalam masyarakat serta mencerminkan harapan dan kebutuhan beragam dari masyarakat yang heterogen.
Analisis kritis dan evaluasi sangat dibutuhkan untuk jaminan dan pengembangan kualitas. Museum harus berani meningkatkan atau menghentikan program yang kurang efektif dan mengembangkan yang berhasil sesuai teori dan metodologi permuseuman yang benar. Staf museum harus mempertimbangkan dan menilai kembali instrumen, strategi, tujuan pendidikan, atau pendekatan dasar museum sesuai kebutuhan.

Tantangan Museum di Indonesia

Museum di Indonesia menghadapi berbagai tantangan dalam upaya meningkatkan kesadaran dan minat publik. Pada umumnya, kesadaran dan apresiasi terhadap museum masih rendah, menjadikannya bukan pilihan utama untuk waktu senggang atau liburan. Selain itu, pemerintah daerah seringkali tidak memprioritaskan manajemen museum, sehingga perkembangan dan keterlibatan masyarakat menjadi terhambat.
ADVERTISEMENT
Hubungan yang lemah dengan pemangku kepentingan juga memperparah situasi ini. Museum sering kesulitan untuk melibatkan pemangku kepentingan yang penting dalam mendukung keberadaan dan fungsi museum.
Salah satu tantangan utama lainnya adalah kurangnya profesional museum yang berkualifikasi. Hanya tiga universitas di Indonesia yang menawarkan program pascasarjana dalam museologi, hal ini mengakibatkan keterbatasan dalam jumlah dan kualitas sumber daya manusia.
Selain itu, sistem manajemen di museum masih lemah akibat pelatihan dan pendidikan yang tidak memadai. Staf museum membutuhkan pelatihan yang lebih baik dalam perencanaan program, penganggaran, manajemen, pengawasan, dan evaluasi. Peraturan dan pedoman yang tersedia juga masih terbatas dan usang, membatasi kemampuan museum untuk berkembang dan beroperasi secara efektif.
Selain itu, infrastruktur dan sistem keamanan di museum masih tidak memadai. Banyak museum kekurangan infrastruktur yang mendukung fungsi dasar mereka, meskipun ada upaya revitalisasi. Kejadian kebakaran yang terjadi di Museum Nasional Indonesia tahun 2023 silam merupakan sebuah gambaran keadaan museum yang ada di Indonesia.
ADVERTISEMENT
Selain itu dokumentasi koleksi yang akurat sangat penting untuk manajemen, perawatan, dan keamanan yang efektif, namun banyak museum masih menggunakan metode inventaris manual. Ketidaksiapan menghadapi bencana juga menjadi masalah serius, karena banyak museum tidak memiliki rencana kesiapsiagaan bencana yang komprehensif.
Museum harus berani membangun jaringan kerja sama antara museum dan lembaga lain, baik domestik maupun internasional dan tidak boleh membatasi peluang untuk berbagi pengetahuan dan pengembangan profesional. Dengan mengatasi tantangan yang terjadi di museum diharapkan dapat meningkatkan relevansi, jangkauan, dan dampaknya, serta menjadi pusat partisipasi budaya dan pembelajaran yang dinamis.