Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.86.0
Konten dari Pengguna
Ruwatan: Tradisi Penyucian Diri dari Jawa untuk Menolak Sial
2 Juni 2024 0:46 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Cut Meurah Rahman tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
“Ruwatlah awakmu sadurunge diruwat wong liya” ialah peribahasa Jawa berarti Sucikanlah dirimu sendiri sebelum disucikan oleh orang lain. Pesan ini menunjukkan bahwa pentingnya untuk menyucikan diri sendiri sebelum meminta bantuan orang lain. Dalam tradisi Jawa tradisi membersihkan seseorang dari nasib buruk atau kesialan yang diyakini dapat mengganggu kehidupan disebut Ruwatan.
ADVERTISEMENT
Ruwatan telah berlangsung dari generasi ke generasi meskipun saat ini mengalami beberapa perubahan. Tujuan tradisi ini ialah mengembalikan keseimbangan dalam hidup dari situasi yang membawa sukerta (kesialan) dalam diri seseorang maka dilakukanlah Ruwatan.
Bagi masyarakat Jawa untuk memulai sesuatu yang baik di pilihkanlah hari yang baik pula berdasarkan penanggalan Jawa yaitu tanggal 1 Suro. Dalam upacara ini ikut melibatkan berbagai tahapan yang dipimpin oleh seorang dalang atau pemimpin ritual. Dalang atau pemimpin upacara memainkan peran kunci dalam ruwatan, memimpin jalannya upacara dan memastikan semua ritual dijalankan dengan benar. Sesaji yang disiapkan biasanya terdiri dari makanan, bunga, dan benda-benda simbolis lainnya yang diyakini dapat mengusir energi negatif.
Wayang: Tradisi Sakral Penolak Bala
ADVERTISEMENT
Salah satu elemen utama dalam ruwatan adalah pertunjukan wayang kulit, yang berfungsi menyampaikan pesan spiritual dan sakral. Lakon Murwakala dipilih untuk menggambarkan kisah Batara Kala, dewa waktu yang sering dikaitkan dengan kesialan dan bencana. Dalam cerita ini, Batara Kala berusaha memangsa manusia yang dianggap membawa sukerta. Namun, melalui pertunjukan wayang oleh dalang, manusia tersebut dapat diselamatkan dan disucikan.
Ruwatan erat kaitannya dengan kelahiran Batara Kala dan masalah kelahiran manusia yang dianggap sebagai makanan Batara Kala. Masyarakat Jawa yang masih kental dengan kepercayaan Kejawen sangat mempercayai mitologi ruwatan ini. Dalam pergelaran wayang, ada beberapa lakon yang biasanya ditampilkan dalam upacara ruwatan, yaitu Murwakala, Sudamala, dan Baratayuda. Murwakala adalah lakon yang ditampilkan dalam rangka upacara penebusan dosa bagi orang sukerta. Sudamala menceritakan kisah anak Batari Durga bernama Kalantidaka dan Kalanjana. Sedangkan Baratayuda mengisahkan perang antara keluarga Barata di medan Kurusetra, yang melibatkan pertempuran antara Kurawa dan Pandawa selama delapan belas hari untuk merebut, mempertahankan hak, dan membela kebenaran.
ADVERTISEMENT
Tata Cara Ruwatan
Menurut kepercayaan Jawa, orang yang memenuhi persyaratan Ruwatan atau jenis sukerta disarankan untuk mengikuti Upacara Ruwatan minimal sekali seumur hidup guna penyucian diri dan menghindari kesialan hidup. Rangkaian Upacara Ruwatan meliputi:
- Kirab atau perarakan peserta sukerta dengan iringan musik kenong
- Penyerahan peserta sukerta oleh Manggala Yudha (pemimpin upacara) kepada dalang
- Peserta sukerta memasuki tempat acara dan menempati tempat yang telah ditentukan
- Peserta sukerta melakukan sungkeman kepada orang tua
- Pelaksanaan Ruwatan dimulai dengan pergelaran wayang kulit dengan lakonnya
- Setelah pergelaran wayang kulit selesai, dilanjutkan dengan siraman dan potong rambut
- Penyerahan tempayan berisi rambut sukerta dari dalang kepada Ketua Panitia Pelaksana.
- Pelarungan atau penanaman rambut sukerta oleh panitia.
ADVERTISEMENT
Tata cara ruwatan melibatkan serangkaian doa dan mantra yang diucapkan oleh dalang. Doa-doa ini ditujukan untuk memohon perlindungan dan berkah dari para dewa dan leluhur. Selain itu, ada pula ritus pembersihan menggunakan air suci yang dipercikkan kepada orang yang diruwat. Air suci ini dianggap memiliki kekuatan untuk menghapus kesialan dan menyucikan jiwa. Seluruh proses ruwatan dilakukan dengan penuh khidmat dan keseriusan, mencerminkan keyakinan mendalam masyarakat Jawa terhadap kekuatan spiritual dari ritual ini. Setelah upacara ruwatan selesai, orang yang diruwat diyakini telah terbebas dari sukerta dan dapat menjalani kehidupan dengan lebih baik dan harmonis.
Saat ini, bagi yang tertarik untuk mengikuti upacara Ruwatan di Jakarta, Taman Mini Indonesia Indah sebagai garda terdepan dalam pelestarian seni dan budaya akan mengadakan upacara tersebut pada 7 Juli 2024. Para peserta akan diberikan fasilitas yang dibutuhkan selama upacara berlangsung. Bagi yang berminat, silakan menghubungi langsung akun Instagram resmi @tmiiofficial atau menghubungi Sherry di nomor 0818 0252 8490 atau Yuni di nomor 0813 1573 7414.
ADVERTISEMENT