Konten dari Pengguna

Bengkel Bukan Sekadar Tempat “Kotor", tetapi Sebagai Ladang Ilmu

Alfian Dava Ramadhan
Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang Jurusan Teknik Mesin
22 April 2025 16:24 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Alfian Dava Ramadhan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Suasana bengkel Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang (Foto: Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Suasana bengkel Jurusan Teknik Mesin Politeknik Negeri Semarang (Foto: Dok. Pribadi)
ADVERTISEMENT
Kali ini, kita akan membahas tentang salah satu jurusan kuliah yang kalau kata kebanyakan orang, jurusan tersulit, Apalagi kita sering mendengar kalau jurusan teknik dilarang manja, jurusan ini memiliki fokus pada perancangan, analisis, pembuatan, dan pemeliharaan sistem mekanis. Jurusan primadonanya teknik, terkenal dengan kebanggaan ”Solidarity Mesin Forever” dan selalu terdengar di telinga “Mesin Keras Bukan Kasar”
ADVERTISEMENT
Pembahasan kali ini adalah tentang jurusan teknik mesin, jurusan ini pasti tidak lepas dari yang namanya praktikum di bengkel/workshop, kalau mendengar kata ‘bengkel' pasti yang langsung terlintas di pikiran kita adalah kotor, bau oli, panas, berisik, tempat kerja yang kasar. Semua pemikiran itu gak salah sih, tapi juga tidak sepenuhnya benar, justru bagi para mahasiswa mesin, bengkel adalah taman bermain mereka, wearpack kotor? bukan masalah karena semakin kotor wearpackmu semakin banyak pula ilmu dan pengalamanmu, bau oli? Sudah jadi bau identitas mahasiswa mesin itu, justru dibalik suasana bengkel yang berpeluh itu, tersimpan ilmu teknik mesin yang sangat bernilai, banyak pengalaman berharga, penerapan teori, keterampilan, berpikir cepat, pengambilan keputusan, melatih mental, dan problem solving, namun sayangnya itu semua sering dianggap remeh.
ADVERTISEMENT
Sebagai mahasiswa teknik, banyak di antara kami yang pernah terjun langsung ke bengkel. Dan saya bisa katakan, bengkel adalah tempat di mana teori yang kita pelajari di ruang kelas benar-benar diuji. di sana, kita tidak hanya mengutak-atik mesin, tetapi juga dituntut untuk berpikir cepat, menganalisis, dan memberikan solusi untuk masalah yang seringkali tidak bisa diprediksi. Di bengkel kita tidak cuma otot yang bekerja, otak harus jalan juga, kita dituntut memahami cara kerja mesin menganalisis kerusakan, memahami gambar kerja, membuat produk/job, dan bahkan memikirkan solusi teknis yang cepat dan efisien, itu semua tidak dapat dilakukan apabila tidak paham betul betul ilmunya.
Namun, stigma negatif tentang pekerjaan bengkel masih cukup kuat di masyarakat. Banyak orang beranggapan bahwa bekerja di bengkel adalah pilihan terakhir bagi mereka yang “gagal” dalam mengejar karier profesional. Padahal kenyataannya, bengkel adalah tempat untuk belajar dan mengasah keterampilan teknis yang sangat diperlukan di dunia industri.profesi ini masih dianggap kurang bagus daripada kerja kantoran, Bahkan banyak inovasi yang berawal dari pengalaman kerja di bengkel sesuatu yang sangat aplikatif dan langsung berdampak pada kehidupan sehari-hari.
ADVERTISEMENT
Sudah waktunya kita ubah cara pandang ini. Kerja bengkel bukan kerja rendahan. Sebaliknya, itu kerja yang memadukan ilmu, keterampilan, dan pengalaman lapangan. Kalau kita ingin dunia teknik di Indonesia makin maju, kita harus mulai dari menghargai semua jenis pekerjaan-termasuk mereka yang berkarya dari balik suara mesin dan aroma oli di bengkel.
Ilmu teknik memang bisa dipelajari di kelas, tetapi praktik sesungguhnya terjadi di lapangan. Dan bengkel adalah ladang ilmu terbaik yang sering kali terlupakan. Jadi, mari kita ubah stigma tentang pekerjaan bengkel dan mulai mengakui betapa pentingnya peran mereka dalam perkembangan teknologi dan industri.
Tentang Penulis :
Alfian Dava Ramadhan, Mahasiswa Politeknik Negeri Semarang, Jurusan Teknik Mesin.
ADVERTISEMENT
“Jangan kalah dengan mereka yang berpakaian seragam, bersinarlah dengan wearpack kotormu itu”