Mushola Reyot di Pelosok Ciwidey

Daarul Quran
Lembaga Amil Zakat Nasional dan Pengelola Sedekah yang berkhidmat pada pembangunan masyarakat berbasis tahfizhul Quran yang dikelola secara profesional dan akuntabel.
Konten dari Pengguna
4 Maret 2024 16:37 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daarul Quran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Mushola dengan bangunan reyot digunakan untuk beribadah sehari-hari oleh warga di Pelosok Ciwidey.
zoom-in-whitePerbesar
Mushola dengan bangunan reyot digunakan untuk beribadah sehari-hari oleh warga di Pelosok Ciwidey.
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Diantara indahnya panorama di sepanjang perkebunan dan pegunungan Ciwidey yang terletak di Provinsi Jawa Barat, ada pemandangan yang sangat menyayat hati.
ADVERTISEMENT
Sebuah bangunan reyot berukuran 6x5 Meter berdiri, namun rapuh. Dindingnya terbuat dari triplek dan kayu. Atapnya terbalut asbes berlapis spanduk.
Bangunan yang harus melewati jalan setapak untuk sampai di sana itu ternyata merupakan sebuah mushola milik seorang guru ngaji. Abi Nur Arifin biasa ia disapa.
Ia mendedikasikan diri berdakwah dan memuliakan Al-Qur'an sejak 1995 silam. Sempat mengajar di daerah Bandung, Abi Nur Arifin memutuskan pulang kampung ke Ciwidey pada 2014, demi mengabdi di tanah kelahirannya.
Persis di samping mushola, ada juga bangunan kecil yang ia sulap menjadi tempat mendaras ayat-ayat suci Al-Qur'an, namanya Rumah Tahfizh Baitul Qur'an. Wadah untuk 70 anak pelosok Ciwidey mendawamkan Qur'an di bawah bimbingannya secara cuma-cuma.
ADVERTISEMENT
Baik mushola dan rumah tahfizh, keduanya ia rintis dan bangun sendiri dari jeri payahnya sebagai petani dan usaha abon kelinci kecil-kecilan bersama sang istri. Karenanya, ia belum mampu untuk memperbaiki mushola dan rumah tahfizhnya supaya lebih layak digunakan.
Apa lagi saat ini ia dan anaknya yang juga membantunya mengajar, sedang menyicil sedikit demi sedikit pengeboran sumur untuk mushola dan rumah tahfizhnya. Karena meski di daerah pegunungan, debit air sangat sulit mengalir tanpa adanya sumur.
"Pelan-pelan saja dicicil mas. Saya jadi tukang bornya, anak saya bantu pasang pipa-pipanya. Mudah-mudahan selesai pas Ramadan, biar nanti santri-santri dan warga sekitat sini kalau mau wudhu gampang," harapnya.
Meskipun sudah reyot, sepit dan di bawahnya jadi tempat pembuangan kotoran kelinci, mushola dan Rumah Tahfizh Baitul Qur'an kerap digunakan para santri dan warga sekitar untuk sholat serta mengaji.
ADVERTISEMENT
Abi Nur Arifin sangat bahagia sekali jika ada tangan-tangan dermawan yang ikut mendukung perjuangan dakwahnya dan merenovasi mushola serta rumah tahfizhnya menjadi lebih baik lagi.