Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Rumah Tangga ala Rasulullah (Bagian 3)
15 Mei 2020 21:18 WIB
Tulisan dari Daarul Quran tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Oleh: Ustadz Syaiful Bahri, Lc (Asatidz Daarul Qur'an)
Ada kisah menarik yang disampaikan oleh Abbas al Aqqad dalam Abqariyah Ash-Shiddiq, tentang sebuah syair yang dihafal aisyah dan dipelajari dari ayahnya.
ADVERTISEMENT
Jadi kisahnya begini. Suatu hari ketika cuaca panas, Rasul Saw memperbaiki sandal Aisyah. Dari dahinya keluar keringat yang mengalir ke pipi. Aisyah memperhatikannya dari dekat seolah-olah teringat sesuatu. Rasul pun berkata, "Apa yang membuatmu tercengang?" Jawab Aisyah, "Seandainya Abu Kabir Al-Hadzly melihatmu, pastilah dia tahu bahwa engkaulah yang paling pantas atas kata-katanya." Apa yang dia katakan? Aisyah menjawab dengan lantunan syair:
Menghilangkan setiap debu pada dinding
Dan kerusakan pada susu dan penyakit yang akut
Jika engkau memandangku, wajahnya akan tersenyum
Bercahaya bagai kilatan petir yang menyambar
Seketika rasulullah berdiri dan mengecup kening Aisyah seraya berkata, ”Engkau telah mengembirakanku Aisyah. Semoga Allah mengembirakanmu."
Subhanallah. Diantara sisi kehidupan Nabi Saw bersama Sayyidatuna Aisyah ra, ada juga diceritakan bahwa ketika usia 18 tahun, Sayyidah Aisyah paling banyak meriwayatkan hadis karena kecerdasannya yang luar biasa. Ingatannya cukup kuat. Kurang lebih sebanyak 2.210 hadis dihafalnya dan diajarkan kembali kepada para sahabat dan tabi'in.
ADVERTISEMENT
Disebutkan, murid beliau berjumlah kurang lebih 200 orang berasal dari kalangan sahabat dan tabi'in. Ketika Nabi Muhammad Saw wafat, Sayyidah Aisyah mengisi ta'lim Quran, hadis dan sebagainya di rumahnya. Bahkan, imam Hafizh Almundziry, periwayat hadits yang sangat terkenal serta imam Ibnul Qayyim Aljauzi tak megingkari bahwa sebagian dari guru-guru mereka adalah wanita.
Abu Bardah bahkan pernah mengatakan, “Apabila ada sebuah permasalahan yang tidak diketahui di zaman sahabat, maka kami bertanya kepada Aisyah, dan kami memperoleh ilmu dari beliau”.
Seorang sahabat yang lain mengatakan, "Saya tidak mengetahui ada orang yang lebih berilmu tentang Al-Qur'an, faraidh(ilmu waris), halal dan haram, syair, sejarah, dan nasab kecuali Aisyah."
Bahkan, Sayyidah Aisyah juga dimintai nasehat dan pandangan aisyah untuk mengangkat khalifah setelah Umar, karena khawatir terjadinya fitnah. Saat Umar bin khatthab menjelang wafat, ia berkata kepada Abdullah (anaknya), “Pergilah kepada Aisyah, sampaikan salamku padanya, dan mintakan ijin agar aku diperbolehkan dimakamkan di rumahnya bersama Rasulullah dan Abu Bakar."
ADVERTISEMENT
Maka Abdullah pun mendatangi Aisyah dan menyampaikan pesan ayahnya. Aisyah mengatakan, "Baik dan ini adalah sebuah kemuliaan.” Beliau melanjutkan, “Wahai anakku, sampaikan salamku kepada Umar, dan katakan padanya jangan tinggalkan umat Muhammad tanpa pimpinan. Pilihlah khalifah bagi umat dan jangan tinggalkan umat dalam keadaan sia-sia setelahmu, karena aku takut terjadi fitnah atas umat ini.”
Masya Allah, betapa agungnya sikap Ibunda Aisyah. Ia tak hanya sebatas melihat tentang semakin dekatnya kematian Umar dan tentang masalah di mana Umar akan dimakamkan, namun ia juga mengkhawatirkan bagaimana kehidupan umat Islam setelah Umar meninggal. Dari sini terlihat keluasan pandangannya, jauhnya pemikirannya ke depan, dan perhatiannya yang sangat besar tentang urusan umat Islam. Ibunda Aisyah telah menunjukkan tingginya derajat kaum wanita dengan kecerdasannya.
ADVERTISEMENT