Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
TLKM, Saham Perdanaku
3 Mei 2018 20:15 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Nata Decoco tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ilustrasi IHSG. (Foto: Jamal Ramadhan/kumparan)
Waktu investasi terbaik adalah 10 tahun yang lalu. Waktu terbaik kedua adalah sekarang.
ADVERTISEMENT
Dan aku kemudian belajar tentang pasar modal alias saham lewat internet. Lalu membuka rekening efek di sebuah kantor sekuritas dengan bekal pengetahuan pas-pasan sekali.
Rabu, 2 Mei 2018 sekitar pukul 09.02 WIB aku memulai status baruku sebagai “INVESTOR” (sebutan bagi orang yang jual/beli saham).
Aku membeli saham perdanaku yang berkode TLKM. Aku ingat benar, aku membeli dalam perjalanan menuju kantor.
Penyebabnya, internet di rumahku kurang stabil, jadi harus keluar rumah dulu untuk bisa mendapat sinyal oke.
Aku transaksi pakai apalikasi di ponsel. Ini juga tips penting, kalau buka rekening efek sebaiknya di sekuritas yang punya aplikasi sendiri yang baik. Jadi transaksi bisa dieksekusi sendiri, tidak lewat telepon seperti jaman old.
ADVERTISEMENT
Saham milik PT Telkom dengan produk andalan Telkomsel ini kuputuskan kubeli setelah membaca rekomendasi saham dari analis. Dari tiga yang kubaca, dua menyebut TLKM.
Tentu saja ini adalah dasar pengambilan keputusan yang terlalu sederhana, karena keminiman ilmu pengetahuan.
Namun, TLKM memang bukan saham yang buruk. Dia salah satu blue chip yang layak untuk dijadikan tempat naruh duit beberapa tahun.
Dan aku beli saham sebenarnya lebih pada investasi masa depan. Sangat sedikit niat awalku untuk trading.
Aku beli TKLM di angka Rp 3.800 sebanyak 7 lot (700 lembar). Saat itu harga penutupan perdagangan sebelumnya Rp 3.830. Beberapa belas menit setelah aku klik buy, terjadi transaksi dengan penjual yang melepas sahamnya (offer) dengan harga yang cocok dengan bid yang kuinput.
ADVERTISEMENT
Aku perlu bertanya kepada saudara tentang beberapa hal. Ketika saudara melihat portofolioku dan menyebut bahwa aku sudah untung Rp 7 ribu, aku sangat senang sekali!!! Pertama beli dan hijau.
Namun, saham itu bergerak turun naik dengan cepat. Hijau 7 ribu lalu 22 ribu, naik 49 ribu, turun lagi beberapa ribu, dan akhirnya ditutup hijau Rp 49 ribu.
Hari kedua, aku beli lagi TLKM dan ternyata IHSG merah rata. Alhasil, portofolioku jadi minus Rp 132 ribu di sore hari (turun 1 persen lebih).
Meski aku beli saham untuk jangka panjang, namun ternyata — sebagai pemula — gatel juga kalau tidak sering-sering ngecek pergerakan harga. Ngeri-ngeri sedap seperti main bom bom car atau malah roller coaster.
ADVERTISEMENT
Yuk nabung saham!