news-card-video
Jakarta
imsak
subuh
terbit
dzuhur
ashar
maghrib
isya

Akar Sejarah Wisatawan Barat di Negeri Timur

DADAN HIDAYAT
Travel Journalism
Konten dari Pengguna
11 Januari 2021 21:18 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DADAN HIDAYAT tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Rute bus The Indiaman | Foto: richardgregory.org.uk
zoom-in-whitePerbesar
Rute bus The Indiaman | Foto: richardgregory.org.uk
TRAVEL­—Banyak yang berpendapat bahwa jalur backpacker dan pemandu wisata modern berakar pada jalur 'Hippie Trail' yang dilakukan oleh sekelompok orang Eropa pada abad ke-18 dan ke-19 untuk mencari sebuah pengalaman dan kesenangan di dunia timur.
ADVERTISEMENT
Akar 'Hippie Trail' mungkin terletak pada ekspedisi darat pada pertengahan 1950-an, ketika sekelompok orang kaya atau mahasiswa melakukan perjalanan ke timur dari Inggris untuk mendaki gunung atau melakukan studi dan survei ilmiah­—sering kali ditulis dan menerbitkan perjalanannya.
Mereka semua memiliki rasa petualangan, tetapi tidak semuanya dapat digambarkan kaum Hippies, banyak yang hanya ingin menjelajahi rute darat ke timur­—yang terinspirasi dan pertama kali dirintis oleh Marco Polo.
Mereka punya banyak alasan untuk pergi: beberapa mencari pencerahan spiritual, beberapa melarikan diri dari gaya hidup konvensional yang kaku, beberapa melihat peluang untuk mendapatkan keuntungan, dan beberapa hanya ingin melihat dunia­—bahkan menurut Lonely Planet, beberapa kaum Hippies mencari kesenangan semu seperti wanita dan ganja.
ADVERTISEMENT
"Fokus lainnya termasuk mencari pengalaman lokal, serta spiritualisme timur, cinta gratis (wanita) dan ganja."
Menurut situs richardgregory.org.uk, diakhir tahun 1960-an kelompok besar disatukan untuk kepentingan bersama. Orang-orang muda dengan rambut panjang yang memberi nama jejak hippie­ yang mendefinisikan jejak hippie itu adalah mengarah ke pusat penghasil ganja utama di dunia.
Negara Afghanistan, Chitral, Kashmir, Nepal disebut akrab dengan para perokok ganja dari 60-an-70-an.
"Sebagian besar dari mereka tidak tahu banyak tentang lokasi tempat ramuannya yang mereka budidayakan," tulisnya.
"Selama sepuluh tahun ke depan atau lebih mereka berangkat dalam jumlah ribuan untuk mencarinya."
Kaum Hippies cenderung menghabiskan lebih banyak waktu untuk berinteraksi dengan penduduk lokal daripada menjadi turis untuk bertamasya.
Mereka tidak tertarik pada akomodasi mewah, mereka hanya sedikit yang mampu, bahkan beberapa dari mereka akan menjadi pribumi terutama saat tiba di India.
ADVERTISEMENT
Tentu saja, mereka sebenarnya masih turis, meskipun dari orang Eropa, dan hedonisme adalah tujuan utamanya. Ada banyak korban dari perjalanan ini, menjaga kesehatan bisa akan menjadi kendala yang sulit bagi mereka, terutama di Afghanistan­—bahkan kaum Hippies bisa menderita karena kejutan tradisi disana.
Beberapa dari mereka sakit parah, atau kehabisan uang, dan harus diterbangkan pulang. Yang lain akan berakhir di penjara, bukan pengalaman yang menyenangkan dimanapun dan khususnya kehidupan yang sulit di negara dunia ketiga.
Namun, sebagian besar selamat, dan hidup untuk menceritakan kisah itu sekembalinya mereka­, sering kali menginspirasi orang lain untuk mengikuti jejak mereka­. Beberapa dari mereka tetap bertahan, menemukan cara untuk menghidupi diri mereka sendiri­—dan mereka masih tinggal di India.
ADVERTISEMENT
Rute Jalur Hippie
Rute jalur hippie pada dasarnya dimulai dari Istanbul, titik pertemuan semua jalan dari Eropa. Dari sini rute langsung mengarah langsung ke Turki, meskipun beberapa menuju selatan ke Lebanon—selama berabad-abad negara itu penghasil ganja utama di Timur Tengah.
Dari Turki, kemudian rute berlanjut melintasi Iran, sebuah negara sekuler yang dijalankan oleh Shah, lalu ke Afghanistan, tujuan utama pertama dari jalur hippie, sebuah negeri dimana orang asing disambut dengan sangat baik—sebagian besar penduduknya menggunakan hasis (resin obat dari ganja) sendiri.
Setelah Afghanistan, jejak tersebut menawarkan banyak opsi; ke Pakistan beberapa orang akan menuju ke utara menuju Chitral, tetapi mayoritas melintasi negara itu dan memasuki India, perjalanan ke Kashmir adalah pilihan langsung bagi para pothead (orang-orang yang sering merokok ganja) yang antusias. India Utara juga menawarkan Manali, tujuan populer lainnya bagi kaum Hippies dan pusat budidaya ganja lainnya.
ADVERTISEMENT
Pada bulan-bulan musim dingin, sebagian besar Hippies akan menuju ke selatan menuju pantai Goa, ganja selalu tersedia secara bebas—meskipun sebenarnya tidak diproduksi di sana. Namun di musim panas, jejak kaum Hippies berakhir di pegunungan Nepal hingga tahun 1973 terdapat banyak toko ganja yang beroperasi secara legal, dan tidak ada kesulitan nyata untuk mendapatkan charas (ganja) terbaik di dunia setelahnya.
Mengikuti Jejak Hippie
Jejak klasik hippie berakhir pada 1979, ketika revolusi Islam di Iran dan invasi Rusia ke Afghanistan menutup jalur darat untuk pelancong barat. Lebanon telah jatuh ke dalam perang saudara, Chitral dan Kashmir menjadi kurang mengundang karena ketegangan di daerah tersebut—bahkan Nepal akhirnya kehilangan kedamaian dan ketenangannya.
Tony dan Maureen Wheeler mengikuti jejak hippie dari London ke Melbourne di awal tahun 70-an. Dalam buku panduan Lonely Planet pertama, Across Asia on the Cheap, yang ditulis berdasarkan pengalaman mereka—terbit pada tahun 1973.
ADVERTISEMENT
"Tidak diragukan lagi bahwa 'Hippie Trail' masih menempati urutan teratas dalam daftar perjalanan terbaik saya," jelasnya.
Rory MacLean menelusuri kembali rute tersebut di awal tahun 2000-an dan menulis Magic Bus - On the Hippie Trail From Istanbul to India—sejarah pertama dari jalur tersebut. Sementara, Sharif Gemie dan Brian Ireland adalah penulis sejarah baru, Journeys to Nirvana - A History of the Hippie Trail.
Bagi Wheeler, meskipun rute klasik mungkin sudah tidak ada lagi, gaya perjalanan penuh petualangan yang diilhami terus berlanjut.
"Perjalanan saya semuanya bagus, dan terus seperti itu," katanya.
Upaya Menghidupkan Jalur Hippie di Era Milenial
Di era milenial, Duo India mencoba menghidupkan konsep touring via darat 'Bus to London' melalui jalur klasik 'Hippie Trail'.
ADVERTISEMENT
Konsep ini merupakan sebuah layanan bus hop-on/hop-off pertama antara India dan London akan melintasi 18 negara dengan menempuh jarak 20.000 km dalam 70 hari yang terinspirasi dari 'Hippie Trail' yang pernah populer di era tahun 50-an-60-an.
Perusahaan ekpedisi dan travel didirikan oleh duo pengusaha dan pelancong India, Tushar Agarwal dan Sanjay Madan. Idenya itu muncul ketika mereka mencoba dan menguji rute ini pada tahun 2017, 2018 dan 2019, dengan perjalanan 50 hari dari Delhi ke London menggunakan mobil pribadi yang dikendarai pelancong secara konvoi.
"Saat itu, kami mendapat permintaan dari orang-orang yang ingin berpergian dengan santai. Jadi, kami memikirkan bus," kata salah satu pendiri Adventures Overland, Sanjay Madan kepada media lokal India, New Indian Express.
ADVERTISEMENT
"Ada banyak pelancong yang ingin mengalami perjalanan darat ini, tetapi mereka tidak ingin mengemudi," tambah Agarwal.
Bila terealisasi, perusahaan transportasi milik Duo India itu, akan menambah jajaran perusahaan transportasi yang melayani para pelancong timur ke barat mengikuti rute 'Hippie Trail' yang telah mati.
Pertama kali rute ini dirintis oleh perusahaan bus asal Inggris, The Indiaman pada tahun 1957, diikuti oleh Swagman Tours (kemudian berganti nama menjadi Asian Greyhound). Perusahaan bus lain mulai bermunculan pada 1960-an, karena didorong ekonomi dunia sedang berkembang pesat dan pasar tumbuh.