Konten dari Pengguna

Apakah Cinta Ditentukan oleh Takdir? Red String Theory dalam Drama Korea

DADANG BUDI SETIAWAN
ASN pada Dinas Komunikasi dan Informatika, Statistik dan Persandian Kabupaten Tuban
14 Januari 2025 9:30 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DADANG BUDI SETIAWAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Red String Theory, Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Red String Theory, Freepik
ADVERTISEMENT
Apakah kamu pernah menyadari bahwa banyak drama Korea menceritakan hubungan dari masa kecil atau kisah masa lalu? Ada yang menganggapnya menarik, tapi ada juga yang mengatakan ini terlalu berlebihan. Namun, cerita-cerita semacam ini tidak lepas dari keyakinan di Korea tentang Red String Theory. Apa itu sebenarnya?
ADVERTISEMENT
Banyak orang percaya bahwa setiap individu memiliki pasangan yang telah digariskan oleh takdir, dihubungkan oleh ‘benang merah’ tak kasat mata. Teori ini berasal dari mitologi Tiongkok yang menggambarkan dua jiwa yang ditakdirkan untuk bersama, meskipun terpisahkan oleh jarak atau waktu.
Meskipun benang merah ini bisa kusut, mereka yang terhubung oleh takdir akan selalu bertemu pada akhirnya. Namun, apakah takdir cinta benar-benar sudah ditentukan sejak awal? Di zaman modern, hubungan cinta sering kali bergantung pada usaha dan pilihan individu. Jadi, apakah Red String Theory hanya sekadar mitos, atau ada relevansinya hingga kini?
Asal-usul Red String Theory
Teori Benang Merah berasal dari mitologi kuno Tiongkok yang berpusat pada kisah Dewa Bulan (Yue Lao), yang dipercaya sebagai dewa perjodohan. Yue Lao diyakini mengikatkan benang merah tak terlihat pada dua individu yang ditakdirkan untuk bersama.
ADVERTISEMENT
Benang ini mungkin meregang atau kusut, tetapi tidak akan pernah putus. Pada akhirnya, pasangan yang terhubung oleh benang merah akan bertemu sesuai dengan takdir mereka. Legenda ini mencerminkan keyakinan masyarakat Tiongkok kuno bahwa hubungan manusia berada di bawah kendali kekuatan ilahi.
Konsep ini kemudian menyebar ke Jepang dan Korea, yang turut mengadaptasi gagasan benang merah takdir. Kini, teori ini menjadi simbol harapan dan romantisme dalam hubungan cinta di berbagai budaya Asia.
Red String Theory dalam Drama Korea
Drama Korea sering menggunakan konsep Red String Theory sebagai elemen cerita. Narasi tentang pasangan yang dipertemukan kembali setelah perpisahan panjang atau memiliki hubungan dari masa kecil hingga dewasa menjadi favorit banyak penonton.
Poster Drama Korea Welcome to Samdal-ri
Berikut adalah beberapa drama Korea yang menghadirkan kisah red string theory yang diolah dari berbagai sumber:
ADVERTISEMENT
1. Welcome to Samdal-ri (2023)
Cho Yong Pil, seorang peramal cuaca, bertemu kembali dengan sahabat masa kecilnya, Cho Sam Dal, yang kini sukses sebagai fotografer mode. Namun, setelah segalanya hancur, Sam Dal kembali ke kampung halaman mereka. Kisah ini menggambarkan bagaimana perasaan lama kembali muncul di antara mereka.
2. Our Beloved Summer (2021)
Dua mantan kekasih, Choi Woong dan Kook Yeon Soo, bertemu kembali setelah bertahun-tahun. Meskipun kehidupan telah membawa mereka ke arah yang berbeda, hubungan mereka menunjukkan bahwa takdir memiliki cara untuk menyatukan dua hati.
3. Queen of Tears (2024)
Baek Hyun Woo dan Hong Hae In, pasangan suami istri, menghadapi berbagai krisis dalam kehidupan mereka. Dengan cinta yang kuat, mereka membuktikan bahwa takdir selalu bekerja untuk menyatukan dua orang yang ditakdirkan bersama.
ADVERTISEMENT
4. Love Next Door (2024)
Choi Seung Hyo dan Bae Seok Ryu adalah sahabat masa kecil yang bertemu kembali sebagai orang dewasa. Meski kehidupan mereka berbeda, pertemuan ini menunjukkan bahwa benang merah takdir selalu menemukan jalannya.
5. Serendipity's Embrace (2024)
Lee Hong Ju bertemu kembali dengan cinta pertamanya, Kang Hu Yeong, setelah sepuluh tahun. Drama ini menggambarkan bagaimana cinta lama bisa bersemi kembali meskipun waktu dan keadaan telah memisahkan mereka.
6. Doctor Slump (2024)
Yeo Jeong Woo, seorang dokter bedah plastik, bertemu Nam Ha Neul, saingan lamanya yang kini menjadi ahli anestesi. Di tengah kesulitan hidup masing-masing, mereka menemukan kenyamanan satu sama lain, membuktikan bahwa cinta dan takdir sering kali saling berhubungan.
ADVERTISEMENT
Relevansi di Era Modern
Meskipun berasal dari mitologi kuno, Red String Theory tetap relevan di era modern, terutama dalam pandangan romantis tentang cinta dan takdir. Media sosial, aplikasi kencan, dan teknologi sering kali menjadi penghubung pasangan yang dianggap “ditakdirkan” untuk bertemu.
Sebuah penelitian dalam Journal of Social and Personal Relationships (2020) menemukan bahwa individu yang percaya pada konsep takdir cenderung lebih puas dalam hubungan mereka. Keyakinan ini membantu mereka mengabaikan masalah kecil, karena percaya bahwa takdir akan membimbing hubungan mereka.
Namun, terlalu percaya pada takdir juga dapat menimbulkan sikap pasif dalam memperbaiki hubungan. Ini menunjukkan bahwa meskipun Red String Theory memiliki daya tarik kuat, hubungan yang berhasil tetap membutuhkan usaha dan komitmen dari kedua belah pihak.
ADVERTISEMENT
Apakah Cinta Ditentukan oleh Takdir atau Pilihan?
Bagi sebagian orang, cinta dianggap sebagai sesuatu yang sudah ditentukan oleh alam semesta, sesuai dengan Red String Theory. Namun, ada pula yang percaya bahwa cinta adalah hasil dari usaha bersama.
Realitanya, cinta mungkin merupakan gabungan dari keduanya. Takdir mungkin mempertemukan dua orang, tetapi bagaimana hubungan itu berkembang sepenuhnya bergantung pada keputusan dan usaha mereka.
Keyakinan pada takdir dapat memperkuat hubungan, tetapi tanpa usaha yang nyata, cinta tidak akan bertahan.
Pada dasarnya, Red String Theory adalah sebuah kepercayaan tentang takdir. Mungkin kamu juga pernah berpikir bahwa pasti ada alasan kamu bertemu seseorang.
Yang saya yakini, takdir hidup seseorang—rezeki, jodoh, dan maut—sudah ditetapkan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Setiap orang memiliki jalur benang merahnya sendiri-sendiri. Tapi ingat, meskipun takdir membawa kita pada peluang, pilihan dan usaha tetap menjadi penentu bagaimana kisah itu berakhir. Jadi, benang merah itu mungkin ada, tapi tangan kitalah yang memutuskan bagaimana cara kita merajutnya.
ADVERTISEMENT