Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.1
Konten dari Pengguna
Jangan Sampai Pergi Mencari Minyak Goreng, Pulang Bawa Minyak Urut
19 Februari 2022 10:52 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari DADANG BUDI SETIAWAN tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Selama beberapa minggu terakhir ini minyak goreng menjadi tranding topik dimanapun, mulai dari pemberitaan media massa, celotehan warganet di media sosial, obrolan emak-emak di pasar, perumahan dan pengajian bahkan di warung kopi yang notabenenya didominasi bapak-bapak.
ADVERTISEMENT
Teringat Rabu 19 Januari 2022 yang lalu, saat Pemerintah resmi mengimplementasikan kebijakan minyak goreng satu harga Rp14.000 per liter untuk semua jenis kemasan. Biarpun info tersebut beredar dari pagi saat diumumkan Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi, ngeh-nya malah saat dikirimi potongan pak menteri disalah satu akun tiktok oleh teman kantor yang menanyakan kebenaran akan informasi tersebut. Akhirnya sudah menjadi kebiasaan, jika ada informasi apapun harus cek and ricek. Mulailah googling dan membuka satu persatu artikel dari satu media ke media lainnya, dan fix informasi tersebut benar adanya.
Setelah memastikan kebenaran info tersebut, akhirnya berceritalah ke istri, sebenarnya tanggapannya biasa aja, hanya bilang klo penasaran disuruh untuk nyoba aja, apakah kebijakan satu harga minyak goreng sudah berlaku di kota tercinta ini yang masih berkilo-kilo meter dari ibu kota tempat pak Mendag menggelar jumpa pers.
ADVERTISEMENT
Setelah menjemput anak sepulang mengaji, akhirnya nyobalah mampir disalah satu minimarket, dan benar di rak minyak goreng tertulis Rp.14.000 dengan pembelian maksimal 2 liter untuk satu orang, akan tetapi rak tersebut kosong mlompong, tidak ada isi alias raib. Dasar manusia, walaupun pak menteri meminta masyarakat untuk tak melakukan panic buying atau memborong dalam jumlah besar, dalam kenyataan berbeda, paling tidak itu yang tersirat dalam pikiran. Atau kalau istilah Su’udhon-nya, apakah mungkin minyak goreng memang sengaja di sembunyikan digudang, entahlah.
Tidak menemukan minyak goreng di satu minimarket membuat jiwa kompetisi dalam diri muncul. Jika orang lain dapat, masak iya aku gak bisa, dan terngiang-ngiang dikepala. Akhirnya berangkatlah untuk mencari minimarket lainnya. Dan hasilnya setelah keluar masuk 3 minimarket baik yang biru ataupun yang merah, hasilnya sama saja Zonk.
ADVERTISEMENT
Setelah rame-rame hari itu tentang minyak goreng, Pemerintah memastikan pasokan aman dari ritel modern sampai di pasar tradisional, kepada pedagang sampai di pasarpun harus segera menyesuaikan dengan harga terbaru karena Pemerintah akan mengeluarkan subsidi minyak goreng. Namun ada sedikit rasa pesimis, terutama dipasar tradisonal yang mungkin harga kulakan pedagang masih sesuai harga lama, tidak mungkin serta merta dan bimsalabim bisa menjadi satu harga.
Beberapa hari berlalu, saat asyik ngopi, dengan semangat berapi-api bu dik, penjual kopi bercerita tentang perjuangan mendapatkan minyak goreng disebuah supermarket. Lho kan benar, bahwa minyak goreng ini akan langka, atau jikapun ada harganya akan tetap mahal. Dan jika ditemukan adanya informasi tentang keberadaan minyak goreng di minimarket dan supermarket apalagi jika ada operasi pasar murah, akan diserbu oleh masyarakat.
ADVERTISEMENT
Menurut temuan Ombudsman RI (ORI), ada tiga faktor yang menyebabkan minyak goreng langka dan mahal di pasaran. Sebagaimana diberitakan KOMPAS.com pada Selasa (8/2/2022), anggota ORI, Yeka Hendra Fatika mengatakan, temuan tersebut didapat berdasarkan laporan situasi masyarakat di 34 provinsi di Indonesia. Pertama adalah adanya penimbunan, kedua adanya oknum yang sengaja membuat minyak goreng langka di pasaran dan ketiga adalah panic buying yang dilakukan oleh masyarakat karena ketidakjelasan informasi dan tidak ada jaminan mengenai ketersediaan stok minyak goreng di pasaran.
Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi yang melakukan inspeksi mendadak (sidak) ke Jawa Timur Jumat (18/02/22) Kemarin diantaranya pasar di Surabaya dan distributor minyak goreng di Sidoarjo. Mendag mengatakan bahwa telah memerintahkan Tim Kemendag untuk terus melanjutkan pengawasan dan pemantauan lapangan selama 24 jam di seluruh provinsi agar tidak ada lagi kendala dan hambatan distribusi minyak goreng yang ditemui di lapangan, dan pasokan minyak goreng dengan harga terjangkau dapat tersedia untuk masyarakat.
ADVERTISEMENT
Ditempat lain sebagai salah satu upaya pemerintah untuk menangani kelangkaan minyak goreng saat ini adalah dengan menggelar operasi pasar murah, seperti yang terlihat di GOR Rangga Jaya Anoraga Tuban. Walaupun dalam kondisi hujan, masyarakat rela mengantre untuk membeli minyak goreng dengan harga 13.500 rupiah per liter.
Dalam kegiatan yang diselenggarakan oleh Dinas Koperasi, Usaha Kecil dan Menengah, dan Perdagangan (DKUKMD) Kabupaten Tuban bekerjasama Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Timur ini disediakan sebanyak 6.000 liter minyak goreng, dan setiap orang dijatah maksimal 2 liter dengan persyaratan hanya membawa fotokopi KTP. Kepala Dinas DKUKMD Tuban, Agus Wijaya menyatakan bahwa kegiatan operasi pasar murah serupa akan intens digelar di kecamatan lain secara bergantian dan berkala.
ADVERTISEMENT
Apapun usaha yang dilakukan Pemerintah saat ini harus dilakukan dengan cepat dan tepat sasaran serta terjangkau, karena sungguh ironi, Indonesia yang merupakan lumbung sawit, sehingga menjadi penghasil terbesar crude palm oil (CPO) di dunia masih dihadapkan pada persoalan kelangkaan minyak goreng.
Jangan sampai masyarakat pergi untuk mencari minyak goreng namun pulang membawa minyak urut, untuk mengurut kaki mereka yang lelah karena berkeliling mencari minyak goreng dari satu toko ke toko lainnya, dari satu pasar kepasar lainnya.