Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Pemimpin Berhati Baja, Rakyat Menangis Tak Bersuara : Prancis Menulis Sejarah
12 Januari 2025 8:24 WIB
·
waktu baca 1 menitTulisan dari Dafa Firmansyah tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Revolusi ialah perubahan besar yang terjadi dalam struktur politik, sosial, dan ekonomi sebuah bangsa yang sering kali disertai dengan pergolakan dan konflik. Revolusi muncul ketika masyarakat merasa sistem yang ada tidak lagi mencerminkan aspirasi mereka, dan perubahan yang mereka tuntut tidak bisa dicapai melalui cara-cara biasa. Dalam sejarah dunia, revolusi sering menjadi titik balik yang menentukan arah perkembangan sebuah bangsa, seperti yang terjadi dalam Revolusi Prancis.
ADVERTISEMENT
Sistem monarki absolut yang saat itu diterapkan di prancis sebagai faktor utama penggebrak revolusi di mana kekuasaan tertinggi dipegang oleh seorang raja atau ratu yang memerintah berdasarkan hak ilahi, artinya mereka dianggap mendapat kekuasaan langsung dari Tuhan. Raja memiliki kendali penuh atas pemerintahan, militer, hukum, dan ekonomi negara.
Di Prancis sebelum revolusi, sistem monarki absolut dijalankan oleh Raja Louis XVI, yang dianggap sebagai penguasa tertinggi tanpa kewajiban untuk mempertanggungjawabkan kebijakannya kepada rakyat. Raja dan kaum bangsawan hidup dalam kemewahan di istana Versailles, sementara rakyat menderita akibat pajak yang tinggi, kelaparan, dan krisis ekonomi yang parah. Ketimpangan ini menciptakan jurang sosial yang sangat lebar, di mana kaum bangsawan dan pendeta menikmati hak istimewa, sementara rakyat jelata menanggung beban pajak dan kemiskinan.
ADVERTISEMENT
Sistem monarki absolut di Prancis juga mengabaikan suara rakyat, terutama kaum borjuis (kelas menengah yang terpelajar) dan petani yang merasa hak-hak mereka dilanggar. Ketika raja menolak reformasi yang diusulkan oleh rakyat, muncul ketegangan yang memuncak dalam bentuk pemberontakan. Penyerbuan Bastille pada 14 Juli 1789 menjadi simbol perlawanan rakyat terhadap monarki yang dianggap tiran dan menandai awal dari Revolusi Prancis.
Dalam sejarah peradaban, revolusi kerap lahir dari ketimpangan yang dibiarkan berlarut-larut. Kepuasan rakyat bukan sekadar hasil dari kebijakan yang bijak, melainkan menjadi tanggung jawab utama yang harus diemban oleh pemimpin dengan penuh kesadaran dan kerendahan hati. Arogansi dalam kekuasaan adalah awal kehancuran, karena ia menutup pintu dialog dan merusak kepercayaan yang menjadi dasar keutuhan sebuah bangsa. Sebagaimana Revolusi Prancis mengajarkan, kemegahan yang berdiri di atas penderitaan rakyat tak ubahnya bangunan megah di tepi jurang — tampak kokoh, namun rapuh di hadapan gelombang perubahan. Pemimpin yang lalai akan suara rakyat hanya akan menggali lubang bagi kejatuhannya sendiri. Revolusi ini juga lah yang menjadi titik balik dalam sejarah dunia, memperkenalkan konsep pemerintahan yang lebih demokratis dan menolak kekuasaan absolut, melahirkan semboyan utama revolusi prancis "Liberté, Égalité, Fraternité" (Kebebasan, Kesetaraan, Persaudaraan) menjadikannya sebagai dasar perkembangan ketatanegaraan yang diplomatis dan adil dalam menegakkan hukum.
ADVERTISEMENT