Konten dari Pengguna

Berkembangnya Ekonomi Hijau dan Peranan Strategis ASEAN

Daffa Ardiansyah A
Mahasiswa Ilmu Hubungan Internasional Universitas Gadjah Mada
17 Juni 2022 21:30 WIB
·
waktu baca 6 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daffa Ardiansyah A tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Karel (unsplash.com)
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Karel (unsplash.com)
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2021, Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) menginisiasi kerangka kerja sama dalam proyek ekonomi sirkular. Inisiasi kerja sama tersebut didasari oleh kesadaran mengenai ancaman resiliensi ekonomi dari kelangkaan sumber daya dan model ekonomi linear—yang disusun oleh value chain: take, make, waste—tidak berkelanjutan (The ASEAN Secretariat, 2021).
ADVERTISEMENT
Oleh karena itu, kerangka kerja sama ini diinisiasi dengan tujuan strategis untuk meningkatkan resiliensi ekonomi ASEAN, meningkatkan efisiensi sumber daya, dan membangun pembangunan berkelanjutan.
Dalam rangka merealisasikan ambisi tersebut, kerangka kerja sama ini memiliki lima prioritas strategis yakni (1) standar harmonisasi dan rekognisi mutual, (2) keterbukaan dagang dan fasilitas dagang, (3) inovasi, digitalisasi, dan pengembangan teknologi baru, (4) pembiayaan keberlanjutan dan investasi inovatif, serta (5) penggunaan sumber daya energi dan lain-lain secara efisien (The ASEAN Secretariat, 2021).
Selain itu, terdapat enam prinsip panduan yakni (1) mempromosikan integrasi ASEAN dan pembangunan regional value chains, (2) mempertimbangkan dampak luas terhadap ekonomi dan masyarakat, (3) mengenali kondisi unik dari setiap anggota, (4) mendorong koordinasi dalam pembagian pengetahuan dan teknologi ASEAN secara luas, (5) evaluasi posibilitas finansial dan institusional dalam implementasinya, (6) fungsi dalam realitas rantai produksi (The ASEAN Secretariat, 2021).
ADVERTISEMENT
Berdasarkan kerangka kerja sama yang telah diinisiasi, dapat diketahui bahwa ASEAN memiliki visi ideal yang inklusif dalam mengembangkan perekonomiannya. Dengan menerapkan inklusif terhadap elemen-elemen pembangunan ekonomi yang selama ini dimarginalisasi; seperti aspek kelingkungan. Oleh karena itu, model rantai pasok regional yang berbasis model ekonomi linear diupayakan untuk ditransformasikan secara sirkular supaya pembangunan ekonomi lebih berkelanjutan.
Bagaimanapun, kerangka kerja sama tersebut masih memiliki kekurangan yang telah dikritik dalam penelitian Chen et al. (2022). Kritik tersebut muncul karena definisi ekonomi sirkular dalam kerangka kerjasama kurang spesifik dan tidak terdapat mekanisme lanjutan untuk mensinergikan mekanisme tersebut pada pendekatan tingkat nasional (Chen et al., 2022).
Implikasinya, menjadi sulit untuk meyakinkan korporasi bahwa perumus kebijakan memiliki keseriusan dalam mengimplementasikan prinsip dan strategi dalam kerangka kerja sama tersebut. Merefleksikan adanya kritik tersebut, penelitian Chen et al. (2022), mendorong keterlibatan UMKM secara lebih ekstensif—meskipun sulit karena adanya permasalahan pembiayaan dan pertumbuhan ekonomi yang dikorbankan akibat standar pembangunan berkelanjutan—dengan dorongan dari pemerintah nasional masing-masing negara.
ADVERTISEMENT
Dalam rangka menganalisis kerangka kerja sama ini, tulisan ini akan mengoperasionalisasikan hipotesis Environmental Kuznet Curve yang diperbarui oleh Narlikar et al. (2014). Bagaimanapun, Narlikar et al. (2014) memperbaiki hipotesis tersebut dengan memposisikannya sebagai pernyataan statistik untuk mengilustrasikan kekuatan politik dan ekonomi dari suatu negara dalam mereduksi polutan pada tingkatan pendapatan yang berbeda.
Di samping pernyataan statistik tersebut, terdapat elemen-elemen lain yang dapat mempengaruhi komitmen negara terhadap konservasi lingkungan; seperti halnya, perdagangan, sumber pertumbuhan suatu negara, dan proses politik yang dialami oleh negara. Berdasarkan hipotesis yang diperbarui dan pemaparan kritik sebelumnya, dapat diketahui bahwa ASEAN memiliki beberapa permasalahan yang krusial; di antaranya, (1) posisi ekonomi yang berbeda pada setiap negara, (2) keterbatasan kuasa ASEAN dalam mengintervensi implementasi kebijakan pada tingkat politik domestik, dan (3) kekuatan ekonomi regional ASEAN dalam pasar global.
ADVERTISEMENT
Pada tahun 2022, ASEAN memiliki kesempatan besar untuk mengembangkan aktualisasi dari kerangka kerja sama tersebut karena tiga negara anggotanya memimpin forum kerja sama ekonomi internasional. Thailand memimpin APEC (Asia Pacific Economic Cooperation), Indonesia memegang Presidensi G20, dan Kamboja memiliki posisi sebagai Ketua ASEAN.
Peranan strategis tersebut menjembatani kolaborasi antara ASEAN dan G20 sehingga kerangka kerja sama ekonomi sirkular tersebut dapat didiseminasikan ke masyarakat umum dan pelaku industri untuk meningkatkan efektivitas implementasi dari kerangka kerja sama yang diadopsi (Nursanti, 2022; Ham, 2022). Meskipun ASEAN tidak memiliki kuasa untuk mengintervensi politik domestik dari negara anggotanya, kerangka kerja ini dapat menunjukan tatanan positif, dengan melihat masing-masing negara mulai mengalami tekanan politik dan dorongan untuk mentransformasikan model ekonominya.
ADVERTISEMENT
Misalnya, Indonesia yang akhirnya merumuskan pengembangan EBT (Energi Baru Terbarukan) dengan mempelajari sistem peralihan energi Inggris (BKSAP DPR, 2022). Filipina juga memfokuskan mekanisme ekonomi sirkularnya dalam empat pilar yakni fesyen, makanan, plastik, dan elektronik (Climate Reality Project Philippines, 2021). Bentuk pengimplementasian dari kerja sama yang berbeda mengindikasikan adanya perbedaan tingkat pendapatan dan konteks politik masing-masing negara.
Optimisme yang muncul terhadap kerangka kerja sama ekonomi sirkular di Masyarakat Ekonomi ASEAN bukan hanya didasari oleh posisi dan kondisi pengimplementasian negara-negara anggotanya, melainkan juga kerja sama ASEAN secara menyeluruh dengan pihak eksternal. Misalnya, dalam inisiasi kerja sama ekonomi sirkular untuk merespons Covid-19 dalam EU-ASEAN Business Council. Inisiasi kerjasama lanjutan tersebut disepakati dengan tiga tujuan utama (Kanak, Chong, & Althoff, 2020).
ADVERTISEMENT
Pertama, mempercepat transisi ASEAN sebagai kawasan produsen emisi rendah dan memulihkan resiliensi pembangunan ASEAN dalam merespons Covid-19. Kedua, membuka peluang dagang dan investasi untuk meningkatkan sumber pendapatan dan ketahanan pangan sesuai pendekatan ekonomi sirkular. Ketiga, penempatan sirkularitas sebagai resolusi utama ASEAN dalam merealisasikan target UNFCCC dan Paris Agreements.
Dalam hal ini, dapat dilihat bahwa permasalahan mengenai kekuatan regional ASEAN dalam pasar global dapat diperkuat, terlebih dengan adanya peluang bagi ASEAN untuk belajar dan mengembangkan proyek ekonomi sirkularnya dengan kawasan yang terlebih dahulu sukses dalam mengimplementasikan ekonomi sirkular. Dapat disimpulkan bahwa terdapat berbagai kekurangan dalam kerangka kerja sama ekonomi sirkular MEA yang secara bertahap diatasi oleh ASEAN melalui peningkatan komitmen nasional negara anggota dan penguatan posisi kawasan di pasar global.
ADVERTISEMENT
Referensi
Chen, K., Jye, Q. S., Huang, Y., & Hanh, P. T. H. (2022, January 27). Can Asean Achieve Its Circular Economy Ambitions? The Business Times. Retrieved June 16, 2022, from https://lkyspp.nus.edu.sg/docs/default-source/aci/thebusinesstimes_27jan2022_can -asean-achieve-its-circular-economy-ambitions.pdf.
Climate Reality Project Philippines. (2021, December 2). Eleventh Hour: Turning the wheels of the circular economy in the Philippines. Manila Bulletin. Retrieved June 16, 2022, from https://mb.com.ph/2021/12/02/eleventh-hour-turning-the-wheels-of-the-circular-ec onomy-in-the-philippines/
Copeland, B, and Taylor, M. S. (2004). Trade and the Environment: Theory and Evidence. Princeton: Princeton
Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia, Bahas EBT, BKSAP Terima Kunjungan Anggota Parlemen dan Dubes Inggris (2022). Biro Kerja Sama Antar Parlemen DPR RI. Retrieved June 16, 2022, from https://www.dpr.go.id/berita/detail/id/39295/t/javascript.
HAM. (2022, January 8). Sinergi Kepemimpinan Indonesia di G20 dan ASEAN, Pemerintah Wujudkan Pemulihan Ekonomi Berkelanjutan. Radar Sulbar. Retrieved June 16, 2022, from https://radarsulbar.fajar.co.id/2022/01/08/sinergi-kepemimpinan-indonesia-di-g20- dan-asean-pemerintah-wujudkan-pemulihan-ekonomi-berkelanjutan/
ADVERTISEMENT
Kanak, D., Chong, L., & Althoff, H. (2020). (working paper). CIRCULAR ECONOMY CENTRAL TO COVID-19 RECOVERY AND LONG-TERM GROWTH ACROSS ASEAN: EU-ASEAN BUSINESS COUNCIL (pp. 1–3). EU-ABC. Retrieved June 16, 2022, from https://www.eu-asean.eu/wp-content/uploads/2022/02/63371b_798479de090248b
6a673d33d58b39f9d.pdf.
Narlikar, A., Daunton, M. J., Stern, R. M., Hufbauer, G., & Fickling, M. (2014). Chapter 32: Trade and the Environment. In The Oxford Handbook on the World Trade Organization (pp. 1242–1278). essay, Oxford Univ. Press.
Nursanti, A. (Ed.). (2022, January 9). Tahun 2022 Jadi Tahun penting Dan Strategis Bagi ASEAN. Pikiran Rakyat. Retrieved June 16, 2022, from https://www.pikiran-rakyat.com/ekonomi/pr-013430680/tahun-2022-jadi-tahun-pe nting-dan-strategis-bagi-asean
The ASEAN Secretariat, ASEAN adopts framework for Circular Economy (2021). ASEAN and ERIA. Retrieved June 16, 2022, from https://asean.org/asean-adopts-framework-for-circular-economy/.
ADVERTISEMENT