Hal yang Perlu Dilakukan Sebelum, Ketika, dan Sesudah Tsunami Melanda

Daffa Aushafal Adiby
Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Angkatan 2020
Konten dari Pengguna
28 April 2021 18:37 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daffa Aushafal Adiby tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi Tsunami. Sumber gambar: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi Tsunami. Sumber gambar: Pixabay
ADVERTISEMENT
Bencana alam kerap kali menyebabkan kerugian besar, bahkan sampai memakan korban jiwa yang jumlahnya tidak sedikit pula. Tsunami salah satunya, gelombang besar yang terjadi karena gempa bawah laut ini mampu menyapu daratan hanya dengan waktu yang sangat singkat. Kehadirannya yang secara tiba-tiba tidak mampu dicegah ataupun dihindarkan.
ADVERTISEMENT
Wilayah Indonesia yang termasuk ke dalam wilayah Ring Of Fire membuat Indonesia rentan terhadap bencana alam. Gelombang besar tsunami pernah terjadi beberapa kali di Indonesia di antaranya Tsunami Aceh (2004), Tsunami Pangandaran (2006), dan yang baru-baru ini terjadi pada 2018 di bencana tsunami di Palu dan Selat Sunda, Banten.
Tsunami juga menciptakan kerugian besar baik secara materil maupun korban jiwa. Seperti gelombang tsunami yang terjadi di Aceh pada tahun 2004 yang masih membekas dalam ingatan. Gelombang laut setinggi 35 meter yang meratakan daratan Aceh, bahkan menjalar sampai ke pesisir barat Sumatra. Berdasarkan data yang tersedia, kejadian tersebut menelan korban jiwa sebanyak 170.000 jiwa dan kerugian materil yang ditaksir mencapai Rp 42,7 triliun.
ADVERTISEMENT
Bencana alam memang tidak dapat dicegah atau pun dihindari, akan tetapi risiko besaran kerugian dan jumlah korban jiwa akibat tsunami dapat dikurangi melalui mitigasi bencana tsunami seperti halnya pengaturan tata letak kota, rancangan bangunan di wilayah pesisir, dan sosialisasi upaya penyelamatan diri kepada masyarakat.
Beberapa hal yang harus dilakukan ketika terjadi tsunami di antaranya, yaitu:
1. Kenali tanda-tandanya
Tsunami sering kali diawali dengan bencana gempa bumi, namun tidak semua gempa bumi berpotensi tsunami. Kemudian diikuti dengan surutnya air laut yang tidak biasa, terdengar suara gemuruh dari laut dan muncul bau air laut yang khas, dan tanda-tanda alam lainnya seperti naluri hewan di sekitar tempat kejadian.
2. Lari ke tempat lebih tinggi
ADVERTISEMENT
Carilah akses ke tempat yang lebih tinggi seperti atap bangunan tinggi dengan banyak ventilasi yang lebar atau memanjat pohon dengan batang yang tunggal seperti pohon kelapa, namun karena munculnya kekhawatiran dan rasa panik sehingga berdesak-desakan dan kerap menyebabkan korban jiwa.
3. Jangan kembali ke pantai sebelum aman
Hal ini sering terjadi kepada masyarakat yang merasa sudah aman dan ingin segera menyelamatkan barang-barang yang dianggap penting sehingga mereka nekat untuk kembali ke wilayah dekat pantai.
4. Jika di laut, segeralah ke tengah laut
Hal ini dianjurkan bagi mereka yang berada di atas kapal agar tidak ikut tersapu gelombang setelah gelombang meninggi.
Beberapa langkah penanggulangan bencana alam tsunami juga dapat dilakukan oleh pemerintah dengan menciptakan tata letak kota yang baik dan mengatur tentang konstruksi bangunan di daerah pesisir.
ADVERTISEMENT
Hal-hal yang harus diperhatikan untuk menanggulangi bencana alam tsunami di antaranya: 1) Daerah pantai harus cukup lebar dan luas serta ditanami tanaman pelindung; 2) Daerah pemukiman ditempatkan di lokasi yang aman; 3) Dibuat bangunan pelindung seperti bendungan; 4) Pelabuhan ditempatkan jauh dari pemukiman.
Namun berdasarkan fakta di lapangan, mitigasi bencana alam di Indonesia masih jauh dari kata baik. Masih banyak bangunan yang belum sesuai dengan rancangan bangunan di wilayah pesisir, yaitu memiliki banyak ventilasi yang lebar. Penebangan tanaman pelindung seperti mangrove dan pohon kelapa. Daerah pemukiman yang sangat dekat dengan garis pantai dan pelabuhan. Belum adanya bangunan untuk melindungi pantai dari terpaan gelombang.
Fakta-fakta tersebut mengharuskan pemerintah lebih concern lagi terhadap mitigasi bencana alam tsunami yang kerap menjadi teror bagi masyarakat di wilayah pesisir. Rekonstruksi bangunan dan perencanaan tata kelola ruang yang baik perlu dilakukan untuk mengurangi risiko kerugian yang besar dan jumlah kematian yang tinggi akibat bencana alam tsunami.
ADVERTISEMENT