Masa Kedaluwarsa Ideologi Pancasila

Daffa Aushafal Adiby
Mahasiswa Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya Angkatan 2020
Konten dari Pengguna
29 April 2021 10:46 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daffa Aushafal Adiby tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
sumber: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
sumber: Pixabay
ADVERTISEMENT
Sejak awal dirumuskan sebagai ideologi bangsa, Pancasila sudah menciptakan polemik di Indonesia. Sila pertama dalam Piagam Jakarta Charter yang berbunyi “Ketuhanan, dengan kewajiban melaksanakan syariat Islam bagi pemeluk-pemeluknya” mendapatkan kecaman dari kalangan non muslim karena dianggap membatasi hak-hak pemeluk agama lain.
ADVERTISEMENT
Tidak itu saja, polemik Pancasila terus terjadi di Indonesia, seperti Gerakan 30 September PKI tahun 1965 yang berusaha mengganti Ideologi Pancasila dengan Ideologi Komunis dan penolakan terhadap Pancasila sebagai satu-satunya ideologi bangsa pada masa pemerintahan Orde Baru.
Pancasila di era globalisasi
Semakin berkembangnya teknologi di era globalisasi memudahkan masyarakat menjangkau seluruh informasi yang berasal dari media. Jika pemerintah tidak cermat akan hal ini, maka akan dengan mudahnya berbagai ideologi alternatif merasuki pemikiran bangsa.
Permasalahan ini didukung dengan melemahnya nilai-nilai Pancasila di kalangan muda-mudi Indonesia. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan, apakah Ideologi Pancasila memiliki masa kedaluwarsa? Atau pemerintah telah gagal menanamkan nilai-nilai Pancasila di bumi Indonesia? Berikut fakta-fakta melemahnya nilai-nilai Pancasila yang terjadi di era globalisasi.
ADVERTISEMENT

1. Diabaikannya Sila Pertama “Ketuhanan Yang Maha Esa”

Tidak main-main, hal ini terjadi di kalangan influencer yang menyatakan secara terang-terangan bahwa dirinya tidak percaya akan adanya Tuhan kepada media. Jerinx yang merupakan anggota grup band terkenal Superman is Dead mempercayai bahwasanya agama merupakan sebuah konspirasi, hal itu dia sampaikan pada sebuah acara televisi. Nora Alexandra yang merupakan istri dari Jerinx juga mengatakan bahwa suaminya bukan seorang muslim melainkan berpaham agnostic.
YouTuber Reza Arap yang berbicara secara terang-terangan bahwa dia mengaku saat ini tidak beragama dalam video yang berjudul ‘REZA ARAP, GUE GA PUNYA AGAMA, GA PUNYA BAPAK’. Namun hal tersebut tidak dapat dihindarkan mengingat di YouTube, seseorang dapat dengan bebas mengutarakan pendapatnya.
ADVERTISEMENT

2. Hilangnya Kemanusiaan yang Adil dan Beradab

Kasus bullying yang marak terjadi di Indonesia menandakan bahwa hilangnya nilai moral dan karakter bangsa Indonesia. Parahnya, kasus bullying di Indonesia tidak hanya terjadi di satu kalangan saja melainkan juga terjadi di rentang usia dini. Adapun beberapa kasus bullying yang cukup menggemparkan di Indonesia seperti kasus bullying siswi SMP di Thamrin dan mirisnya pelaku adalah dua anak SMP dan empat anak SD yang masih berusia di bawah umur, kasus bullying mahasiswa penyandang disabilitas Universitas Gunadarma pada 16 Juli 2017, kasus perundungan siswa SMPN 18 Tangerang Selatan pada 5 Maret 2018, kasus bullying siswi SMAN 3 Setia Budi Jakarta dan masih banyak kasus lainnya.
ADVERTISEMENT
Kasus bullying dianggap telah melanggar sila ke-2 Pancasila karena merenggut hak dan martabat orang lain. Berdasarkan data hasil riset Programme for International Students Assessment (PISA) sepanjang 2018 menunjukkan angka perundungan yang dialami anak di Indonesia mencapai 41,1%. Angka tersebut jauh melampaui rata-rata negara anggota OECD yang hanya sebesar 22,7%. Dengan angka tersebut menjadikan Indonesia menjadi negara dengan peringkat kelima sebagai negara yang paling banyak murid mengalami bullying.
Ilustrasi Garuda Pancasila. Foto: ShutterStock

3. Hilangnya Rasa Persatuan Indonesia

Berbagai tindakan terorisme dan separatisme yang masih terjadi hingga saat ini menandakan bahwa rasa persatuan di Indonesia sudah mulai memudar. Seperti yang terjadi baru-baru ini, tindakan teror di Mabes POLRI dan pengeboman Gereja Katedral Makassar, serta gerakan separatisme yang masih berlanjut hingga saat ini yang membuat Indonesia rentan terhadap perpecahan.
ADVERTISEMENT
Negara Indonesia yang merupakan negara yang memiliki keberagaman mempunyai tantangan besar terhadap rentannya perpecahan.

4. Hilangnya Kepercayaan Masyarakat Kepada Pemerintah

Tindakan pemerintah yang semena-mena dan tidak bertanggung jawab membuat hilangnya kepercayaan masyarakat Indonesia kepada pemerintah. Tindakan korupsi oleh pemerintah yang masih saja terjadi hingga saat ini membuktikan bahwa terdapat kecurangan dalam politik Indonesia.
Seperti yang terjadi baru-baru ini, korupsi bantuan dana sosial yang dilakukan oleh mantan Menteri Sosial. Tindakan tersebut tentunya merugikan negara dan masyarakat yang dalam hal ini haknya telah dirampas oleh pihak yang tidak bertanggung jawab.

5. Tidak Adanya Keadilan Sosial Bagi Seluruh Rakyat Indonesia

Bagi sebagian masyarakat Indonesia, kata keadilan sosial hanya angan belaka. Tingkat kemiskinan di Indonesia yang masih tinggi membuktikan Indonesia masih jauh dari kata sejahtera.
ADVERTISEMENT
Tidak hanya itu status pendidikan yang belum merata, pelayanan kesehatan dan ketersediaan infrastruktur yang belum memadai juga menjadi faktor tidak terciptanya keadilan sosial. Penegakkan hukum yang berlaku di Indonesia yang masih memihak pada pihak tertentu dianggap belum sesuai dengan sila kelima Pancasila.

Saran

Sebelum krisis ideologi terjadi di Indonesia, perlu adanya perhatian dari seluruh komponen baik masyarakat maupun pengambil kebijakan. Apabila hal ini dibiarkan terjadi, tidak dapat dihindari jika di masa yang akan datang akan terjadi kekacauan.