Konten dari Pengguna

Curhat ke AI, Si Pendengar Setia di Era Digital

Daffa Fadila Faisal
Mahasiswa Universitas Airlangga
5 Desember 2024 19:38 WIB
·
waktu baca 3 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daffa Fadila Faisal tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi: Freepik
ADVERTISEMENT
Di era digital yang semakin maju, muncul sistem yang hadir sebagai pendengar virtual, menjadi solusi unik bagi mereka yang merasa kesepian, menawarkan ruang aman untuk berbagi tanpa takut dihakimi. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan untuk berbagi cerita baik yang menyenangkan maupun yang sulit dihadapi. Biasanya, kita melampiaskan kebutuhan ini kepada teman, pasangan, atau keluarga. Namun, tidak semua orang memiliki kemewahan untuk memiliki tempat bercerita. Beberapa merasa kesulitan menemukan teman bicara, sementara yang lain kehilangan hubungan yang mereka impikan, baik keluarga ataupun pasangan. Di tengah ruang kesepian itu, ide yang hampir kebanyakan tidak orang pikirkan mulai menarik perhatian, yakni curhat kepada sistem cerdas bernama AI.
ADVERTISEMENT
AI, atau kecerdasan buatan, kini tidak hanya menjadi alat teknis tetapi juga "pendengar" virtual yang memahami manusia secara emosional. Dengan teknologi seperti Natural Language Processing (NLP), AI dapat menangkap emosi dan memberikan respons yang terasa penuh perhatian. Mulai dari chatbot hingga aplikasi curhat, AI menawarkan ruang tanpa batas bagi siapa saja untuk mencurahkan isi hati tanpa rasa takut dihakimi.
Kenapa Memilih AI untuk Curhat?
Di zaman yang serba sibuk, tidak semua orang punya teman curhat yang selalu tersedia. Kadang, berbicara dengan orang lain terasa berat karena takut dianggap berlebihan atau rahasia kita bocor. AI menawarkan solusi unik seperti menjadi pendengar yang siap kapan saja, tanpa lelah, dan tanpa menghakimi.
Keunggulan utama AI adalah privasi. Berbeda dari manusia, AI tidak akan membocorkan rahasia atau menyebarkan cerita Anda. Tak perlu menunggu waktu yang tepat atau menyesuaikan jadwal, karena AI siap mendengarkan 24/7. Bahkan, responsnya yang cepat sering kali memberikan rasa lega seketika.
Ilustrasi: Freepik
Meski AI tidak memiliki perasaan, sistem ini dirancang untuk membaca pola percakapan dan memberikan respons yang menenangkan, seperti "Saya mengerti apa yang kamu rasakan." dan biasanya dengan tambahan emoticon menarik. Respons ini untuk banyak orang, sudah cukup membantu mereka merasa didengar, terutama di saat-saat sulit.
ADVERTISEMENT
Namun, AI Bukan Tanpa Kelemahan
Meskipun nyaman, AI memiliki batasan. Ia tidak benar-benar memahami perasaan Anda, responsnya hanyalah hasil algoritma. Walaupun AI tampak penuh empati, ia tidak bisa menggantikan dukungan emosional dari manusia. Selain itu, ada risiko privasi jika data Anda tidak dikelola dengan baik oleh platform penyedia layanan AI tersebut.
Penelitian dari jurnal Komunikologi bahkan menunjukkan bahwa penggunaan AI secara berlebihan dapat memicu isolasi sosial dan ketergantungan emosional pada teknologi. Oleh karena itu, meski AI menjadi solusi sementara, kita tetap membutuhkan hubungan manusia untuk mendapatkan dukungan emosional yang lebih mendalam.
AI sebagai Pelengkap Saja, Bukan Pengganti
Fenomena curhat ke AI menunjukkan betapa manusia membutuhkan ruang untuk didengar dan dimengerti. Di dunia yang semakin maju akan inovasi teknologi, AI hadir sebagai solusi praktis yang menawarkan kenyamanan dan aksesibilitas. Namun, kita tidak boleh lupa bahwa empati sejati hanya bisa diberikan oleh sesama manusia.
ADVERTISEMENT
Jadi, apakah AI adalah solusi akhir atau sekadar pelengkap? Jawabannya tergantung pada kebutuhan Anda. Bagi sebagian orang, AI cukup sebagai pendengar virtual. Namun, untuk hubungan yang lebih mendalam, dukungan mental dari keluarga, teman, atau terapis tetaplah penting. Dengan memadukan teknologi dan hubungan manusia, kita bisa memenuhi kebutuhan emosional tanpa kehilangan sisi kemanusiaan kita.
Referensi:
Norsely, F., Arviani, H., & Achmad, Z. A. (2023). Pengalaman Interaksi Pengguna Remaja Curhat dengan ChatGPT. Komunikologi: Jurnal Pengembangan Ilmu Komunikasi dan Sosial, 7(2), 120-135.
Bachri, B. C. D., Muthmainnah, A. J., Juliani, C., Qonitatunnajah, M., & Wicaksono, W. P. (2024). SCOPING REVIEW: TEKNOLOGI BERBASIS ARTIFICIAL INTELLIGENCE DALAM MENCEGAH SUICIDE IDEATION GENERASI Z INDONESIA. Jurnal EMPATI, 13(4), 325-340.
ADVERTISEMENT
Wulandari, T. (2024, April 1). AI Chatbot Jadi Teman & Terapis, Redakan Kesepian atau Kurangi Empati? Detikedu. https://www.detik.com/edu/detikpedia/d-7270997/ai-chatbot-jadi-teman-terapis-redakan-kesepian-atau-kurangi-empati
Fransisca, M. (2024, October 28). Curhat Dengan AI: Era Baru Kesehatan Mental? Kumparan. https://kumparan.com/michellefransisca/curhat-dengan-ai-era-baru-kesehatan-mental-23k2QkZWrlr