Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Cara Malaysia Mempersiapkan Masyarakat Melek AI
13 November 2024 10:04 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Dahlia tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Kunjungan saya ke Kuala Lumpur kali ini adalah untuk mendampingi kegiatan Benchmarking peserta Pelatihan Kepemimpinan Nasional (PKN) Tingkat II Angkatan XVII Puslatbang KHAN LAN RI. Di Kuala Lumpur, saya berkesempatan mengunjungi Departemen Pelayanan Publik atau dalam bahasa Melayu disebut Jabatan Pengkhidmatan Awam (JPA) yang merupakan salah satu lokus benchmarking peserta Pelatihan. Kami tiba di lokasi sekitar pukul 09.00 pagi dan langsung disambut ramah dengan jamuan sarapan ringan.
ADVERTISEMENT
Kami terkesan sekali dengan pemaparan yang sangat komprehensif dari JPA terkait best practice yang telah mereka lakukan yang disampaikan langsung oleh 5 (lima) presenter, diantaranya mengenai Peran dan Fungsi JPA, Sistem Manajemen Kinerja, Manajemen Talenta, Sistem Informasi SDM, dan Pengembangan Kompetensi Digital. Dari pemaparan yang disampaikan, ada 1 (satu program) yang sangat menarik perhatian kami, yaitu program “AI untuk Rakyat”. AI untuk Rakyat ini adalah pembelajaran mandiri online yang dirancang untuk meningkatkan kesadaran masyarakat luas tentang Artificial Intelligent / AI (Kecerdasan Buatan). Pembelajaran ini bertujuan untuk menjelaskan AI kepada semua lapisan masyarakat – pelajar, orang tua yang tinggal di rumah, profesional di bidang apa pun, masyarakat lanjut usia atau lebih tepatnya kepada siapa saja yang tertarik untuk belajar dan ingin membangun kesadaran dan pemahaman terkait AI.
ADVERTISEMENT
Program ‘AI untuk Rakyat’ ini sendiri dibagi menjadi dua bagian: 'AI Awareness' dan 'AI Appreciate'. Kedua bagian ini menjelaskan tentang konsep AI yang dijelaskan melalui aktivitas menarik dan kuis. Setelah lulus kuis ini, pengguna akan mendapatkan sertifikat yang dapat ditampilkan di akun media sosialnya. Setelah mereka menyelesaikan kuis ini, mereka akan menjadi pemegang sertifikat AI Aware (Kesadaran terhadap AI) dan AI Appreciate (Menghargai keberadaan AI). Sampai saat ini sudah lebih dari 1 (satu) juta rakyat Malaysia yang menyelesaikan program pembelajaran ini. Oleh karenanya tidak heran jika AI Readiness Index, Malaysia menempati urutan 23 di dunia dan kedua di ASEAN setelah Singapura dengan index, 7.91, jauh melampaui Indonesia yang menempati urutan ke 42 dunia.
ADVERTISEMENT
Sejenak saya terpikir tentang program strategis yang dilakukan Negeri Jiran ini dalam mempersiapkan masyarakatnya menyambut era AI. Alih-alih terburu-buru mengajarkan keterampilan teknis, Pemerintah Malaysia lebih dulu berusaha menanamkan pemahaman mendalam tentang AI dan potensinya. Dari Program 'AI untuk Rakyat' kita belajar bahwa membangun mindset jauh lebih krusial daripada sekadar mengajarkan cara menggunakan AI. Dengan fokus pada perubahan pola pikir, pemerintah Malaysia ingin memastikan warganya siap memanfaatkan AI sebagai peluang emas, bukan sekadar pengguna pasif. Ini mengingatkan kita bahwa menjadi mahir teknologi (digital-savvy) belum cukup; yang kita butuhkan adalah digital mindset yang mampu melihat lebih jauh sehingga kita tidak hanya siap menghadapi masa depan, tetapi juga siap membentuknya. Program AI untuk rakyat ini ibarat membangun fondasi yang kuat sebelum mendirikan gedung tinggi. Dengan mindset yang tepat, masyarakat akan lebih siap memanfaatkan AI sebagai alat untuk meningkatkan kualitas hidup mereka.
ADVERTISEMENT
Disamping itu, saya juga kagum dengan inklusivitas yang ditonjolkan dari program ‘AI untuk Rakyat’ ini yang menyasar seluruh lapisan masyarakat tanpa kecuali. Dari sini kita belajar bahwa Pemerintah Malaysia benar-benar serius ingin menjadikan AI sebagai teknologi yang bisa diakses oleh semua, tanpa memandang latar belakang mulai dari generasi muda hingga tua renta, dari pekerja rumahan hingga pekerja professional. Hal ini mengingatkan saya akan kenangan sebelas tahun silam ketika sedang mengikuti program pertukaran mahasiswa di Malaysia. Saat itu, saya sangat terkejut melihat nenek-nenek pedagang sayur di pasar tradisional yang mahir menggunakan ATM untuk menyetorkan uangnya, sungguh suatu hal yang sangat jarang saya temui di kampung halaman saya. Saya yakin bahwa hal ini merupakan bukti nyata investasi literasi digital yang inklusif yang dilakukan pemerintah Malaysia di masa lalu. Kini, Malaysia kembali membuktikan komitmennya dalam inklusivitas dengan menjadikan AI sebagai teknologi yang bisa diakses oleh semua, tanpa memandang latar belakang. Lebih jauh, ini bukan hanya soal literasi digital, tapi juga tentang memberikan kesempatan yang sama bagi semua orang untuk ikut serta dalam kemajuan teknologi. Saya yakin, semangat inklusif seperti inilah yang akan membuat adopsi AI di Malaysia berjalan sukses. Bayangkan saja, jika semua orang memiliki akses dan pemahaman yang sama tentang AI, maka akan tercipta masyarakat yang lebih cerdas, inovatif, dan sejahtera.
ADVERTISEMENT
Apa yang dilakukan Malaysia melalui program 'AI untuk Rakyat' seyogyanya dapat menjadi inspirasi bagi Indonesia. Sebagai negara dengan populasi terbesar keempat di dunia dan ekonomi digital yang terus berkembang, Indonesia memiliki potensi yang luar biasa, diperkuat dengan bonus demografi yang didominasi usia produktif yang melek teknologi. Studi terbaru dari McKinsey Global Institute menunjukkan bahwa AI berpotensi meningkatkan PDB Indonesia sebesar 7% pada tahun 2030. Ini adalah peluang emas yang tidak boleh kita lewatkan. Kita perlu segera mengembangkan program 'AI untuk Rakyat' versi Indonesia yang lebih masif dan inklusif. Dengan begitu, kita dapat memastikan bahwa Indonesia siap menghadapi tantangan dan peluang di era digital. Saya yakin bahwa Indonesia, dengan segala sumber daya dan kreativitas masyarakatnya memiliki potensi yang luar biasa untuk dapat memanfaatkan AI dalam berbagai lini kehidupan.
ADVERTISEMENT