Konten dari Pengguna

Personal Branding dan Hustle Culture menjadi Trend Mahasiswa Masa Kini?

Dahlia Davega
Mahasiswa Sosiologi Universitas Brawijaya
2 Desember 2024 11:01 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dahlia Davega tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi mahasiswa yang mengikuti UKM kampus. Sumber: penulis
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi mahasiswa yang mengikuti UKM kampus. Sumber: penulis
ADVERTISEMENT
Perkembangan teknologi dan informasi yang begitu cepat membuat semua orang berlomba-lomba untuk mengikuti perubahan dan perkembangan akibat arus globalisasi. Siap maupun tidak siap masyarakat saat ini dihadapkan dengan berbagai kondisi yang serba cepat dan berubah-ubah seiring perkembangan itu berjalan. Kecanggihan teknologi membuat informasi cepat tersebar dengan mudahnya dan menjadi trend di kalangan individu (Yuningsih, 2023).
ADVERTISEMENT
Adanya perubahan dan perkembangan ini merubah pola pikir masyarakat, terlebih generasi internet atau gen net dalam menghadapi trend yang sedang berlangsung. Salah satu contohnya menyebar dikalangan mahasiswa saat ini yang berlomba-lomba dalam membangun personal branding di kampus. Personal branding, atau membangun citra yang baik di hadapan orang lain menjadi salah satu bentuk untuk bisa menunjukkan kemampuan dan talenta ke publik. Nilai atau value yang dimiliki seseorang pada saat ini dilihat dari personal branding mereka, sehingga tidak heran banyak orang diluar sana berlomba-lomba untuk meningkatkan skill mereka dengan mengikuti berbagai macam kegiatan seperti seminar, organisasi, magang dan lain sebagainya.
Salah satu contohnya banyak mahasiswa saat ini yang mulai membangun personal branding mereka lewat kegiatan-kegiatan yang diadakan di kampus, seperti UKM, organisasi, lomba antar fakultas maupun universitas. Adanya CV yang mereka miliki saat mengikuti kegiatan yang diadakan kampus digunakan sebaik mungkin untuk membangun personal branding mereka di kalangan teman sebayanya.
ADVERTISEMENT
Persaingan yang ketat saat inilah yang menjadi salah satu faktor mengapa munculnya fenomena membangun personal branding di kalangan mahasiswa. Mahasiswa tidak hanya dituntut untuk memfokuskan diri di bidang akademik tetapi ditekankan memiliki pengalaman yang banyak agar bisa membangun relasi dan kemampuan soft skill, tujuannya untuk bisa mengikuti perkembangan dan memiliki relasi kedepannya.
Fakta inilah yang membuat budaya kerja keras muncul di kalangan generasi net. Budaya kerja keras atau yang dikenal sebagai hustle culture adalah sebuah capaian pekerjaan yang mengorbankan waktu yang tanpa henti. Hustle culture sering kali dikaitkan dengan kesuksesan, sehingga membuat pemikiran baru mengenai kesuksesan yang bisa diraih dengan kerja keras, dan selalu produktif dalam bekerja maka kesuksesan itu mudah untuk diraih (Chairunnisah, 2023).
ADVERTISEMENT
Maka tidak heran mengapa sekarang banyak mahasiswa yang berusaha agar bisa mengikuti berbagai kegiatan yang ada di kampus, hal ini dikarenakan mereka harus membangun relasi dan soft skill mereka dengan mengikuti organisasi, UKM, maupun lomba yang diselenggarakan. Mahasiswa harus membagi waktu antara belajar untuk mengejar nilai akademik dan juga mengejar tugas yang diberikan oleh organisasi untuk menjalankan program kerja yang telah dibuat. Tentunya untuk mendapatkan hasil yang sempurna dibutuhkan pikiran yang fokus dan waktu yang harus dikorbankan agar hasil yang didapatkan nantinya bisa memuaskan.
Hustle culture disisi lain membuat seseorang menjadi giat dalam menjalankan tugasnya agar bisa mendapatkan hasil yang memuaskan berkat kegigihannya, tetapi fakta yang tidak bisa diabaikan budaya ini memiliki sisi negatif terhadap kesehatan tubuh entah itu menyerang fisik maupun mental, beberapa sisi negatif yang disebabkan oleh hustle culture di kalangan mahasiswa :
ADVERTISEMENT
1. Kurangnya tidur membuat mahasiswa sering kali terlambat dan tidak fokus saat jam pembelajaran
2. Mahasiswa sering kali terkena penyakit maag, tipes karena sering menunda waktu makan
3. Memilih mengkonsumsi obat-obatan anti nyeri seperti obat maag dengan cara berlebihan dibandingakan membeli makanan
4. Mata menjadi merah dan postur tubuh menjadi bungkuk karena terlalu sering menatap laptop dan terlalu lama duduk
5. Efek lainnya sering kali merasa cemas dan tertekan karena takut apa yang telah dikerjakan tidak sesuai dengan ekspektasi yang diharapkan
Dampak negatif yang diberikan berpengaruh terhadap kesehatan fisik dan mental mahasiswa karena adanya tuntutan dari adanya hustle culture dan keinginan generasi sekarang yang ingin membangun personal branding mereka agar dikenal sebagai orang yang kompeten pada era saat ini. Untuk mengikuti trend yang sedang berlangsung mahasiswa maupun generasi net saat ini yang ingin membangun personal branding, harus pintar-pintar dalam mengatur waktu seperti kapan harus belajar, makan, mengikuti kegiatan kampus, dan beristirahat. Kunci keberhasilan seseorang dilihat dari bagaimana seseorang itu bisa menghargai dirinya sendiri dengan cara pintar memanajemenkan waktunya dalam melakukan rutinitas harian yang dilakukan.
ADVERTISEMENT
Budaya gila kerja atau hustler culture memang disisi lain akan berdampak positif bagi seseorang karena individu menjadi produktif, tetapi disisi lainnya sangat berbahaya dalam jangka panjang karena akan mempengaruhi ketahanan tubuh manusia yang memiliki kapasitasnya masing-masing. Sehingga dari masa muda kita harus pintar-pintar menjaga kesehatan, karena kita tidak tahu kapan akan sakit. Sebelum hal itu terjadi, maka langkah yang paling tepat yaitu menjaga kesehatan dengan tidak menunda-nunda makan, menjaga pola tidur dan mengatur pola hidup yang sehat.
Daftar Pustaka
Chairunnisah, A., & Kurnia, L. (2023). Hustle Culture in Social Media: Exploring the Imagined Success in the Modern Era. ATHENA: Journal of Social, Culture and Society, 1(4), 180-191.
Yuningsih, et al. (2023). The effect of hustle culture on psychological distress with self-compassion as moderating variable. Atlantis Press, 1062–1073.
ADVERTISEMENT