Konten dari Pengguna

Jegertroppen dan Perkembangan Pasukan Tentara Wanita di Dunia

Daisha Nada
Undergraduate International Relations Students Syarif Hidayatullah State Islamic University Jakarta
19 April 2022 18:30 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daisha Nada tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
https://pixabay.com/id/images/search/tentara%20wanita/
zoom-in-whitePerbesar
https://pixabay.com/id/images/search/tentara%20wanita/
ADVERTISEMENT
Bagi kalian pecinta K-Pop pasti sudah tidak asing dengan istilah Wajib Militer atau Wamil. Wajib Militer adalah salah satu kebijakan dari pemerintahan Korea Selatan kepada seluruh warga negaranya yang berjenis kelamin laki-laki mulai umur 18-30 tahun, sebagai bentuk bela negara dan menunjukkan rasa cinta serta kasih sayang terhadap negara tempat ia dilahirkan dan dibesarkan.
ADVERTISEMENT
Seluruh warga negara Korea Selatan yang mengikuti serta menjalankan kebijakan Wajib Militer ini diatur oleh Undang-Undang Korea Selatan, tepatnya Pasal 39 ayat (1) Constitution of The Republic of Korea, yang berbunyi: "All citizens shall have the duty of national defense under the conditions as prescribed by Acts"
Karena itu, seluruh warga negara Korea Selatan diharuskan untuk mengikuti Wajib Militer sebagai suatu kewajiban dalam melindungi negaranya. Lebih lanjut, ketentuan ini diatur dalam Undang-Undang Korea Selatan selanjutnya, yakni Pasal 3 ayat (1) Republic of Korea Military Service Act, yang berbunyi:
"Every masculine gender of the Republic of Korea shall faithfully perform military service, as prescribed by the Constitution of the Republic of Korea and this Act. A feminine gender may perform only active service or reserve through volunteering"
ADVERTISEMENT
Menilik isi yang terkandung di dalam Undang-Undang Korea Selatan Pasal 3 ayat (1) Republic of Korea Military Service Act, maka dapat disimpulkan bahwa warga negara Korea Selatan yang berjenis kelamin laki-laki wajib mematuhi dan menjalankan kebijakan dari pemerintah Korea Selatan berupa Wajib Militer, sedangkan untuk warga negara Korea Selatan yang berjenis kelamin perempuan tidak diwajibkan.
Selain Korea Selatan, terdapat pula negara-negara di dunia yang memberlakukan Wajib Militer kepada warga negaranya, diantaranya adalah Swiss, Brasil, Kuba, Swedia, Turki, Iran, Yunani dan Siprus
Kebanyakan negara mewajibkan warga negaranya yang berjenis kelamin laki-laki untuk mengikuti kebijakan ini. Namun ada beberapa negara yang juga mewajibkan warga negaranya yang berjenis kelamin perempuan untuk mengikuti kebijakan Wajib Militer, diantaranya adalah Eritrea, Israel dan Norwegia.
ADVERTISEMENT
Jegertroppen
Norwegia membentuk Jegertroppen atau pasukan pemburu, yang merupakan unit pasukan khusus pertama di dunia yang seluruhnya beranggotakan perempuan. Pasukan khusus ini dibentuk dengan tujuan meningkatkan efektivitas dalam operasi internasional.
Jegertropen didirikan pada tahun 2014 yang dilatarbelakangi oleh kejadian perang di Afghanistan, dimana pada saat itu terbukti bahwa negara ternyata membutuhkan suatu operasional tentara wanita terlatih yang dapat berinteraksi dengan perempuan dan anak-anak selama masa peperangan.
Mulanya, Jegertroppen dibentuk sebagai program eksperimen atau uji coba pemerintah Norwegia terhadap ketahanan serta kekuatan perempuan dalam mengikuti kegiatan militer, namun hal ini akhirnya justru menciptakan kesuksesan besar.
Tecatat bahwa lebih dari tiga ratus perempuan mendaftar untuk bergabung ke Jegertroppen di tahun pertama dan kini banyak anggota baru yang lulus dari pelatihan militer yang rumit dan penuh tantangan setiap tahunnya.
ADVERTISEMENT
Melansir dari JejakTapas News (18/4), bagian tersulit dalam tes militer Jegertroppen sejauh ini adalah Hell Week, dimana para pesertanya akan melalui tes kekuatan mental dan fisik yang melibatkan perjalanan panjang dalam beberapa hari, dengan minimnya waktu untuk istirahat dan ditetapkannya jumlah makanan serta air minum yang terbatas.
Dalam tes tersebut, ada beberapa hal yang perlu dilakukan oleh calon pasukan Jegertroppen, diantaranya adalah berlari sejauh 15 KM dengan kecepatan penuh, dimana selama perjalanan itu, para peserta juga membawa ransel seberat 22 kg yang berisikan senjata dan sepatu boots.
Selanjutnya, para peserta akan melewati hutan dalam waktu kurang lebih dua jam lima belas menit. Tak hanya itu, mereka juga harus lolos latihan fisik berupa 50 sit up dan 40 push up masing-masing dalam 2 menit, berlari sejauh 3 km dalam waktu maksimal 13 menit, kemudian berenang sedalam 400 m dengan 25 m pertama di bawah air dengan waktu yang diberikan maksimal 11 menit.
ADVERTISEMENT
Bak gayung bersambut, pada pertengahan dekade 1980-an Norwegia akhirnya menjadi negara pertama di The North Atlantic Treaty Organization (NATO) yang memungkinkan serta mengizinkan perempuan untuk dapat melayani dan ikut andil dalam semua kegiatan militer, walaupun jumlah perempuan yang memiliki keinginan bergabung dengan Jegertroppen tetaplah rendah.
Melihat semangat perempuan untuk dapat ikut serta dan bergabung menjadi bagian dari pasukan militer di negaranya, maka tidak heran jika banyak negara yang juga menerapkan Wajib Militer terhadap warga negaranya yang berjenis kelamin perempuan.
Israel dengan Batalyon Caracal contohnya, adalah salah satu dari beberapa negara yang mewajibkan seluruh warga negaranya baik laki-laki maupun perempuan untuk menjalankan kebijakan pertahanan negaranya melalui program Wajib Militer
Batalyon Caracal dikenal sebagai salah satu pasukan tentara wanita terkuat di dunia, meskipun 30% dari keseluruhan anggotanya adalah laki-laki. Beberapa perempuan Israel juga tergabung ke dalam pasukan elite Oketz yang bertugas di sepanjang jalur Gaza.
ADVERTISEMENT
Tugas utama dari Batalyon Caracal adalah untuk menjaga keberlangsungan operasi serta keamanan diperbatasan Israel.
Pasukan Tentara Wanita
Meskipun militer terkesan sebagai pekerjaan yang lebih banyak dilakukan oleh laki-laki (maskulin), nyatanya dewasa kini, peran laki-laki dan perempuan dibutuhkan seimbang dalam setiap aspek kehidupan, terutama dalam memilih dan menjalankan pekerjaannya.
Beberapa pasukan tentara wanita yang aktif dalam kegiatan kemiliteran antara lain adalah, Rusia, Romania, Yunani, Israel, Pakistan dan Australia. Lalu, bagaimana dengan Indonesia?
Ya, Indonesia sendiri memiliki pasukan tentara wanita yang dinamakan Korps Wanita Angkatan Darat atau disingkat dengan KOWAD. KOWAD secara kelembagaan tidak memberikan ruang yang luas bagi perempuan untuk berperan. Ada kendala ruang bagi perempuan untuk berpartisipasi. Sebagai perempuan, anggota KOWAD harus selalu memperhatikan aspek kepribadian dan perilakunya (Hadi, 2011)
ADVERTISEMENT
Meskipun Angkatan Darat telah memperluas tugas misi KOWAD di dalam struktur organisasi, nyatanya masih ada cabang tertentu yang dikecualikan, yaitu cabang Zeni, Infanteri, Kavaleri, dan Artileri. Cabang-cabang tersebut dianggap bertentangan dengan fitrah wanita, sehingga KOWAD tidak ditempatkan di cabang-cabang tersebut.
Stereotype serta bias gender yang terjadi hingga saat ini, menempatkan wanita sebagai makhluk yang lemah dan selalu bergantung pada kaum laki-laki. Padahal, wanita juga berhak untuk menentukan jalan hidup mereka sendiri.
Kemajuan serta perkembangan pasukan tentara wanita sebagai salah satu kebijakan pertahanan negara menjadi harapan dan peluang untuk wanita dalam melebarkan sayapnya di bidang militer yang sangat identik dengan dunia laki-laki.
Setiap manusia patut diberikan kesempatan yang sama sesuai dengan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 5 yakni Gender Equality yang bertujuan untuk mencapai kesetaraan gender dengan mengakhiri semua bentuk diskriminasi, kekerasan dan praktik berbahaya.
ADVERTISEMENT
SDGs ini juga menyerukan partisipasi penuh seluruh umat manusia tentang adanya kesempatan yang sama untuk ikut andil dalam kegiatan kenegaraan seperti, pengambilan keputusan politik, ekonomi dan kegiatan militer.