Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.95.0
Konten dari Pengguna
Mahasiswa dan Self Healing: Menjaga Kesehatan Mental di Tengah Stres dan Lelah
23 Januari 2025 15:54 WIB
·
waktu baca 6 menitTulisan dari Anofeat Lestari Damai Bungacheva tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seakan mencari angin segar setelah menghadapi hiruk-pikuk perkuliahan, kebiasaan unik mahasiswa saat ini yaitu ‘me-recharge’ diri. Mereka mulai menemukan cara baru untuk menjaga kesehatan mental dengan Self Healing di tengah tekanan akademik yang semakin besar. Tak hanya menjadi sebuah pelarian, aktivitas self healing ini sudah seperti gaya hidup bagi mereka untuk mengatasi stres dan burn out. Kami berbicara dengan enam narasumber untuk membahas lebih dalam tentang aktivitas self healing mereka yang berbeda-beda.
ADVERTISEMENT
Aktivitas self healing ini juga sebagai cara untuk bernapas, merenung, dan memulihkan diri serta membangun semangat kembali. Mereka sadar bahwa sebagai mahasiswa, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan menjaga kesehatan fisik, mempunyai waktu untuk diri sendiri itu juga sangatlah penting. Dari olahraga, menjelajahi hidden gem, berkumpul bersama teman, atau bahkan mencari kesibukan lain, self healing menjadi solusi yang semakin populer di kalangan mahasiswa.
Jadwal kuliah yang padat, tugas yang menumpuk, serta ujian yang melelahkan membuat mahasiswa mencari cara untuk mengembalikan kembali energinya. “Sebagai mahasiswa, self healing tuh kayak semacam ‘nge-reset’ diri setelah berhari-hari pusing mikirin ujian, biar gak burn out kalo kata anak muda jaman sekarang” ujar Icha Candra, mahasiswi jurusan ekonomi itu sambil tertawa kecil.
ADVERTISEMENT
Menurutnya, healing itu nggak melulu harus jauh-jauh atau mahal. Cukup keliling kota, cari tempat baru, nongkrong di kafe estetik sambil mendengarkan playlist favoritnya sudah cukup untuk mengisi energi kembali. Keramaian kota baginya adalah sesuatu yang menyenangkan setelah menjalani hari-hari yang monoton. Ia merasa lebih “hidup” dan terhubung dengan dunia luar. Dengan begitu, ia merasa pikirannya menjadi lebih segar dan siap menghadapi rutinitasnya kembali. “Aku selalu main ke Jogja sih kalo healing. Soalnya paling deket dari Solo, jadi aku eksplor aja tempat-tempat baru di Jogja yang belum pernah aku datengin. Biasanya jalan-jalan di Malioboro sebentar setelah naik kereta, baru main ke tempat lain” tambah Icha.
Self healing memang menjadi sebuah cara untuk ‘kabur’ sejenak dari rutinitas yang bikin sumpek. Tidak heran jika mahasiswa kini merasa kegiatan ini lebih dari sekedar hiburan. Serunya lagi, setiap sudut kota yang dikunjungi bisa menjadi cerita baru. Mereka sering atau bahkan selalu membagikan pengalamannya di media sosial, agar orang lain juga bisa ikut merasakan vibes-nya.
ADVERTISEMENT
Di tengah suasana perkotaan yang ramai, ia duduk sejenak di kafe kecil sambil menikmati satu cup gelato choco oreo sudah cukup untuk menenangkan pikirannya. Dalam keramaian itulah, ia belajar bahwa self healing bukan hanya soal mencari tempat sepi, tetapi tentang bagaimana menemukan kedamaian dalam setiap langkah yang diambil, seberapa pun riuhnya dunia di sekitarnya.
Cerita serupa juga datang dari Della Apriliani, di sebuah coffee shop kecil di lereng Gunung Merapi, mahasiswi jurusan kebidanan itu mengungkapkan bahwa Praktik Kerja Lapangan atau PKL yang dilakukannya di rumah sakit, benar-benar membuatnya lelah. Tatapannya menerawang jauh, seakan masih terbayang suasana rumah sakit yang begitu sibuk. Tak hanya lelah fisiknya, namun juga mentalnya. Menurutnya hal tersebut sangat menguras energinya. Ia tak bisa jika setelahnya tidak menyempatkan diri untuk sekedar berjalan-jalan atau hanya duduk di kafe dengan pemandangan yang menurutnya indah itu.
ADVERTISEMENT
“Aku nggak nyangka sih kalo PKL di rumah sakit tuh secapek ini, harus ngadepin pasien yang penyakitnya beda-beda, belum lagi ngerjain tugas yang dikasih dosen. Terus karena sering dampingi pasien yang mau melahirkan, ngelihat perjuangan sama sakitnya yang mereka rasain gimana tuh bikin aku capek mental, kaya ikut ngerasain apa yang mereka rasain gitu” ujarnya sembari meneguk es matcha latte buatan coffeeshop itu.
Udara sejuk dari lereng gunung, suara-suara alam yang samar terdengar, ditambah aroma kopi yang keluar dari meja barista, semuanya terasa seperti pelipur lara sederhana yang membantunya untuk kembali tenang. Hal itu menjadi alasan baginya untuk selalu melakukan kegiatan self healing ini. Tidak hanya saat setelah ujian, tetapi setiap kali ia merasa lelah dengan aktivitas kuliahnya. “Makanya, kadang aku suka ngajakin temen-temen buat keliling kota atau cuma nongkrong aja, yang penting suasanya beda. Bisa ngobrol sambil ketawa bareng tuh rasanya seneng banget, beban pikirannya kaya ilang semua. Capek fisik mah bisa tidur, tapi kalo capek pikiran beda ceritanya. Makanya penting banget buat main biar bisa ngilangin capek pikirannya itu,” kata Della.
ADVERTISEMENT
Kegiatan yang dilakukan Icha dan Della adalah usahanya untuk memulihkan diri dari kelelahan emosional, stres, atau tekanan mental. Ketika kita merasa lelah, perlu bagi kita untuk berhenti sejenak, beristirahat dan mengisi ulang energi. Karena sebagai mahasiswa, menjaga kesehatan mental sama pentingnya dengan mengejar prestasi akademik. Apabila sering melakukan self healing, maka konsentrasi diri akan meningkat.
Self healing setiap orang memang berbeda-beda. Ada yang memilih berlibur jauh, menyendiri, atau bahkan hanya menonton film dirumah. Tidak ada cara yang benar atau salah dalam melakukan aktivitas itu. Namun, yang paling penting adalah bagaimana sesorang menemukan caranya sendiri untuk mengatasi tekanan dan meraih ketenangan dirinya.
Cerita lain dari Ridwan Musthofa, mahasiswa jurusan akuakultur, yang melakukan self healing hanya sekedar berdiam diri di kost atau di rumah dengan bermain game dan tidur. Di balik semangatnya mengikuti kegiatan kampus maupun di luar kampus, Ridwan juga membutuhkan waktu untuk dirinya sendiri. Setelah seharian beraktivitas, berinteraksi sosial dan bergaul dengan banyak orang, ia merasa perlu waktu untuk merefleksikan diri. “Kalo seharian udah aktivitas di luar, aku langsung pulang buat tidur atau main game. Gak harus ngapa-ngapain yang ribet, cukup itu aja udah bikin capeknya ilang. Hampir tiap hari aku kurang tidur, makannya tidur tuh jadi penting banget buat aku.” Kata Ridwan.
ADVERTISEMENT
Selain itu, cara lain yang dilakukan oleh Ilham Ikhsanudin, mahasiswa jurusan Manajemen, adalah berolahraga. “ Walaupun udah capek karena seharian kuliah, kalau nggak olahraga rasanya kayak ada yang kurang. Justru setelah olahraga capeknya kayak ilang terus badan jadi segar banget deh.” Menurutnya, olahraga tidak hanya tentang fisik, tetapi seperti meditasi yang membuatnya lebih seimbang secara mental atau emosional. Dengan cara tersebut, dapat menggambarkan bahwa pentingnya olahraga dalam proses self healing dapat membuat kesehatan mental menjadi lebih baik.
Berbeda dari yang lain, Radhevan Khoirul Wakhid, seorang mahasiswa Teknik Arsitektur itu mengatakan bahwa self healing dirinya justru adalah dengan mencari kesibukan lain di luar jadwal kuliah serta tugas-tugasnya itu. Saat libur akhir semester, ia memilih mencari lomba yang berkaitan dengan program studinya itu, daripada jalan-jalan atau kegiatan lainnya. Ia merasa sangat menyukai aktivitas itu karena baginya lomba bukan hanya untuk mencari kemenangan, tetapi juga tentang proses belajar dan mengembangkan diri. Melalui lomba, ia dapat meningkatkan kemampuan mendesainnya, serta menemukan kembali semangat dan passion-nya dalam dunia arsitektur.
ADVERTISEMENT
Menurut Psikolog Klinis, Ardityo Reyhan Savero, mengatakan bahwa kegiatan self healing setiap orang memang berbeda-beda dan sangat penting bagi kesehatan mental. Karena kegiatan ini bisa mengurangi stres dan tekanan yang dialami oleh seseorang. Namun, pastikan kegiatan yang dilakukan membuat seseorang tersebut merasa nyaman, bukan malah merasa terbebani seperti kegiatan yang justru membuat seseorang merogoh kocek lebih dalam. Hal yang paling sederhana untuk membuat diri kita tenang yaitu selalu mengucapkan kalimat afirmasi positif untuk diri sendiri seperti mengucapkan terima kasih kepada diri sendiri karena sudah bertahan, dan sebagainya.
Dengan menerapkan kebiasaan self healing ini, mahasiswa tidak hanya akan meraih prestasi akademik yang lebih baik, namun juga menjalani kehidupan yang lebih bahagia dan seimbang dengan kesehatan mental yang tetap terjaga. Cara ini membantu mereka merelaksasikan pikiran dan mengurangi kecemasan, sehingga membuat mereka lebih fokus pada studinya. Lantas, apa cara unikmu dalam melakukan self healing?
ADVERTISEMENT