Mengapa Percaya pada Kehidupan Setelah Mati Itu Penting?

Dani Ismantoko
Penulis. Tinggal di Bantul.
Konten dari Pengguna
5 Agustus 2020 21:20 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dani Ismantoko tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Kehidupan Foto: Pixabay
zoom-in-whitePerbesar
Kehidupan Foto: Pixabay
ADVERTISEMENT
Belum lama ini ada tindak klithih (menyakiti orang lain yang tidak di kenal di jalan dengan senjata tanpa ada motif apa-apa) di dekat rumah saya. Pelaku klithih dikeroyok sebelum akhirnya bisa kabur. Tidak berselang lama polisi datang.
ADVERTISEMENT
Saya hanya melihat dari jarak aman saja. Dan kelanjutan kasusnya saya tidak tahu.
Tindak klithih itu membuat saya berpikir tentang kehidupan setelah mati. Dan itu sedikit menghantui pikiran saya, setelah beberapa hal yang saya lihat dan saya baca akhir-akhir ini.
Akhir-akhir ini di media sosial saya beberapa kali melihat video, membaca tulisan tentang ketidakpercayaan kepada agama dan tuhan. Mereka yang berargumen seperti itu, selalu menekankan bahwa kehidupan setelah mati itu tidak ada, omong kosong sehingga tidak penting untuk dipikirkan apalagi dibahas.
Melihat orang dikeroyok karena klithih saya jadi berpikir. Berarti menurut logika ketidakpercayaan tentang kehidupan setelah mati, kalau orang yang dikeroyok karena klithih itu meninggal bagi orang yang mengalami sama nilainya dengan pahlawan Diponegoro yang meninggal. Karena toh setelah mati urusan selesai.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh pikiran saya membawa saya berpikir tentang orang yang bunuh diri. Berarti menurut logika ketidakpercayaan tentang kehidupan setelah mati, orang yang meninggal karena bunuh diri bagi orang yang mengalami sama nilainya dengan seorang ibu yang meninggal ketika melahirkan. Karena toh setelah mati urusan selesai.
Atau kalau mau lebih gamblang lagi. Seseorang yang meninggal, bahkan jika itu seorang tokoh yang sangat berpengaruh bagi banyak orang, nilainya tidak jauh berbeda dengan tikus yang mati di jalan karena terlindas mobil.
Loh, kenapa untuk menjadi orang yang bermanfaat harus percaya dulu dengan kehidupan setelah mati? Bukankah kalau mau menjadi orang yang bermanfaat yang menjadi orang bermanfaat saja, tidak ada urusan percaya atau tidak percaya dengan kehidupan setelah mati?
ADVERTISEMENT
Saya tidak sedang menjelaskan mana cara pandang yang salah dan mana cara pandang yang benar. Jika memang tidak percaya dengan kehidupan setelah mati silakan saja. Dan kalau merasa tidak masalah berbuat baik tanpa harus percaya kehidupan setelah mati silakan saja.
Saya hanya mempertanyakan dan memperbandingkan nilai. Jika orang yang tidak percaya dengan kehidupan setelah mati konsisten dengan logika tersebut, sebagaimana yang sudah saya jelaskan, berarti ia menganggap sama semua jenis kematian. Sama-sama tak bernilai. Jika semua jenis kematian sama, berarti semua jenis kehidupan pun sama. Juga sama-sama tak bernilai. Karena pada akhirnya orang hidup pasti mati (sampai sekarang belum terbukti ada orang yang tidak mungkin mati).
Kalau kehidupan dan kematian tak bernilai. Sebenarnya di kehidupan ini kita ngapain sih?
ADVERTISEMENT
Menurut saya pribadi, tanpa memaksa siapa pun mengikuti pandangan saya, percaya kepada Tuhan, agama dan kehidupan setelah mati itu penting. Karena bagi saya, kepercayaan itu membuat hidup saya menjadi bernilai dan bermakna.
Bernilai itu berbeda dengan bermanfaat. Lukisan mahal itu secara praktis tidak bermanfaat apa-apa dalam kehidupan. Ibaratnya seperti ini, tanpa ada lukisan mahal itu di dunia ini, asalkan orang-orang masih bisa makan kehidupan akan terus berjalan. Tetapi mengapa manusia menghargai sebuah lukisan, diwujudkan dengan nominal yang mahal? Tentu saja bagi orang yang mau membayarnya lukisan itu bernilai tinggi dan mungkin saja punya makna bagi orang tersebut. Disitulah letak nilai dan makna.