Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Penyebaran Mikroalga Berbahaya oleh Sampah Plastik: Ancaman bagi Laut Indonesia
12 September 2024 16:42 WIB
·
waktu baca 4 menitTulisan dari Danang Ambar Prabowo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Ditulis Oleh: Danang Ambar Prabowo, Diah Radini Noerdjito, Debora Christin Purbani, Varian Fahmi, dan Fiddy Semba Prasetiya (Tim Peneliti dari Kelompok Riset Fikologi, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN – Cibinong)
ADVERTISEMENT
Kapan terakhir kali Anda dapat menikmati suasana pantai di Indonesia yang bersih dari sampah plastik? Bisa jadi tempat seperti itu sudah semakin sulit untuk ditemukan. Apalagi, menurut hasil penelitian yang diterbitkan di jurnal ilmiah terkemuka Science pada tahun 2015 memposisikan Indonesia sebagai penyumbang sampah plastik di laut terbesar kedua di dunia setelah Cina. Tentunya ini merupakan realita yang sangat menyedihkan bagi sebuah negara yang digadang-gadang merupakan pusat keanekaragaman hayati laut dunia.
Sebagai salah satu negara dengan garis pantai terpanjang di dunia, Indonesia menghadapi tantangan besar dalam pengelolaan limbah plastik yang terus meningkat. Setiap tahun, jutaan ton sampah plastik berakhir di lautan (Gambar 1), mencemari perairan dan merusak habitat, termasuk biota laut di dalamnya.
ADVERTISEMENT
Lebih parahnya lagi, mikroplastik yang sulit terurai bahkan dapat ditemukan dalam rantai makanan laut dan mengancam kesehatan manusia yang menkonsumsi ikan-ikan laut. Selain merusak ekosistem, pencemaran plastik di laut juga berdampak pada sektor ekonomi, terutama perikanan dan pariwisata, yang menjadi salah satu tulang punggung perekonomian Indonesia.
Lalu apa kaitan antara plastik dan mikroalga berbahaya?
Mikroalga berbahaya adalah jenis alga mikroskopis yang dapat menghasilkan racun atau menyebabkan kerusakan ekosistem perairan melalui ledakan pertumbuhan yang tidak terkendali, atau yang dikenal dengan Harmful Algal Bloom (HAB) atau marak alga berbahaya (MAB). Pada kasus tertentu, HAB/MAB dapat menghasilkan racun dan berdampak tidak hanya pada kesehatan biota laut dan manusia namun juga mengganggu industri perikanan, pariwisata, dan ekosistem laut secara keseluruhan. Setidaknya, secara global telah teridentifikasi lebih dari 180 jenis mikroalga yang berbahaya dengan berbagai efeknya.
ADVERTISEMENT
Selain memberikan dampak negatif secara langsung melalui polusi fisik, sampah plastik di lautan dapat menyediakan mikrohabitat yang ideal bagi pertumbuhan berbagai jenis mikroorganisme, termasuk mikroalga berbahaya atau beracun.
Sampah plastik menyediakan permukaan bagi sel-sel mikroalga, termasuk yang berbahaya, untuk menempel dan berkembang biak, terutama di perairan yang kaya akan nutrisi, yang sering kali berasal dari pencemaran lainnya, seperti limbah pertanian atau domestik.
Sel mikroalga yang menempel pada permukaan plastik tersebut kemudian dapat ikut tersebar bersama sampah plastik dengan bantuan arus laut ataupun angin hingga sampai di habitat baru dan berpotensi menjadi sumber HAB/MAB baru di tempat tersebut (Gambar 2). Bila hal ini terbukti, maka sampah plastik dapat memberikan dampak negatif berganda bagi kesehatan ekosistem laut, khususnya di Indonesia.
Potensi penyebaran mikroalga berbahaya di lautan Indonesia
Sayangnya, hingga pertengahan tahun 2023, informasi mengenai penyebaran mikroalga berbahaya melalui sampah plastik di lautan Indonesia masih belum tersedia Hal ini menjadi landasan dasar bagi tim peneliti dari Kelompok Riset Fikologi, Pusat Riset Biosistematika dan Evolusi, BRIN melakukan penelitian terkait di pesisir Pulau Tidung, Kepulauan Seribu, Jakarta.
ADVERTISEMENT
Pada musim hujan, banyak sampah plastik dari utara Pulau Jawa terbawa hingga ke berbagai pulau di Kepulauan Seribu dan kemungkinan turut membawa berbagai jenis mikroalga, termasuk yang berpotensi berbahaya.
Dari berbagai jenis sampah plastik yang berhasil dikumpulkan (Gambar 3), setidaknya ditemukan sebanyak 48 jenis mikroalga yang termasuk dalam kelompok diatom dan dinoflagellata. Sepuluh diantaranya berpotensi berbahaya, baik itu sebagai produsen racun, sebagai sumber HAB/MAB, maupun dampak negatif lainnya (Gambar 4).
Hasil penelitian tersebut telah dipresentasikan dan dipublikasikan pada The 9th ISIBIO AIP Proceeding akhir 2023 silam. Meskipun dampak negatif dari mikroalga yang tergolong berbahaya ini belum diketahui saat ini di wilayah tersebut, namun temuan ini dapat menjadi catatan dalam manajemen mitigasi ataupun antisipasi potensi ancaman HAB/MAB di pesisir lautan Indonesia, terutama yang disebarkan melalui sampah plastik.
Tentunya akan sangat menarik bila di masa depan penelitian serupa juga dilakukan di wilayah pesisir lainnya di Indonesia untuk melihat cakupan sebaran mikroalga berbahaya melalui sampah plastik di lautan.
ADVERTISEMENT
Lebih lanjut, data dan simulasi mengenai pola angin dan arah arus laut di Indonesia juga dapat digabungkan dalam penelitian tentang penyebaran mikroalga berbahaya melalui sampah plastik untuk melihat potensi lintasan sebarannya di lautan nusantara. Informasi yang dihasilkan tentunya akan dapat menjadi pondasi yang kuat dalam pengambilan kebijakan pengelolaan sampah plastik di Indonesia di masa depan.
Apakah ada yang tertarik untuk melakukan penelitian serupa demi terjaganya ekosistem laut yang sehat di Indonesia?
Sumber rujukan:
1. Jambeck, J.R., Geyer, R., Wilcox, C., Siegler, T.R., Perryman, M., Andrady, A., Narayan, R. and Law, K.L., 2015. Plastic waste inputs from land into the ocean. Science, 347 (6223), pp.768-771.
2. Prabowo, D.A., Noerdjito, D.R., Purbani, D.C. and Ragamustari, S.K., 2023, December. Unwanted hitchhikers: The potential dispersal of harmful marine microalgae via plastic garbage and debris in Indonesian waters. In AIP Conference Proceedings (Vol. 2972, No. 1). AIP Publishing.
ADVERTISEMENT