Filosofi Penjual Ember Keliling dalam Menyongsong Hari Kemerdekaan

Arief Wahyu Pradana
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
12 Agustus 2021 14:53 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arief Wahyu Pradana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi merayakan 17 Agustus. Foto: Shutter Stock
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi merayakan 17 Agustus. Foto: Shutter Stock
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dentuman kencang terdengar dari sudut kamar. Satu penghuni rumah sontak dibuat kaget olehnya. Kami saling bertanya-tanya mengenai suara itu. Namun kejadian itu kunjung mereda setelah pekik keras terdengar "Bak, ember, anti pecah!"
ADVERTISEMENT
Terik matahari di kota Jakarta menemaninya berjualan. Mengandalkan kekuatan fisik, tumpukan ember dan bak bisa dibawa di atas kepalanya. Tak luput juga membawa di kedua tangannya untuk membuat suara dentuman. Caranya dengan mengadu ember dan bak satu sama lain.
Jarang sekali melihat penjual ember dan bak keliling. Rasa-rasanya terakhir kali melihat saat saya masih duduk di bangku sekolah dasar. Di masa pagebluk ini, mencari pundi-pundi rupiah sangat menyulitkan. Orang-orang membutuhkan uluran tangan demi bertahan di kondisi seperti ini.
Perbedaan ukuran, warna, dan produsen
Memang tidak semuanya sama, perihal ukuran, warna, dan produsen yang membuat. Namun semuanya tersedia dan terjual di atas kepalanya tersebut. Mulai dari perusahaan A sampai Z, dari warna merah sampai biru, maupun dari ukuran terkecil hingga yang besar sekalipun.
ADVERTISEMENT
Tentunya sangat beragam dan banyak pilihan tersedia. Ini menunjukkan sebuah kebinekaan dilihat dari sudut pandang yang berbeda. Walaupun berbeda-beda, tetapi tetap satu tujuan. LAKU.
Diadu tidak pecah
Mendekati hari kemerdekaan, penjual ember dan bak bisa menjadi cerminan akan bangsa ini. Ember dan bak diadu untuk mencoba sekuat apa material yang digunakan. Hal tersebut dilakukan sebagai tolak ukur ketahanan bahan ember dan bak.
Meski berbeda-beda warna, ukuran, bahkan produsennya, mereka diadu tidak akan pecah. Bolak-balik dihantam tidak menyebabkan kerusakan di antara keduanya. Mungkin terdengar gaduh, tetapi itulah yang terjadi. Kita harus saling hormat-menghormati dan juga jangan mudah tercoreng oleh isu.
Tidak mudah menyerah
Membawa beban yang dipikul di atas kepala serta ekspektasi orang tua ketika melihat anaknya merantau adalah sebuah pecut untuk tetap tegar. Panasnya ibu kota bukan lagi halangan untuk meraih penghasilan. Bagaimanapun caranya, pulang ke kampung halaman harus bisa jadi "orang".
ADVERTISEMENT
Itulah sikap yang harus ada pada diri bangsa agar bisa bertahan di masa sulit. Kebijakan demi kebijakan dilaksanakan untuk menahan laju pertumbuhan angka positif Covid-19.
Hari kemerdekaan ini menghasilkan Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh. Dirgahayu negaraku.
Jangan lupa buat membeli dan melariskan dagangan para penggiat UMKM ataupun pedagang kaki lima, ya!