Mengenal Lebih Jauh Cityscape Photography

Arief Wahyu Pradana
Mahasiswa Jurnalistik di Politeknik Negeri Jakarta
Konten dari Pengguna
30 Juli 2021 21:36 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Arief Wahyu Pradana tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi cityscape photography. Foto: Peng LIU/Pexels
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi cityscape photography. Foto: Peng LIU/Pexels
ADVERTISEMENT
Fotografi makin kesini kian digandrungi, terutama anak muda. Penggunaan teknologi, khususnya media sosial menjadi pemantik anak muda untuk melakukannya. Beragam inovasi dan ide cemerlang lahir untuk membuat gebrakan baru berupa kamera-kamera yang canggih. Hal tersebut sangat mendukung dan tentunya menjadi pemantik minat anak muda.
ADVERTISEMENT
Jenis fotografi pun banyak macamnya. Mulai dari kuliner, olahraga, panggung, berita, hingga pemandangan. Keadaan tersebut terjadi karena fotografi merupakan sebuah seni, ilmu pengetahuan dan praktik menciptakan gambar yang tahan lama dengan merekam cahaya atau radiasi elektromagnetik lain, baik secara kimia dengan menggunakan film fotografi atau secara eletronik melalui sebuah sensor gambar.
Sebelumnya, fotografi cityscape pada umumnya adalah memotret pemukiman atau gedung tinggi yang bercahaya serta berwarna. Memotretnya bisa dari tempat yang rendah ataupun agak tinggi. Hal ini bergantung dari sang fotografer menentukan sudut pandangnya. Demi mendapatkan sebuah sudut pandang yang bersih, memotret cityscape terkadang membutuhkan tempat yang agak tinggi. Dalam artian, bersih dari lalu lalang orang lewat, pepohonan, ataupun hal yang agak menganggu untuk mendapatkan sudut pandang yang baik. Adapun solusinya adalah dengan memotret ditempat yang agak tinggi.
ADVERTISEMENT
Tantangan saat Memotret
Namun, hal ini menjadi perhatian dan tantangan bagi Cityscaper untuk mendapatkan foto. Pasalnya, mereka harus melakukan perizinan pada atap gedung atau roof top yang hendak dijadikan tempat memotret. Keadaan tersebut menjadi suatu tantangan bagi mereka karena tidak sembarangan dan tidak mudah untuk mendapatkan foto yang dihasilkannya.
Untuk itu, mereka harus mengirimkan surat yang melayangkan permohonan izin pada pihak terkait yang digunakan untuk memotret. Penyuratan tersebut bisa atas nama komunitas atau surat yang keluar secara resmi maksud dan tujuannya. Bisa juga dengan mengikuti serangkaian acara-acara workshop fotografi. Atau jika memiliki kenalan dengan pihak terkait agar dimudahkan akses perizinannya, bukan?
Selain itu juga harus menaati peraturan dari pihak pemberi izin. Terkadang ada batas maskimal orang, dilarang merokok, ataupun sebagainya demi menciptakan sebuah kedamaian antara fotografer dan pihak terkait. Atap gedung merupakan area yang jarang terjangkau oleh orang pada umumnya, ditakutkan apabila ada orang yang sembarangan naik dan melakukan hal-hal yang tidak diketahui, seperti merusak fasilitas gedung.
ADVERTISEMENT
Perhatikan juga saat memotret di atap gedung. Angin di atas sana pasti sangat kencang, maka waspada pada keamanan dan keselamatan. Jangan sampai hal-hal yang dikhawatirkan terjadi dan menimbulkan polemik serta masalah dari pihak gedung maupun fotografer, sehingga perizinan jadi dipersulit.
Adapun tantangan lain dari memotret foto cityscape adalah cuaca. Terkadang cuaca menjadi faktor penting dalam foto cityscape. Ada cuaca yang mendukung, ada juga yang malah mempersulit untuk memotret. Seperti halnya cuaca mendung, fotografer bisa saja mengambil gambar tersebut saat awan sedang mengumpul dan sedang pekat-pekatnya. Keadaan tersebut bisa dimanfaatkan fotografer guna memberi pesan bahwa difoto itu cuaca sedang mendung dan sebentar lagi akan turun hujan. ini menjadi sebuah kegiatan yang dapat memacu dan melatih kreativitas seorang fotografer untuk mendapatkan foto.
ADVERTISEMENT
Tantangan lain dari memotret foto cityscape adalah pencahayaan. Pencahayaan bisa dipengaruhi oleh cuaca ataupun cahaya-cahaya pada bangunan kota, seperti papan reklame dan videotron. Hal ini bisa mengakibatkan foto menjadi over exposure. Hasil fotonya jadi tidak seimbang, ada yang terang, ada yang cerah, dan ada yang redup. Untuk mengatasinya diimbau agar peka pada sekitar. Jangan sampai hanya sekadar foto saja, tapi perhatikan juga pada hal kecil yang sering disepelekan.
Perhatikan momen saat menekan tombol shutter. Videotron pasti menggunakan sistem komputer, maka perhatikan ritme pola videotron-nya. Pastikan kita mendapatkan momen yang tepat. Atau juga bisa melakukan pemotretan berulang kali, agar saat proses olah digital kita punya banyak pilihan alternatif.
Teknik Kurasi Foto
ADVERTISEMENT
Dalam hal fotografi, bisa menggunakan teknik bracketing. Teknik yang di mana ada berbagai tingkat kecerahan pada foto. Mulai dari yang gelap, redup, dan terang. Nantinya tingkatan tersebut akan dilakukan olah digital untuk menghasilkan satu foto saja.
Keadaan ini terjadi untuk membuat foto tidak jomplang kecerahannya dalam satu frame. Selanjutnya juga bisa melakukan teknik stitching. Teknik ini dapat diaplikasikan untuk menggabungkan foto atau menjahit foto antara satu dan yang lainnya. Tujuannya sama dengan teknik bracketing agar menghasilkan satu foto saja yang menarik.
Proses Mendapatkan Foto
Ada beberapa proses untuk mendapatkan foto. Lakukan survei terlebih dahulu di lokasi pemotretan. Setelah itu ia melakukan posisi yang dijadikan sudut pandang dan menentukan komposisi serta memilih waktu foto sebagai impresi pesan yang akan disampaikan.
ADVERTISEMENT
Gunakan metode EDFAT (Entire, detail, frame, angle, dan time) guna memperkuat dan sebagai estetika foto. Dalam hal ini, fotografi cityscape akan menjadi menarik. Bukan saja menampilkan warna dan cahaya kota saja, tetapi ada unsur lain yang mendukung fotonya.
Memotret lanskap juga mempunyai keuntungan, salah satunya adalah kita menjadi tahu progres perkembangan dan kemajuan kota. Apa lagi memotret di tempat yang sama, tetapi hanya berbeda jangka waktunya. Hal tersebut akan nampak perbedaan dan perubahan apa saja pada bangunan dan tatanan kota. Jadi, tertarik untuk mencoba?