Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.103.0
Konten dari Pengguna
Rivalitas AS & Timur Tengah dalam Upaya Penguasaan Minyak
23 Juni 2021 10:46 WIB
Diperbarui 13 Agustus 2021 14:09 WIB
Tulisan dari Danang Surya Muhammad tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan

ADVERTISEMENT
Sumber daya minyak kini telah mengalami perubahan pada posisi keseimbangan kekuatan dimana masyarakat internasional sangat membutuhkan pasokan minyak dunia terutama dalam perubahan era yang semakin meningkat mengakibatkan negara-negara industry dan industry baru sangat membutuhkan adanya minyak. Dengan kebutuhan minyak yang secara besar oleh negara-negara industry mengakibatkan kelangkaan minyak kini menjadi semakin meningkat dan menyebabkan nilai harga jual minyak melambung tinggi akibat permintaan yang semakin tinggi. Distribusi dan kepemilikan yang tidak merata menyebabkan minyak menjadi salah satu factor sumber konflik global. Dengan kebutuhan akan minyak yang semakin tinggi, mengakibatkan kini minyak dijadikan suatu factor penting dalam meningkatkan perekonomian dan juga dalam aspek social politik. Oleh karena itu, keberadaan minyak secara tidak langsung kini sangat mempengaruhi terhadap hubungan antar negara dan dapat memunculkan konflik yang tidak terhindarkan mengingat mayoritas perusahaan-perusahaan minyak dunia dimiliki dan dikelola oleh negara (Bradshaw & Michael J, 1998).
ADVERTISEMENT
Melihat meningkatnya kebutuhan minyak bagi negara-negara internasional membuat minyak kini dijadikan sebagai salah satu instrument diplomasi dalam mencapai aspek kepentingan nasional dan juga menciptakan hubungan baik antar negara. Komoditas minyak tidak hanya dibutuhkan yang bertujuan untuk meningkatkan perekonomian negara akan tetapi sumber daya minyak juga dibutuhkan negara dalam kegiatan berperang seperti pada zaman perang dunia ke II antara Jerman bersekutu dengan jepang melawan Amerika Serikat beserta sekutunya yaitu eropa. Pada saat perang dunia ke II, minyak merupakan salah factor sangat penting dalam mobilitas perang. Negara Jerman dan Jepang pada saat itu sangatlah membutuhkan sumber daya minyak yang cukup banyak yang bertujuan untuk mobilitas berperang dalam melawan AS beserta sekutunya.
Jerman dan Jepang melakukan invansi besar-besaran dimana jerman menyerang daerah strategis negara-negara Eropa sedangkan jepang menyerang wilayah-wilayah jajahan Amerika dengan menyerang pangkalan-pangkalan militer Amerika Serikat yang terletak di Pearl Harbour dan juga melakukan invansi ke padalaman wilayah China yang merupakan sekutu dari Uni Soviet. Langkah kedua negara tidak lain adalah untuk mendapatkan sumber daya minyak melihat pada saat itu Amerika Serikat beserta sekutunya telah membatasi impor minyak agar tidak masuk dalam negara Jerman dan Jepang. Hal tersebut memicu konflik yang diakibatkan jerman dan jepang melakukan serangan ke wilayah jajahan Amerika Serikat beserta sekutunya yang bertujuan untuk melumpuhkan kekuatan yang dimiliki Amerika Serikat dan juga negara-negara Eropa (Bradshaw & Michael J, 1998).
ADVERTISEMENT
Dengan tindakan yang dilakukan oleh Jerman dan Jepang membuat Amerika Serikat beserta sekutunya menyatakan perang dan pada perang tersebut dimenangkan oleh Amerika Serikat beserta sekutunya dengan melakukan blockade di negara jerman yang mengakibatkan Jerman menyerah tanpa syarat dan juga melakukan bom atom di Nagasaki dan Hiroshima yang mengakibatkan Jepang menyarah tanpa syarat. Setelah peristiwa tersebut terjadi, minyak menjadi salah satu perhatian penting terutama negara Amerika Serikat mulai bergantung pada pasokan minyak luar negeri yang bertujuan untuk memenuhi kebutuhan terhadap energi yang semakin besar. Oleh karena itu Amerika Serikat menekankan untuk melakukan kerja sama dengan negara-negara pemasok minyak. Seperti di Timur Tengah merupakan salah satu Kawasan yang memiliki jumlah sumber daya minyak yang cukup besar. Amerika melakukan strategi dengan menggunakan diplomasi sebagai instrument yang bertujuan untuk mencapai kepentingannya. Dengan kebutuhan minyak yang meningkat mengakibatkan Amerika Serikat membuat strategi yang bertujuan agar negara-negara di Timur Tengah menjadi terpecah.
ADVERTISEMENT
Dengan Timur Tengah terpecah maka secara tidak langsung memudahkan langkah Amerika Serikat dengan menguasai Timur Tengah dan juga mendapatkan minyak yang sangat besar sesuai dengan yang diharapkan. Minyak digunakan Amerika sebagai senjata politik dalam mewujudkan kepentingannya seperti ditahun 1980-1990 terjadi perperangan antar sesama negara dikawasann timur tengah yang membuat kesempatan Amerika dalam mewujudkan kepentingan dapat segara tercapai, strategi Amerika Serikat pada saat itu agar rencanya berhasil yaitu memanjakan Arab Saudi dengan memberikan bantuan seperti senjata canggih, penasihat militer, teknisi bahkan instruktur perang.
Tidak hanya itu dalam peristiwa operasi badai gurun, Amerika juga membantu dan melindungi Arab Saudi dari reinterpretasi Irak. Amerika Serikat melakukan semuanya tidak lain hanyalah ingin mendapatkan minyak sebesar-besarnya dari Arab melihat negara Arab merupakan pemilik cadangan minyak terbesar di dunia (Klare, Michael T, 2004). Dengan perang antar Kawasan yang terjadi di Timur Tengah mengakibatkan kini Timur Tengah menjadi sebuah Kawasan yang terpecah belah dan juga hal itu berdampak bagi negara Arab dimana Arab kini tidak bisa mengambil peran yang pernah di dapatinya pada saat itu. Negara Arab juga kini tidak dapat menghukum Amerika yang secara terang-terangan membela negara Israel pada konflik Arab-Israel.
ADVERTISEMENT
Dengan melemahnya kekuatan Arab mengakibatkan Arab tidak dapat mencegah reinterpretasi Amerika Serikat ke irak pada tahun 2003 dan juga invansi Israel ke Libanon pada tahun 2006. Dimana hal tersebut mengakibatkan negara dalam kawasan timur tengah contoh Irak kini tidak hanya memfokuskan bagaimana menangani dan memperbaiki akibat kerusakan dan melemahnya aspek-aspek seperti sosial , ekonomi dan juga militer akan tetapi negara-negara kawasan terutama pemerintah Irak juga perlu memperbaiki aspek politik dimana pasca terjadinya reinterpretasi, aspek politik di negara Irak sangat melemah terutama dalam tatanan proses demokrasi. Dampak pasca terjadinya invasi Amerika Serikat ke Irak, negara Irak juga dihadapkan oleh permasalahan lain seperti dengan munculnya kaum pemberontak di irak, pemberontakan oleh rakyat irak dilakukan sebagai bentuk perlawanan terhadap pemerintah Irak yang visi dan misinya tidak sesuai dengan para pemberontak.
ADVERTISEMENT
Dengan adanya kasus tersebut, maka dampak yang diberikan pasca adanya reinterpretasi Amerika justru tidak membawa kearah perdamaian akan tetapi justru mengarah ke arah yang lebih parah seperti terjadinya konflik domestik antara Pemerintah Irak dan juga Pemberontak yang dimana kedua belah pihak tidak cukup kuat untuk mengalahkan satu sama lain. Oleh karena itu, dampak adanya reinterpretasi dan juga ketegangan yang dilakukan oleh aktor negara tidak hanya mempengaruhi aspek kepentingan ekonomi politik saja melainkan aspek sosial juga sangat mempengaruhi apabila pada tiap aktor negara yang bekonflik tidak mempersiapkan strategi yang bertujuan sebagai bentuk mengatasi dan memperbaiki pasca terjadinya ketegangan.
Solusi yang dapat mengakhiri akibat dampak bergantungnya negara terhadap sumber daya minyak adalah membantu mengurangi ketergantungan akan minyak dengan memberikan alternative lain atau mengurangi pengaruh minyak terhadap dukungan, kejatuhan dan meningkatnya konflik terhadap minyak. Hal itu dapat dilakukan apabila pemilik atau actor pemerintahan dapat memitigasi dan mencegah peperangan. Dan juga solusi dalam menangani dan mencegah permasalahan baru pasca terjadinya konflik. Yaitu memperbaiki sistem tatanan politik dan mulai membangun sektor-sektor dalam penunjang aspek ekonomi dengan membangun fasilitas sarana dan prasarana. Dengan adanya langkah-langkah yang sudah dibentuk dan disiapkan. Karena ketika negara terjadi konflik, negara seharusnya tidak hanya memikirkan ketika mereka sedang berkonflik saja akan tetapi negara juga harus memikirkan dan memiliki strategi ketika konflik telah berakhir.
ADVERTISEMENT
REFERENSI :
Bradshaw, Michael I, l99b, Going Global: The Political Economy of Oil and Gas Development offshore of Sakhalin, Cambridge Review of International Affairs, Vol. 12, Issue 1, Summer.
Cohen, Ariel, 2006, “Reducing U.S. Dependence on Middle Eastern Oil”, The Heritage Foundation.
Klare, Michael T, 2004, “Blood and Oil: The Dangers and Consequences of America's Growing Dependency on Imported Petroleum”, McMillan, NY.
Kaldor, Mary, Terry Lynn Karl, dan Yahia Suid, 2fl07, Oil Wars, Pluto Press, London.
Rubin, Michael, 2005. “The Future of Iraq: Democracy, Civil War, or Chaos?”, dalam Middle East Review of International Affairs, September 2005. Washington, D.C.: THE WASHINGTON INSTITUTE for Near East Policy.