Konten dari Pengguna

Munculnya Angkatan 2000 Sebagai Wajah Baru Sastra Indonesia di Era Modern

Dani Dwi Saputra
Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas PGRI Madiun
13 Januari 2025 9:59 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dani Dwi Saputra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Domentasi Pribadi
zoom-in-whitePerbesar
Domentasi Pribadi
Munculnya karya sastra di Indonesia merupakan hasil dari inspirasi manusia, Sastra juga dapat di artikan sebagai ekspresi yang bermakna sangat luar biasa. Sebuah karya itu di anggap penting, karena memiliki suatu keindahan yang di mana suatu karya mampu membuat para pembaca tertarik, dengan adanya sebuah karya sastra tersebut. Karya sastra juga dapat di katakan sebagai mengekspresikan diri seseorang, sebab dengan begitu jiwa pada saat mengolah sebuah karya akan muncul dan akhirnya memberi kita sebuah motivasi atau dorongan ataupun semangat dalam hal kita melakukan atau merangkai sebuah kata-kata, dan dalam karya sastra kita di haruskan berimajinasi tinggi sebab dengan adanya imajinasi yang tinggi itu memberhasilkan dari sebuah karya itu sendiri.
ADVERTISEMENT
Dengan kita mempelajari sebuah karya sastra itu berarti kita menelusuri ilmu pengetahuan yang tentunya dalam bentuk pemikiran yang akan kita tuangkan menjadi bentuk tulisan baik berupa prosa, drama atau puisi. Mempelajari sebuah karya sastra berarti kita juga telah mempelajari bahasa, pemikiran, gagasan budaya dan tradisi dengan begitu pikiran kita akan luas dan dapat kita kembangkan menjadi sebuah tulisan.
Di sini kita sudah mempelajari dan mengetahui sebuah karya sastra, mulai karya sastra angkatan klasik/lama sampai dengan sastra cyber, dan kita sudah mengetahui perbedaan antara sebelum dan sesudah karya sastra Angkatan 2000, yang di mana angkatan ini membawa dampak yang berarti dan penting bagi sastra Indonesia. Pada saat sebelum Angkatan 2000, kebanyakan karya sastra membahas tentang tema nasionalisme, kritik sosial, dan romantisme, Akan tetapi pada saat Angkatan 2000 kebanyakan karya sastra membahas tentang tema yang berkaitan dengan seksualitas dan di tandai dengan banyaknya munculnya sastrawan wanita seperti Ayu Utami, Helvy Tiana Rose, dan Dee (Dewi Lestari) ini adalah beberapa tokoh yang berhasil menarik pembaca dengan karya-karyanya dengan gaya penulisannya yang lebih ekspresif dan vulgar.
ADVERTISEMENT
Munculnya angkatan 2000 ini ditandai dengan respons terhadap perubahan sosial, politik dan budaya yang ada di Indonesia sesudah reformasi, akan tetapi sebelum masa reformasi ini ada masa yaitu masa orde baru yang di bawahi oleh kepemimpinan Soeharto yang mana pada masa ini dikenal dengan pengekangan kebebasan berpendapat dan mengontrol ketat khususnya pada media dan seni, masa orde baru ini banyak sekali dipengaruhi oleh tema yang mengangkat kritik sosial terhadap kolonialisme dan romantisme, penulis pada masa ini berjuang sungguh-sungguh untuk menyampaikan ide mereka, dengan adanya batasan yang ketat, sehingga banyak sekali karyanya yang harus terpaksa di sensor atau tidak di terbitkan, kemudian muncul angkatan reformasi ini, yang di mulai setelah masa berakhirnya jabatan soeharto menjadi presiden, yaitu pada tahun 1998.
ADVERTISEMENT
Angkatan 2000 ini memiliki keberanian penulis dalam membawakan tema yang belum ada di angkatan sebelumnya karena pada angkatan sebelumnya bersifat tabu, seperti halnya pada angkatan ’45 yang berfokus pada tema nasionalisme dan semangat perjuangan, angkatan ’80 lebih berfokus pada hak asasi manusia dengan menggunakan bahasa romantis dan realistis, berbeda dengan angkatan 2000 yang penulisnya lebih berani membawakan tema yang cenderung sifatnya vulgar, dengan cara mengekspresikan pengalaman dan pandangan penulis tentang kehidupan. Sebagai contoh tokoh Ayu utami dengan salah satu karya novelnya yang berjudul “saman” pada tahun 1998, novel ini tidak hanya membahas tentang pencintaan atau hubungan antar manusia tetapi juga mengangkat isu tentang seksualitas. Karya-karyanya sebetulnya mengajak pembaca untuk lebih merenungkan seperti norma-norma sosial yang ada dan mempertanyakan kenapa banyak sekali batasan-batasan yang selama ini di terima dalam membuat suatu karya.
ADVERTISEMENT
Pada angkatan 2000 ini, juga memiliki dampak bagi pembaca yaitu pada karya-karya yang diterbitkan pada masa itu, tidak hanya dianggap menghibur tetapi juga mendidik pembaca pada isu-isu penting dalam masyarakat, contohnya seperti kekerasan terhadap perempuan, identitas seksualitas, dan hak asasi manusia. Pembaca akhirnya mengetahui melalui sudut pandang dari karya-karya yang ditulis oleh sastrawan perempuan, mereka melihat bagaimana pengalaman hidup di masa dulu yang ditampilkan melalui karyanya, dengan cara realistis dan mendalam, ini bisa menjadi sebuah ruang diskusi tentang peran gender dalam ruang kontemporer.
Selain itu, pada angkatan 2000 juga ini, harus beradaptasi juga dengan perkembangan teknologi, kemudian muncul sastra cyber yang menjadi fenomena yang sangat penting sampai era sekarang ini, yang mana penulisnya menggunakan dan memanfaatkan flatform digital untuk menyebarkan karya-karya mereka, ini memberikan kemudahan kepada penulis yang ingin menerbitkan karyanya tanpa harus melalui proses penerbitan yang secara tradisional yang kerap kali rumit. Kemunculan Angkatan 2000 ini membawa dampak atau angin segar bagi perkembangan sastra yang ada di Indonesia yang membawakan tema-tema baru, tanpa ada pengekangan dan sensor terhadap suatu karya, selain itu, juga mempermudah penulis menerbitkan karyanya dengan memanfaatkan teknologi digital sebagai media penerbitan suatu karya.
ADVERTISEMENT
Referensi
Zahron, Ariby. (2022). Periodisasi Sastra Angkatan 2000. Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Indonesia. Universitas Negeri Malang. Diakses pada 12 Januari 2025 dari, https://www.kompasiana.com/aribyzahron6993/632ab9ff61638e106102d1d2/periodisasi-sastra-angkatan-2000?page=1&page_images=1