Pesta Demokrasi Kian Dekat, Bagaimana dengan Generasi Muda?

DANI FAZLI
Seorang penulis dan content creator, berkuliah di teknik elektro universitas bengkulu dan sekarang juga menjadi pimpinan di start up onschool.id
Konten dari Pengguna
9 April 2023 19:03 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari DANI FAZLI tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Orasi Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Bengkulu (Foto: dok. Penulis)
zoom-in-whitePerbesar
Orasi Mahasiswa Fakultas Teknik Universitas Bengkulu (Foto: dok. Penulis)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Dalam berbagai berita yang beredar, seperti yang kita ketahui bersama bahwasanya pada tahun 2024 akan diselenggarakan pemilihan umum (pemilu) serentak di mana hal tersebut akan menjadi momen bagi seluruh masyarakat Indonesia menentukan arah dan keadaan sosial politik Indonesia lima tahun ke depan.
ADVERTISEMENT
Suasana panas politik tahun 2024 tentu sudah dirasakan bagi sebagian masyarakat, terlebih munculnya berbagai partai politik baru yang siap memberi warna baru di Pemilihan Umum serentak Tahun 2024 mendatang.
Bonus demografi juga akan menjadi tren baru bagi kontestasi demokrasi Indonesia kali ini, pasalnya generasi muda atau generasi produktif mulai tahun 2020 menunjukkan grafik meningkat secara pesat, tentu momentum ini akan memberikan angin segar bagi masa depan bangsa Indonesia ke depannya.
Diskusi Publik tentang Organisasi Kedaerahan dan Kepemudaan di Bengkulu (Foto: dok. Penulis)

Tentang Lunturnya Idealisme Generasi Muda

Berdasarkan fakta yang terjadi beberapa waktu terakhir, banyak generasi muda di Indonesia yang sudah melakukan berbagai cara agar dirinya terlihat oleh elite politik yang harapannya akan dimasukkan dalam partai atau dilibatkan pada kontestasi yang akan segera berlangsung.
ADVERTISEMENT
Keresahan secara akumulatif tentu akan mengakibatkan gelombang protes yang besar. Namun yang terjadi hari ini pada generasi muda di Bumi Pertiwi yang sangat sedikit membaca tapi seakan sudah tahu semuanya, sangat sedikit berdiskusi namun seakan siap menghadapi elite politik yang sudah memiliki gelar sepanjang namanya.
Tentu sifat ini tidak patut untuk dicontoh karena akan mengakibatkan terlahirnya generasi bobrok bagi Indonesia. Banyak keresahan yang masih terlalu dangkal dalam kajian namun sudah dilayangkan kepada birokrasi atau elite pemerintahan.
Hentu hal tersebut tidak mencirikan generasi muda dalam lingkup generasi intelektual. Sekali lagi penulis sampaikan, hal bobrok tersebut terjadi hanya karena tingginya birahi politik generasi muda dan upaya agar dilirik oleh elite politik.

Bukan Menyepelekan Namun Mengingatkan

Sebagai makhluk sosial tentu kita harus saling mengingatkan, dan saat ini penulis hanya ingin menyampaikan bahwa jangan sampai tumbuh kegelapan bagi masa depan Negara Indonesia.
ADVERTISEMENT
Tentunya hal tersebut dapat diimplementasikan dengan langkah-langkah awal yang sederhana. Jikalau kalian peduli dengan bangsa ini, coba lihat bangsa ini dari berbagai sudut pandang, baik dari kota ataupun desa, dari timur ataupun barat bahkan dari luar ataupun dalam.
Tentu dengan sikap skeptisisme tidak selamanya buruk, namun akan membuka pandangan dan langsung melihat sebuah permasalahan secara objektif.
Harapannya jangan sampai generasi muda Indonesia yang diprediksi akan menjadi generasi emas nantinya dimanfaatkan sebagai kendaraan atau alat politik.