Konten dari Pengguna

Menjaga Alam, Dipelihara Alam: Kisah Pak Aneng Petani Padi Organik di Kota Bogor

Dani Medionovianto
Seorang Penyuluh Pertanian Ahli Madya, Content Creator, Editor Video, Voice Over yang bekerja di kementan.
30 April 2025 7:43 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Dani Medionovianto tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Minggu pagi yang cerah, saya berkesempatan anjangsana ke sawah salah satu petani dan juga sudah saya anggap sebagai sahabat, kakak, saudara yang luar biasa—Muhammad Aneng. Beliau adalah Ketua Kelompok Tani Dewasa Lemah Duhur yang berada di wilayah kelurahan Mulyaharja Kecamatan Bogor Selatan, Kota Bogor. Sebagai penyuluh pertanian, saya cukup sering berinteraksi dengan para petani. Namun, Pak Aneng ini istimewa. Ia bukan hanya petani, tapi sosok yang memberi teladan, bahwa mencintai alam adalah jalan hidup yang bisa dilakukan lewat pertanian.
Berdiskusi dan berbagi bersama Pak Aneng (Dok. Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Berdiskusi dan berbagi bersama Pak Aneng (Dok. Pribadi)
Sudah lebih dari 10 tahun Pak Aneng konsisten membudidayakan padi secara organik. Tidak hanya sendiri, beliau berkelompok dan menggandeng enam anggota kelompoknya yang solid dan fokus bertani organik. Di saat banyak petani lain memilih cara instan dengan pupuk dan pestisida kimia, Pak Aneng justru memilih jalan sunyi: kembali ke alam, kembali ke cara-cara yang selaras dengan ekosistem.
ADVERTISEMENT
Saya pribadi tidak hanya mengenalnya sebagai hubungan antara penyuluh dan petani saja di dunia pertanian, tapi juga menjadi konsumen setia. Setiap musim panen, saya selalu membeli beras organiknya. Selain karena kualitasnya yang memang unggul dan rasa yang pulen, saya merasa turut berkontribusi mendukung pertanian yang ramah lingkungan. Bahkan, saya ikut membantu memasarkan produknya. Karena bagi saya, penyuluh bukan sekedar memberi arahan teknis, tapi juga menjadi penghubung antara petani dan pasar.
Beras Organik yang dihasilkan oleh Pak Aneng. (Dok. Pribadi)
Yang membuat saya semakin kagum, usaha pertanian organik Pak Aneng dan kelompoknya sudah tersertifikasi resmi dari INOFICE, lembaga sertifikasi organik yang sudah diverifikasi oleh Otoritas Kompeten Pangan Organik (OKPO) Kementerian Pertanian dan Komite Akreditasi Nasional (KAN), dan sudah setiap tahun melakukan pengujian ulang terhadap lahan dan hasil panen di lokasi lahan Pak Aneng dan anggota lainnya. Ini bukan sekedar klaim, tapi ada bukti sahih bahwa padi yang mereka hasilkan benar-benar organik.
ADVERTISEMENT
Luas lahan yang dikelola secara organik pun meningkat. Dari yang semula hanya 3 hektare, kini sudah diusulkan tambahan seluas 2 hektare. Hasil panennya juga tidak bisa dianggap remeh. Rata-rata produktivitas mencapai 6 - 7 ton per hektare. Ini menepis anggapan bahwa bertani organik itu tidak menguntungkan. Dengan manajemen yang baik, hasilnya bisa optimal dan berkelanjutan.
piagam penghargaan dan sertifikat organik dari Inofice. (Dok. Pribadi)
Yang menarik, kawasan sawah Pak Aneng ini kini berkembang menjadi agro-eduwisata organik. Sebuah inovasi yang patut diapresiasi. Di sana, pengunjung bisa berjalan di atas track kecil yang membelah sawah, melihat langsung aktivitas para petani, dan menikmati keindahan hamparan padi yang hijau segar atau menguning jelang panen. Tak sedikit keluarga, mahasiswa, bahkan wisatawan lokal yang datang untuk belajar dan menyaksikan langsung proses bertani organik. Edukasi yang menyatu dengan alam ini menjadi nilai tambah bagi pertanian di wilayahnya.
ADVERTISEMENT
kawasan Agro Edu Wisata Organik - Mulyaharja. (Dok. Pribadi)
Dan musim panen kali ini, ada yang sangat spesial. Padi yang dipanen bukan sembarang padi. Ini adalah varietas unggul "Mantap", hasil penelitian dari para peneliti eks Badan Litbang Pertanian yang kini berada di bawah BRMP Padi Sukamandi.
Sebagai penyuluh, saya tahu betul betapa varietas ini dirakit dengan tujuan menghasilkan padi yang adaptif, tahan penyakit, dan memiliki hasil yang baik. Ketika benih unggul seperti "Mantap" dibudidayakan secara organik oleh petani seperti Pak Aneng, maka lahirlah simbiosis yang harmonis antara inovasi teknologi dan kearifan lokal. Ini yang menjadi kebanggaan saya sebagai penyuluh—melihat hasil penelitian benar-benar dimanfaatkan oleh petani dan memberikan dampak nyata.
aktivitas Panen, tampak Ibu Enang dibatu dengan putranya, sedang memanen padi. (Dok. Pribadi)
Saya sempat bertanya kepada Pak Aneng, apa motivasinya hingga bertahun-tahun tetap bertahan di jalur pertanian organik yang jelas-jelas membutuhkan tenaga dan kesabaran lebih. Jawabannya sederhana, tapi sangat dalam: “Kalau kita jaga alam, alam akan menjaga kita.” Sebuah filosofi hidup yang mungkin tak perlu dibuktikan lewat kata-kata, tapi terasa nyata di hamparan sawahnya yang lestari, di benih yang tumbuh sehat, dan di panen yang terus menghidupi.
ADVERTISEMENT
Kisah Pak Aneng bukan hanya tentang pertanian, tapi juga tentang harapan. Bahwa di tengah tantangan zaman, masih ada petani yang teguh menjaga warisan bumi. Bahwa pertanian organik bukan sekedar pilihan alternatif, tapi bisa menjadi arus utama jika ada dukungan dari semua pihak—penyuluh, konsumen, peneliti, dan pemerintah.
Saya pulang dari sawah Pak Aneng hari itu dengan hati yang hangat. Bahagia karena melihat bahwa pertanian Indonesia masih punya masa depan yang hijau dan lestari—selama masih ada orang-orang seperti beliau.