Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 ยฉ PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Tradisi Potong Hewan Kurban Tingkatkan Persaudaraan
11 Juni 2024 7:43 WIB
ยท
waktu baca 2 menitTulisan dari Dania Hauro' Firdausi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Hari Raya Idul Adha merupakan hari raya besar yang kedua setelah Hari Raya Idul Fitri bagi orang muslim. Hari raya ini jatuh pada setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Tradisi potong hewan kurban sudah ada sejak zaman Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail. Tradisi ini bermula dari mimpi Nabi Ibrahim yang diperintah oleh Allah untuk mengorbankan putranya, yaitu Nabi Ismail yang dimana perintah ini merupakan ujian besar Nabi Ibrahim untuk menguji ketaatannya kepada Allah. Kemudian Allah berfirman dalam Surah As-Saffat yang artinya "Dan Kami tembus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar." Setelah itu, turun perintah berkurban bagi umat Muslim dan hukum berkurban adalah Sunnah Muakad.
ADVERTISEMENT
Tradisi potong hewan kurban dilaksanakan setelah selesai solat Idul Adha. Dengan antusiasnya, masyarakat berbondong-bondong ke mushola atau masjid terdekat untuk mengikuti kegiatan tradisi potong hewan kurban. Menyembelih hewan kurban adalah tugas bapak-bapak dan tugas ibu-ibu adalah memotong serta membagikan daging hewan kurban kepada masyarakat sekitar. Terdapat program arisan yang dimana setiap anggotanya akan ditarik iuran sejumlah tertentu. Dengan jumlah uang tertentu akan dibelikan kambing atau sapi. Setiap satu sapi berlaku untuk tujuh orang. Dengan adanya program ini dapat memudahkan setiap umat muslim untuk dapat menunaikan ibadah kurban.
Kegiatan potong hewan kurban yang dilakukan saat Idul Adha memiliki keterkaitan erat dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila, dasar negara Indonesia. Pertama, sila pertama Pancasila, "Ketuhanan Yang Maha Esa," tercermin dalam tindakan pengorbanan sebagai bentuk ketaatan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Sila kedua, "Kemanusiaan yang Adil dan Beradab," diwujudkan melalui pembagian daging kurban kepada mereka yang membutuhkan, menunjukkan rasa kemanusiaan dan keadilan sosial. Sila ketiga, "Persatuan Indonesia," tercermin dalam kebersamaan umat Islam yang melaksanakan ibadah ini dengan penuh kebersamaan dan solidaritas, mempererat persatuan bangsa. Sila keempat, "Kerakyatan yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan/Perwakilan," terlihat dalam cara masyarakat berunding dan bermusyawarah dalam pengelolaan dan distribusi daging kurban, memastikan manfaatnya merata. Sila kelima, "Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia," diimplementasikan melalui semangat berbagi dan membantu sesama, terutama mereka yang kurang beruntung, sehingga menciptakan keadilan sosial yang nyata. Dengan demikian, ibadah kurban bukan hanya ritual keagamaan semata, tetapi juga menghidupkan nilai-nilai Pancasila dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Indonesia.
ADVERTISEMENT