Apa Bisa Israel Cinta Indonesia?

Daniel Chrisendo
European Contributor at Kumparan. Content Writer for Lampu Edison.
Konten dari Pengguna
28 Mei 2020 12:55 WIB
comment
9
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniel Chrisendo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pada malam sebelum Lebaran (23/05) beredar sebuah video yang diunggah di YouTube yang berjudul Israelis wish Indonesians “Selamat Lebaran!” - Israel Loves Indonesia.” Dapat ditebak dari judulnya, video tersebut merupakan kompilasi rekaman singkat dari orang-orang yang mengaku warga Israel. Mulai dari anak-anak sampai orang tua, mereka mengucapkan Selamat Lebaran untuk warga Indonesia.
Ucapan Selamat Lebaran dari Israel untuk Indonesia. Sumber gambar: facebook.com/israellovesindonesia.
Video tersebut diunggah oleh sebuah akun bernama Israel Loves Indonesia. Akun dengan nama yang sama juga dapat ditemukan pada Facebook. Pada beranda terdapat beberapa foto yang diambil di Indonesia juga fakta-fakta menarik tentang negeri khatulistiwa ini. Ada nada positif dalam setiap pos yang diunggah.
ADVERTISEMENT
Hal ini tentu menarik mengingat tidak akurnya hubungan Indonesia dan Israel, bukan hanya antar pemerintah (dua arah) tapi juga antar warga negaranya (setidaknya satu arah). Menurut polling yang dilakukan oleh BBC pada 2017, 64% warga Indonesia memiliki pandangan negatif mengenai Israel. Namun saya tidak terlalu paham apakah sentimen negatif tersebut juga terjadi sebaliknya.
Masyarakat masing-masing negara mengalami kesulitan jika ingin mengunjungi satu sama lain. Biasanya masyarakat Indonesia mengunjungi Israel sebagai peziarah mengunjungi tempat-tempat suci dalam keyakinan Kristen. Kunjungan tersebut biasanya dilakukan dalam kelompok gereja yang turnya sudah diatur. Ada sekitar 30 ribu umat Kristen Indonesia yang mengunjungi Israel setiap tahunnya dengan rata-rata menginap selama lima malam.
Tapi saya tahu bahwa di Bali ada juga warga Israel yang datang berlibur. Mereka biasanya memiliki lebih dari satu kewarganegaraan dan masuk ke Indonesia dengan menggunakan paspor mereka yang lain. Saya pernah beberapa kali bertemu mereka. Secara takut-takut mereka memberi tahu saya bahwa mereka warga Israel, awalnya tidak yakin apa saya benci dengan Israel atau tidak.
ADVERTISEMENT
Kita tahu bahwa orang-orang Indonesia yang tidak suka dengan Israel kebanyakan adalah umat Muslim. Alasannya sudah jelas, konflik Israel-Palestina. Konflik yang sangat rumit dan menyangkut banyak isu, mulai dari pengakuan satu sama lain, keamanan, perbatasan negara, hak air, kebebasan bergerak rakyat Palestina, sampai perebutan Yerusalem. Warga Israel percaya bahwa daerah yang saat ini menjadi konflik adalah milik mereka yaitu tanah yang dijanjikan Tuhan kepada kaum Yahudi. Sementara masyarakat Palestina berpikir sebaliknya.
Konflik Israel-Palestina membuat Indonesia masih belum memiliki hubungan diplomatik dengan Israel sampai sekarang. Indonesia yang pro dengan negara-negara Arab pernah didesak oleh kelompok tersebut untuk ikut mengucilkan Israel. Saat Asian Games 1962 dilaksanakan di Jakarta, pemerintah Indonesia tidak mau menerbitkan visa untuk atlet-atlet Israel yang ingin bertanding. Alhasil, Israel-pun tidak berpartisipasi dalam pertandingan tahun itu. International Olympic Committee menghukum Indonesia dengan tidak mengizinkan Indonesia berpartisipasi dalam Olimpiade 1964 di Tokyo. Sampai sekarang hubungan Indonesia-Israel jadi terus-terusan tidak baik. Israel masih tidak datang ketika Asian Games 2018 dilaksanakan di Jakarta-Palembang.
ADVERTISEMENT
Masalah tersebut turun sampai ke masyarakat dan menciptakan sentimen negatif. Meskipun saya yakin beberapa pendukung Palestina di Indonesia melihat konflik ini hanyalah konflik agama, antara Yahudi dan Islam. Bahkan ada juga yang tidak tahu bahwa Yahudi dan Kristen itu berbeda, sehingga pemeluk agama Kristen-pun ikut-ikutan dimusuhi. Buat sebagian orang, Yahudi sama saja dengan Kristen sama dengan Zionis sama dengan Iluminati sama dengan Freemasonry. Nyambungnya di mana, saya juga tidak tahu.
Dalam sejarah agama Yahudi, bangsa tersebut adalah bangsa yang pernah menjadi budak di Mesir. Tuhan menjanjikan mereka kebebasan dan akan membawa mereka ke tanah perjanjian, yaitu tanah Kanaan yang sekarang merupakan Israel. Berdasarkan sejarah ini, bangsa Yahudi percaya bahwa mereka memiliki hak untuk kembali dan mengklaim Israel sebagai tanah yang diberikan Tuhan ke pada mereka.
Museum Yahudi di Berlin, Jerman. Museum Yahudi terbesar di Eropa. Sumber gambar: Daniel Chrisendo.
Saya pernah berkesempatan mengunjungi Museum Yahudi di Berlin, Jerman yang merupakan museum Yahudi terbesar di Eropa. Sebelum datang ke sana, saya tidak tahu bahwa ada banyak kelompok Yahudi di dunia ini, sama seperti Islam dan Kristen. Tidak semua kaum Yahudi di Israel memiliki pemikiran yang seragam. Di antara mereka adalah kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks yang jumlahnya adalah sepertiga penduduk Yahudi di Yerusalem. Jika kamu pernah menonton serial terbatas Unorthodox di Netflix, tokoh utama Esty adalah salah satu anggota dari kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks.
ADVERTISEMENT
Perbedaan utama antara keyakinan Yahudi dan Kristen adalah Mesias, Sang Juru Selamat. Yaitu sosok yang akan menyelamatkan manusia dari dunia yang penuh dosa. Dalam keyakinan Kristen, Yesus adalah Mesias. Ia sudah datang, naik ke surga, dan akan kembali lagi pada akhir zaman. Sementara dalam keyakinan Yahudi, Mesias belum datang dan kehadirannya masih dinanti oleh para pemeluknya. Kedatangan Mesias dipercaya akan mengakhiri perjuangan bangsa Yahudi yang terusir dari Israel dan tersebar ke seluruh dunia. Ia akan memulihkan Israel dan membuat negara tersebut menjadi negara yang paling ideal untuk dihuni bangsa Yahudi.
Penganut Yahudi Ultra-Ortodoks percaya bahwa hanya Mesias-lah yang mampu menyelamatkan mereka. Jadi membentuk sebuah negara Yahudi (Israel) sebelum kedatangan Mesias, dianggap melanggar rencana penyelamatan umat Yahudi. Hal ini berarti ada kaum Yahudi yang sama seperti kebanyakan bangsa Indonesia, mereka tidak percaya bahwa negara Israel adalah untuk bangsa Yahudi, menolak Zionis, dan mengakui bahwa rakyat Palestina memiliki hak penuh terhadap Palestina. Hubungan mereka dengan Israel hanyalah sebatas hubungan pragmatis, untuk keperluan administrasi. Tapi ada juga orang Yahudi Ultra-Ortodoks yang secara jelas tidak mau memiliki hubungan apa pun dengan Israel.
Kelompok Yahudi Ultra-Ortodoks menolak negara Israel dan mendukung Palestina. Sumber gambar: Daniel Chrisendo.
Menarik sekaligus membingungkan bukan? Memang mudah mengeneralisir sesuatu. Misalnya, semua orang Israel adalah orang Yahudi yang suka membuat orang-orang Palestina celaka. Atau semua orang Islam sama saja, semuanya adalah teroris. Tapi narasi-narasi tersebut kuranglah tepat karena tidak lengkap.
ADVERTISEMENT
Di bagian bawah video Selamat Lebaran dari orang Israel tersebut tersebut terdapat caption:
Di Facebook, di mana video tersebut dibagikan, terdapat banyak komentar. Akun Manzul Halim misalnya menuliskan “Fake love”. Akun bernama Hana Annisa di Facebook mengucapkan “Someone said the love between these two countries is not mutual. I agree. It’s one sided love. We clearly will never be on their side.”
ADVERTISEMENT
Kalau menurut saya sah-sah saja kalau ada orang Israel yang cinta dan benci dengan Indonesia. Begitu juga sebaliknya. Tidak semua orang Islam teroris, tidak semua orang Israel jahat. Tidak semua orang Indonesia cinta Israel, tidak semua orang Israel benci Indonesia. Jadi mengapa heran kalau ada orang Israel mengucapkan Selamat Lebaran ke orang Indonesia?
Mumpung masih dalam suasana lebaran. Saya juga ikut mengucapkan Selamat Idul Fitri. Mohon maaf lahir dan batin.