Konten dari Pengguna

Maaf Pesawat di Negaramu Jatuh

Daniel Chrisendo
European Contributor at Kumparan. Content Writer for Lampu Edison.
12 Januari 2021 19:11 WIB
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniel Chrisendo tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Pesawat Sriwijaya Air dengan nomor penerbangan SJ 182 mengalami kecelakaan pada Sabtu (09/01). Pesawat tersebut dijadwalkan untuk terbang meninggalkan Jakarta menuju Pontianak. Di hari yang sama kecelakaan tersebut terjadi, beritanya langsung tersebar luas, bukan hanya di Indonesia, tapi juga ke luar negeri. Termasuk ke negara tempat saya tinggal di sini, Jerman.
Pesawat terbang. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
zoom-in-whitePerbesar
Pesawat terbang. Sumber gambar: Wikimedia Commons.
Pesan berbela sungkawa pun berdatangan dari teman dan kolega saya di berbagai belahan dunia. Ini bukan kali pertama saya mendapatkan pesan seperti ini dari teman-teman saya yang bukan orang Indonesia. Ketika pesawat Lion Air nomor penerbangan JT 610 mengalami kecelakaan pada 2018 silam, saya juga mendapatkan pesan bela sungkawa. Hal ini cukup menarik untuk saya. Mengapa ada budaya mengucapkan bela sungkawa ketika ada pesawat jatuh ke seseorang yang berasal dari negara tersebut, meskipun teman-teman saya tahu bahwa tidak ada keluarga atau teman saya yang jadi korban? Padahal kesamaan antara saya, para korban, dan pesawat yang jatuh hanyalah sama-sama berasal dari Indonesia, tidak ada hubungan emosional.
ADVERTISEMENT
Kecelakaan pesawat memang mendapatkan atensi yang besar oleh media dan masyarakat internasional. Jauh lebih besar dari kecelakaan mobil. Menariknya, pesawat udara adalah moda transportasi yang paling aman di dunia, juga jauh lebih aman daripada mengendarai mobil. Cari saja di Google tentang hal ini, pasti semua sumber setuju dengan pernyataan tersebut.
Lalu mengapa kecelakaan pesawat mendapatkan perhatian yang besar dari orang-orang di seluruh dunia?
Levitt dan Dubner, dalam bukunya yang berjudul Freakonomics mengatakan bahwa orang-orang lebih takut untuk terbang daripada mengemudi. Ada faktor “kontrol” yang mempengaruhi hal tersebut. Seorang pengendara mobil mungkin berpikir, “Saya yang mengemudikan mobil sehingga saya bisa menjaga keselamatan saya sendiri. Tapi saya tidak dapat mengontrol terbangnya pesawat sehingga keselamatan saya sangat bergantung pada orang lain.” Rasa takut tersebut menciptakan teror. Sehingga ketika kecelakaan pesawat terjadi, ada rasa teror yang tercipta dan membekas, termasuk pada kita yang tidak menjadi korban seolah-olah kita sendirilah yang jadi korban. Kita ingin tahu apa yang terjadi pada korban kecelakaan dan berharap semoga mereka semua selamat, sehingga media juga berlomba-lomba untuk menghadirkan berita terkini seputar kecelakaan agar setiap orang ter-update.
ADVERTISEMENT
Banyaknya korban jiwa dan jarang ada yang selamat menjadi satu lagi alasan mengapa kecelakaan pesawat mendapatkan perhatian besar. Kecelakaan pesawat boleh saja jarang terjadi, tapi ketika terjadi biasanya semua penumpang dan kru pesawat tewas.
Tentu tidak relevan untuk kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 karena pandemi COVID-19, tapi biasanya kecelakaan pesawat melibatkan banyak warga negara. Hal tersebut membuat kasus kecelakaan pesawat menjadi kepentingan internasional dan tersebar ke seluruh dunia. Pemerintah negara-negara orang yang menjadi korban meminta kepastian apa yang terjadi pada warganya. Contohnya saja apa yang terjadi dengan kecelakaan pesawat Malaysian Airlines MH370. Ada 239 penumpang dan awak pada pesawat tersebut yang berasal dari 14 negara yang berbeda. Sampai saat ini tidak ada satu korban pun yang berhasil ditemukan. Negara-negara terkait ikut turun tangan dalam proses pencarian serta mendesak Malaysian Airlines dan pemerintah Malaysia untuk lebih transparan dalam menangani kasus tersebut.
ADVERTISEMENT
Layaknya di Indonesia, media di Jerman masih menyiarkan berita mengenai kecelakaan pesawat Sriwijaya Air SJ 182 sampai sekarang. Pesan dari teman-teman pun masih berdatangan menunjukkan rasa empati. Mereka memastikan bahwa tidak ada keluarga saya dalam penerbangan tersebut. Semoga keluarga dan teman-teman yang ditinggalkan diberikan kekuatan.