Konten dari Pengguna

Culture Shock Mahasiswa Rantau Dari Desa ke Kota Besar

Daniel Hamonangan S
Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas 17 Agustus 1945 Surabaya
14 Oktober 2024 10:18 WIB
·
waktu baca 2 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniel Hamonangan S tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Ilustrasi tentang culture shock serta kebingungan yang dialami. (Source : Dokumen Pribadi)
zoom-in-whitePerbesar
Ilustrasi tentang culture shock serta kebingungan yang dialami. (Source : Dokumen Pribadi)
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Apakah kamu mahasiswa baru yang pindah dari desa ke kota dan telah mersakan perbedaanya?. Ya itu yang sedang dialami oleh saudara saya, dia berasal dari desa di sebuah Kabupaten Banjarnegara di Provinsi Jawa Tengah.
ADVERTISEMENT
Dia saat ini berkuliah di salah satu perguruan tinggi negeri di Surabaya. Sudah lebih dari tiga bulan dia berada di Surabaya dan merasakan budaya baru yang sangat berbeda dengan budaya di tempat asalnya atau culture shock.
Culture shock pertama kali diperkenalkan oleh antropologis bernama Oberg pada tahun 1960 untuk menggambarkan respon yang mendalam dan negatif dari depresi, frustasi, dan disorientasi yang dialami oleh individuindividu yang hidup dalam suatu lingkungan budaya yang baru.
Berkuliah di kota besar merupakan impian setiap calon mahasiswa karena universitas di kota besar memiliki kualitas pendidikan yang baik dalam bidangnya untuk meraih kesuksesan yang diimpikannya.
Sebagai mahasiswa rantau harus memiliki keberanian dalam hal apapun sehingga dapat membentuk pribadi yang siap untuk beradaptasi dan menghadapi lingkungan yang baru dikenal.
ADVERTISEMENT
Saya dan saudara saya memiliki tantangan berbeda ketika berkuliah di Surabaya, saya yang sudah dari kecil tinggal di Surabaya sangat mudah beradaptasi ketika berkuliah di Surabaya sedangkan saudara saya harus memulai beradaptasi di lingkuan perkuliahannya di Surabaya.
Mahasiswa rantau memiliki banyak tantangan mereka harus bisa menyesuaikan dirinya di lingkungan baru dan budaya baru. Semisal tidak dapat menyesuaikan dirinya di lingkungan baru dapat menyebabkan berbagai masalah sosial yang dialaminya salah satu contohnya seperti terganggunya saat berkomunikasi dengan warga sekitar, terjadinya noise saat berkomunikasi karena berbedanya budaya. Sehingga ini mungkin dapat menyebabkan rasa tidak nyaman dan merasa terasingkan, tetapi itu mungkin pasti dialami oleh mahasiswa rantau saat awal di lingkungan barunya dan itu dialami mungkin tidak berlangsung lama.
ADVERTISEMENT
Hal itu lah yang sedang di alami oleh saudara saya ketika berkuliah di kota besar. Terlepas dari tantangan menghadapi budaya baru mahasiswa rantau, sebaliknya, mendapatkan lebih banyak pengalaman hidup yang tidak dialami oleh mahasiswa lokal, seperti kesempatan untuk bergaul dengan siswa dan guru dari berbagai latar belakang budaya yang berbeda, belajar bagaimana menjadi lebih mandiri dan tidak terpengaruh oleh pergaulan buruk, mempelajari bahasa lokal, menikmati makanan lokal, dan mengunjungi tempat hiburan lokal. fase penyesuaian diri saat mengalami culture shock.