Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Transportasi Commuter Line yang Tidak Ramah Hujan
21 Februari 2017 16:56 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:18 WIB
Tulisan dari Daniel Setiawan tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Sebagai salah satu kota yang menjadi pusat berputarnya ekonomi negara, wajar saja jika Jakarta memiliki banyak moda transportasi yang tersedia untuk menunjang banyak orang. Tidak hanya orang lokal saja yang memakai, tetapi juga para “musafir” dari berbagai kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Depok, hingga Bogor.
ADVERTISEMENT
Dari berbagai jenis transportasi yang tersedia untuk menuju Ibu Kota, para pekerja yang tinggal di kota satelit tersebut saat ini kebanyakan menggunakan Commuter Line atau Kereta Listrik (KRL). Selain mudah, harganya juga relatif murah. Namun seperti selayaknya transportasi umum, pasti ada saja masalah yang menimpa.
Saya sendiri merupakan pengguna setia KRL. Sejak saat saya masih kuliah, di mana pada saat itu kelas kereta masih dibagi tiga yakni ekonomi, biasa, dan ekspres, moda transportasi ini sudah jadi tunggangan utama menuju ibu kota. Patut saya akui, sebagai pelanggan setia, saya merasakan betul perubahan signifikan di moda transportasi ini.
Dari pelayanan yang cukup modern seperti ticketing yang semakin canggih, hingga menggunakan kereta yang lebih bagus dan bersih. Namun ada satu hal yang jadi permasalahan utama sejak dulu hingga kini yang mungkin bisa dikatakan belum juga teratasi yakni permasalahan dengan cuaca hujan.
ADVERTISEMENT
Selalu saja jika ibu kota diguyur hujan deras dan konstan seperti belakangan ini, gangguan sinyal pasti menimpa salah satu stasiun. Nahasnya, stasiun yang mengalami gangguan adalah stasiun besar yang pasti dilewati untuk menuju tujuan utama. Seperti hari ini (21/2), Stasiun Gambir mengalami gangguan sinyal yang membuat banyak perjalanan terhambat. Alhasil, kereta dari arah Bekasi atau yang menuju Jakarta Kota hanya bisa berhenti sampai Manggarai saja. Hujan memang mengguyur ibu kota sejak subuh hari ini.
Bahkan stasiun Kampung Bandan di Jakarta Utara kabarnya terendam banjir. Anda tidak bisa menyalahkan Tuhan yang menurunkan hujan seharian penuh hanya karena sinyal mengalami gangguan dan membuat kereta yang membawa Anda terlambat. Seharusnya sistem transportasi perkeretaan antar kota ini sudah siap untuk ditempa dalam kondisi cuaca apa pun. Saya yang aktif menggunakan kereta sejak 2010 merasakan gangguan sinyal ini hingga sekarang. Imbasnya juga ke berbagai hal seperti keterlambatan kereta selama seharian penuh, hingga penumpukan penumpang yang berujung berdesak-desakannya para pengguna KRL karena kereta yang telat.
ADVERTISEMENT
Ironisnya, tujuh tahun sudah berjalan dan penyakit tersebut masih saja menjadi benalu dalam sistem transportasi kereta listrik di ibu kota. Menurut berbagai sumber yang saya telusuri, penyebab utama terjadinya gangguan sinyal adalah karena alat persinyalannya yang sudah tua.
Dikutip dari Kompas, eks Direktur Utama PT. KAI Tri Handoyo tiga tahun lalu mengatakan alat yang sudah tua tersebut memang membutuhkan dana yang cukup mahal jika mau diganti. Bahkan Tri mengakui, gledek sedikit saja alat persinyalan yang digunakan langsung bermasalah. Tiga tahun berselang usai Tri Handoyo melepas jabatan dirut, nyatanya masih belum ada kemajuan di sisi permasalahan persinyalan ini. Sebagai transportasi paling banyak digunakan, sudah seharusnya pembenahan dilakukan sesegera mungkin untuk mengatasi permasalahan gangguan sinyal ini.
ADVERTISEMENT
Sungguh aneh, bagaimana bisa transportasi utama ibu kota tidak bisa akrab dengan cuaca hujan? Kereta yang kita tumpangi saat ini adalah hasil produksi Jepang. Mengapa tidak jika kita tidak hanya sebatas membeli kereta dari mereka, tetapi juga mempelajari bagaimana sistem kereta listrik yang diterapkan di sana, apa saja alat yang digunakan sehingga mereka bisa meminimalisir gangguan yang tidak perlu. Saya percaya kenyamanan yang sempurna dalam menggunakan transportasi umum bukan sebatas kendaraannya saja yang apik, tetapi juga hal penunjang lainnya yang juga bisa berjalan baik dan beriringan.