Konten dari Pengguna

Perjalanan Spiritual Daniel Tumiwa

29 Mei 2018 20:06 WIB
clock
Diperbarui 14 Maret 2019 21:08 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Ekonomi Digital tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Perjalanan Spiritual Daniel Tumiwa
zoom-in-whitePerbesar
ADVERTISEMENT
Ada beberapa hal yang ternyata sampai sekarang selalu dan tetap membuat saya ketakutan, bahkan sampai mimpi buruk sejak kecil. Salah satunya adalah membayangkan ditangkap oleh Stormtroopers di film Starwars. Ya! Tentara berseragam putih macam robot yang merupakan tentara Galactic Empire. Nggak tahu kenapa. Tapi, ya…mencekam untuk saya. Sampai saat ini diumur saya yang sudah 47, tidak pernah hilang.
ADVERTISEMENT
Bertanya ke diri sendiri karena pas ada film baru Solo – A Star Wors Story jadi berusaha mengingat kekhawatiran apa lagi yang sampai ke tingkat mencekam di hidup saya, selain Storm Troopers. Ternyata, semasa remaja ada kekhawatiran yang jauh lebih besar: berdosa. Ya, berdosa, sampai diakhir hayat nanti, dosa ini akan membuat saya masuk neraka. More than nightmares!
Selepas masa remaja, mulai masuk kuliah, saya mendapat kesempatan untuk kuliah sambil bekerja. Masa yang sangat menyenangkan. Belajar bekerja profesional, disiplin waktu, managerial, berorientasi pada hasil (result oriented), dan yang paling berharga adalah menjadi leader, dan bertanggungjawab terhadap hasil yang dicapai. Akuntabilitas dari kepercayaan dan kesempatan yang diberikan sebagai professonal yang bergaji. Yang menarik di saat ini, justru pengalaman di dunia professional ini membuat saya mendapatkan jawaban dari rasa kekhawatiran yang mencekam saya, yang mengendap dalam diri saya sejak kecil. Bukan yang Stormtrooper, tapi yang mengenai dosa. Saya belajar untuk bertanggung jawab dan mengambil semua konsekwensi hasil perbuatan saya dari dunia pekerjaan. Hasil pembentukan karakter sejak kecil oleh kedua orang tua saya, yang mengedapankan integritas dan kebijakan diatas segala-galanya. “Danny, apa gunanya? Apa untungnya?” adalah kata kata Alm Ayah yang selalu dia ucapkan apabila ada keinginan apapun yang muncul dari saya. Saya menerima semua kelemahan dan kegagalan saya sebagai hal yang tidak boleh saya salahkan ke orang lain. Tapi sepenuhnya kesalahan saya. Saya menumbukan ownership atau kepemilikan dari kesalahan. Sebaliknya, juga untuk merayakan dan memiliki sukses apabila berhasil. Saya percaya bahwa salah tanggung sendiri, sukses rayakan bersama. Kepercayaan ini membaut saya bisa mengatasi kekhawatiran saya mengenai cara saya memandang dosa. Saya bertanggung jawab untuk semua perbuatan saya kepada orang tua saya sebagai kehadiran fisik Allah di dunia. Saya juga bertanggung jawab untuk semua dosa saya langsung kepada Allah, atas semua perbuatan saya di dunia, dan suatu saat nanti, saya akan ditanya di hari dimana saya akan diadili. Saya siap. Saya menerima. Saya menanggung sendiri. Hilanglah rasa takut saya terhadap bayangan sejak kecil saya mengenai dosa. Manusia akan berdosa karena manusia diciptakan dengan penuh kelemahan. Saya justru contoh yang baik untuk hal itu. Saya percaya Allah sengaja menciptakan manusia dengan semua kelemahannya itu, karena Allah tahu manusia akan rindu dan hormat terhadap Allah yang Maha segala. Rasa rindu dan hormat inilah yang akan membuat manusia menjadi ciptaan istimewa dan membedakan dengan ciptaan-Nya yang lain. Tapi justru itu yang membuat saya, setiap hari, setiap kesempatan memiliki motivasi untuk tidak berbuat dosa, karena itu urusan saya langsung dengan Allah, dan Allah maha tahu. Ketakutan saya terobati, bahkan hilang sama sekali. Jadilah Daniel Tumiwa yang penuh semangat hidup dan berusaha tiap hari berjalan di jalan yang benar. Sambil bertambah usia, saya menjalani perjalanan yang sangat mengasyikan dalam hal spiritual. Sejak kecil, terus bertanya, menghayal, membaca, meyakini, mencintai, membenci dan akhirnya mempercayai. Saya sejak kecil sangat terganggu dengan konsep bahwa manusia terlahir berdosa. Dosa ini adalah akibat perbuatan Adam dan Hawa. Yang saya sedih adalah perbuatan Adam dan Hawa ini menurut yang diajarkan ke saya sejak kecil, membuat hubungan manusia dengan Allah terputus. Sangat sedih, bahwa sejak itu, saya dibuat percaya bahwa saya tidak layak lagi berbicara dengan Allah. Tidak layak bertanya, mengadu, bercerita, menangis, bercengkrama sebagai makhluk ciptaanNya. Saya tidak layak. Saya tidak pernah menerima ini dan selalu bertaya, why? Saya terlahir sebagai selembar kertas putih bukan?
ADVERTISEMENT
Terlahir kembali setelah menyebut kalimah Syahadat.
Aku bersaksi bahwa tidak adah Tuhan selain Allah, dan aku bersaksi bahwa nabi Muhamad SAW adalah rasul utusan Allah. Dosa direset dari nol. Wow! Saya diterima sebagai bayi yang baru lahir. Murni kembali. Pure! Saya boleh berbicara langsung ke Allah. Konsekwensi hidup dan perbuatan saya tanggung sendiri. Adil dan indah. Seperti wahyu Allah dalam tiga surah dalam Al-quran ini:
Al-Isra' ayat 15 (17:15): Barangsiapa yang berbuat sesuai dengan hidayah (Allah), maka sesungguhnya dia berbuat itu untuk (keselamatan) dirinya sendiri; dan barangsiapa yang sesat maka sesungguhnya dia tersesat bagi (kerugian) dirinya sendiri. Dan seorang yang berdosa tidak dapat memikul dosa orang lain, dan Kami tidak akan mengazab sebelum Kami mengutus seorang rasul. Surah An-Najm ayat 38 (53:38): (yaitu) bahwasanya seorang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain, Surah An-Najm ayat 39 (53:38): 53:39 dan bahwasanya seorang manusia tiada memperoleh selain apa yang telah diusahakannya. Saya tidak khawatir lagi. Saya berterima kasih kepada Nabi Muhamad SAW, yang menghilangkan kekhawatiran terbesar di dalam hidup saya. Dan justru menginspirasi saya untuk mengalahkan yang jelek menjadi yang baik lewat perbuatan.
ADVERTISEMENT
Begitulah sepenggal pengalaman spritual saya. Bagaimana pengalamanmu?
Salam #SamasamaDanielTumiwa #PSI11