Konten dari Pengguna

Eksploitasi Kerentanan Perempuan : Studi Kasus Korban Bencana Alam Palu 2018

Daniella Loice Mallisa
Mahasiswa Hubungan Internasional UKSW
24 September 2024 8:38 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daniella Loice Mallisa tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
sosmed-whatsapp-green
kumparan Hadir di WhatsApp Channel
Follow
Edited by Daniella Loice Mallisa
Saat bencana alam di Indonesia, sering sekali kita mendengar isu tentang perempuan yang mendapat perlakuan tidak baik seperti kekerasan seksual, diskriminasi gender, dan lain sebagainya. Perempuan menjadi sangat rentan ketika terjadi bencana alam karena kurangnya pengawasan, penanganan, dan perhatian terhadap isu ini. Hal ini dapat dilihat dari banyak kasus di Indonesia ketika bencana alam terjadi, perempuan selalu mendapatkan diskriminasi dan mendapatkan kekerasan seksual di tempat pengungsian.
ADVERTISEMENT
Kerentanan perempuan juga membuat mereka sering menjadi sasaran korban perdagangan manusia. Saat di mana orang-orang dalam keadaan terpuruk dan menghadapi masa-masa sulit kehilangan rumah, harta benda, bahkan keluarga, oknum atau pelaku perdagangan manusia dengan sengaja menawari sebuah pekerjaan yang menjanjikan kepada korban yang membuat akhirnya korban tidak memiliki pilihan lain selain menerima pekerjaan tersebut. Tanpa mengetahui dengan jelas pekerjaan tersebut dan tanpa disadari ia telah masuk menjadi korban perdagangan manusia.
Hal ini juga terjadi saat 6 tahun yang lalu bencana alam melanda kota Palu, di mana saat itu terjadi 3 bencana alam sekaligus yaitu gempa bumi, tsunami, dan likuifaksi. Bencana alam yang terjadi di Palu merupakan salah satu bencana alam terbesar yang pernah dialami Indonesia. Begitu banyak korban jiwa dan juga kerugian yang dirasakan saat bencana ini melanda. Bantuan demi bantuan datang untuk menolong warga palu pada saat itu. Namun ada satu isu di kalangan masyarakat Palu yang menarik perhatian saya, di mana bantuan penyelamatan yang datang malah terjadi hal paling tidak diinginkan.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu terjadi gempa bumi yang disusul dengan likuifaksi, suatu keadaan di mana tanah menjadi sangat lunak dan mudah bergeser. Fenomena ini menyebabkan semua hal yang ada di atasnya masuk ke dalam tanah tersebut seperti rumah, kendaraan, bahkan manusia terkubur hidup-hidup sehingga menyebabkan kerugian yang sangat besar. Ketika terjadi gempa yang disusul likuifaksi ini, banyak jumlah korban yang dinyatakan hilang karena sulit ditemukan. Hingga terdapat isu yang muncul saat peristiwa ini terjadi yaitu beberapa korban yang dinyatakan hilang sebenarnya bukan terkubur, tetapi beberapa pengakuan dari keluarga korban, sampai saat ini mempercayai bahwa korban masih hidup dan menduga adanya kasus perdagangan manusia.
Saya melakukan wawancara sederhana beberapa kepada keluarga yang sampai saat ini menghadapi dilema terhadap ketidakpastian korban bencana yang hilang. Kapan terakhir kali melihat korban? apakah sudah memastikan bahwa korban betul-betul selamat? apakah ada orang lain yang melihat keberadaan korban terakhir kali?, pertanyaan-pertanyaan tersebut saya berikan kepada mereka. Dari wawancara yang saya lakukan, ternyata ada banyak kesamaan dari pengakuan keluarga.
ADVERTISEMENT
Pada saat itu, sesaat sebelum bencana terjadi salah satu SMA di Palu sedang melaksanakan kegiatan bible camp di daerah ter dampak. Saat itu murid-murid berada dalam gereja, lalu terjadi gempa yang disusul likuifaksi membuat murid-murid berlarian mencari perlindungan dan banyak murid-murid yang akhirnya terjebak dalam lumpur, namun mereka saling membantu keluar dari lumpur tersebut. Dari peristiwa ini, banyak murid-murid yang masih dalam status hilang belum ada kepastian apakah mereka masih terjebak atau berhasil selamat, karena dari beberapa pengakuan saksi-saksi melihat terakhir kali siswi-siswi saat kejadian memasuki truk yang datang membantu evakuasi. Namun sejak saat itu mereka tidak pernah kembali dan hal inilah yang menjadi dugaan masyarakat bahwa terjadi eksploitasi terhadap para korban terutama sasarannya pada perempuan.
ADVERTISEMENT
Kerentanan perempuan merupakan masalah yang serius karena menurut data yang di input oleh SIMFONI-PPA tahun 2024, terdapat 18.326 kasus kekerasan yang di mana 15.902 korban merupakan perempuan. Angka ini menunjukkan bagaimana perempuan memang menjadi target eksploitasi dan dengan adanya data kasus-kasus ini, mendorong kita dalam menuntut upaya pemerintah untuk semakin memberikan perlindungan terhadap korban yang rentan.
Dari studi kasus, kita bisa melihat banyak kasus eksploitasi korban yang sasarannya merupakan perempuan yang rentan. Hal ini dapat dijelaskan menggunakan pendekatan feminis etnografi mengapa perempuan dapat menjadi korban berbasis gender dalam keadaan seperti bencana alam. Pendekatan ini menjelaskan bagaimana penelitian sosial menjadikan pengalaman yang dialami perempuan menjadi subjek utama dalam konteks sosial, ekonomi, dan politik. Dalam isu perdagangan manusia, pendekatan ini sangat memahami bagaimana kerentanan pada perempuan menjadikannya target eksploitasi.
ADVERTISEMENT
Pendekatan feminis etnografi menjelaskan bagaimana masalah ini tidak hanya sebatas masalah kriminal, hal ini dipengaruhi juga oleh kondisi saat bencana, dimana dalam keadaan ini perempuan kehilangan perlindungan sosial dan mudah ditipu oleh pelaku. Ketidaksetaraan gender juga menjadikan perempuan lebih rentan terhadap perdagangan manusia dibandingkan dengan laki-laki, dimana pelaku langsung menargetkan perempuan saat melancarkan aksinya. Dengan begitu, kita dapat melihat dan memahami bagaimana kompleksitas perdagangan manusia dengan melihat pengalaman perempuan saat terjadi bencana alam.
Peristiwa ini perlu menjadi perhatian lebih lagi oleh pemerintah terhadap isu perdagangan manusia yang terjadi saat bencana alam di Indonesia. Indonesia sendiri merupakan negara yang mempunyai tingkat risiko bencana alam tinggi di dunia, maka dari itu perhatian pemerintah sangat perlu dalam menangani isu-isu yang muncul saat bencana alam terjadi. Negara mempunyai kewajiban untuk melindungi semua hak-hak warganya, termasuk pada perempuan-perempuan yang sangat rentan saat terjadi bencana.
ADVERTISEMENT
Pemerintah perlu untuk melakukan penyelidikan dan investigasi mendalam terkait isu yang beredar di masyarakat tentang perdagangan manusia ini. Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNBP) masih terus melakukan verifikasi ribuan korban yang hilang akibat bencana alam yang terjadi di Palu ini, hingga saat ini belum dapat memberikan angka pasti jumlah korban hilang yang terkubur. Isu seperti studi kasus di atas mendesak pemerintah untuk dapat segera diatasi. Pemerintah juga perlu terus melakukan kerja sama dengan berbagai pihak seperti organisasi internasional untuk dapat memberantas kejahatan ini maupun mencegah agar tidak terjadi di masa depan.
Indonesia telah bekerja sama dengan beberapa organisasi internasional untuk upaya mengatasi isu kerentanan perempuan seperti dengan international Organization for Migration (IOM). IOM berperan penting dalam melindungi pekerja migran perempuan yang rentan terhadap eksploitasi dan IOM telah bekerja sama dengan pemerintah Indonesia dengan memberikan pelatihan kepada pekerja migran untuk mengetahui hak-hak mereka. Indonesia juga bekerja sama dengan United Nations Office on Drugs and Crime (UNODC), dimana UNODC membantu dalam penegakan hukum menyelidiki kasus perdagangan manusia.
ADVERTISEMENT
Namun dalam upayanya, pemerintah Indonesia masih belum dapat mengatasi dengan baik kasus-kasus yang dialami perempuan terutama ketika terjadi bencana alam. Perlu adanya kebijakan yang lebih efektif untuk memerangi permasalahan yang sudah menjadi budaya yang buruk setiap terjadi bencana ini dengan memberikan bukti nyata langsung di lapangan.