Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.94.0
Konten dari Pengguna
Literasi Anak Usia Dini: Bagaimana Orang Tua Berperan Besar?
8 September 2024 8:30 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari Musyafa Danish Alfitra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Seringkali orang tua masih kurang memahami seberapa penting peran mereka dalam pengembangan literasi anak usia dini. Paradigma yang dibentuk orang tua saat ini kebanyakan adalah pendidikan literasi hanya sekadar tuntutan agar anak mampu dan siap memasuki sekolah dasar. Nah, pada kesempatan kali ini penulis akan membuka pola pikir orang tua bahwasanya banyak hal yang sebenarnya dianggap sepele namun ternyata berperan besar bagi kemampuan literasi anak.
ADVERTISEMENT
Usia dini merupakan usia paling rentan dalam kehidupan manusia. pada fase ini anak-anak dapat mengalami pertumbuhan dengan cepat dan pesat. Fase ini dikatakan sebagai fase golden age (Atien, 2009: 1). Tentunya orang tua perlu memberikan stimulus kepada anak dengan memperhatikan level interaksi dan kedekatan anak yang mempengaruhi tumbuh kembang sang anak dan juga pentingnya peran mereka.
Level Interaksi dan Kedekatan Anak
Dalam melihat perkembangan anak, orang tua perlu memahami bagaimana interaksi anak dengan keadaan sekitar. Mengutip dari laman paudpedia.kemdikbud.co.id, Interaksi anak memiliki 5 tahapan mulai dari lingkup terkecil hingga terbesar, yaitu :
ADVERTISEMENT
Level interaksi merupakan kondisi yang dihadapi anak setiap hari, oleh karena itu, ini menjadi hal yang penting untuk diperhatikan orang tua dalam mengembangkan kemampuan literasi anak.
Apa solusi yang efektif untuk orang tua?
Literasi memiliki arti yang cukup luas, tak hanya soal menulis dan membaca, namun literasi juga menyoal tentang pengetahuan, keterampilan, bagaimana anak mengelola dan menyampaikan informasi yang diterima dalam berbagai bentuk.
Orang tua tak perlu bersih keras menyuruh anak untuk membaca dan menulis, interaksi berupa bercerita, berbincang bersama, belajar bersama hingga mendengarkan serta mengapresiasi anak juga menjadi bentuk langkah strategis yang dapat dilakukan orang tua dalam mengembangkan literasi anak. Hal-hal ini dapat meningkatkan potensi perkembangan bahasa anak usia dini.
Pencapaian perkembangan bahasa anak adalah ketika anak mampu memahami bahasa reseptif, ekspresif dan keaksaraan.
ADVERTISEMENT
Bahasa reseptif meliputi kemampuan memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi, dan menghargai bacaan. Kemampuan ekspresif meliputi kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan, berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan perasaan, ide, dan keinginan dalam bentuk coretan. Kemampuan keaksaraan meliputi kemampuan memahami bentuk dan bunyi huruf, meniru bentuk huruf, dan memahami kata dalam cerita (Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014).
Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 35) adalah melihat serta memahami isi dari apa yang tertulis; mengeja atau melafalkan apa yang tertulis; mengucapkan; mengetahui; meramalkan; memperhitungkan; atau memahami.
Menulis menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2011: 576) adalah membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena (pensil, kapur, dan sebagainya); melahirkan pikiran atau perasaan dengan tulisan; menggambar; melukis; dan membatik.
ADVERTISEMENT
Maka orang tua perlu mengetahui bahwasanya membaca dan menulis bukan hanya sebatas melafalkan tulisan saja dan membuat huruf atau angka saja tetapi memahami simbol dan mampu mengungkapkan pemikiran melalui simbol.
Langkah selanjutnya adalah orang tua perlu memahami 5 level interaksi yang telah saya paparkan di atas.
Lingkungan kehidupan yang mereka lihat sehari-hari dapat mempengaruhi anak dengan cepat. Maka orang tua, keluarga dan sekolah perlu bekerja sama dalam menstimulus anak, seperti memberikan contoh gemar membaca kepada anak, mempelajari kembali apa yang telah diajarkan di sekolah dan membangun lingkungan keluarga yang mendukung literasi sang anak.
Latar belakang orang tua bukanlah jadi penghalang bagi kesuksesan anak. Kebiasaan yang dibangun dengan baik mampu mempermudah anak dalam belajar. Kebiasaan berinteraksi, bercerita dan berperilaku juga menjadi kekuatan untuk anak dalam mengelola informasi dengan baik.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu orang tua perlu terus beradaptasi dengan perkembangan zaman, kebijakan pendidikan, teknologi, budaya dan pergaulan anak tentu harus diperhatikan. Kebijakan baru diperoleh karena selalu adanya permasalahan baru dari waktu ke waktu sehingga kalau kita berdiam diri kita akan tertinggal.
Perkembangan teknologi yang cepat tidak dapat dihentikan dan memaksa kita untuk adaptif dengan memanfaatkan keunggulannya dengan baik, namun di sisi lain apabila teknologi tersebut salah digunakan maka akan berakibat sebaliknya. Sebuah gadget bisa jadi baik untuk anak apabila memanfaatkannya untuk belajar dan menyalurkan bakatnya. Namun sebaliknya, sebuah gadget bisa jadi buruk untuk anak apabila salah dalam menggunakannya.
Dinamika kehidupan yang dialami keluarga sangat berpengaruh pada pembangunan identitas sang anak. Kepribadian, emosi, minat belajar, akhlak, dan kemampuan literasi terbentuk atas apa yang terjadi dalam lingkungan keluarga. Maka bentuklah lingkungan yang positif yang dapat diterima baik oleh anak, karena suatu hari, wujud anak anda terbentuk atas apa yang telah anda perbuat setiap harinya.
ADVERTISEMENT