Sempat Kehilangan Ghirah Berorganisasi

Danu andika Putra
Mahasiswa Pendidikan Olahraga Universitas Muhammadiyah Jakarta
Konten dari Pengguna
8 November 2021 21:03 WIB
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Danu andika Putra tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
lembaga komisariat IMM Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta - foto asli Danu andika putra maret 2021
zoom-in-whitePerbesar
lembaga komisariat IMM Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Jakarta - foto asli Danu andika putra maret 2021
ADVERTISEMENT
Waktu itu saat pertama kali berada di dalam dunia organisasi tentunya semangat dan rasa ingin tau sangat tinggi, datang ke kampus hampir setiap hari diiringi dengan berdiskusi serta membahas isu-isu terkini agar terciptanya pribadi yang akademisi. Indah rasanya ketika kita bersama ikatan berargumen membahas suatu pokok pembahasan materi, saat saya melontarkan sebuah tesis tetapi disisi lain teman-teman saya malah antitesis, memang kita sangat kokoh dengan pendapat pribadi secara subjektif tapi ketika kita membuang egoisme masing-masing maka akan ada pemahaman yang kembali sejalan walaupun perbedaan pendapat itu sudah pasti ada, karena kita sering kali memaksakan untuk mempersatukan perbedaan padahal perbedaan itu bukan berarti harus dipersatukan tapi mungkin saja untuk dibiarkan berjalan beriringan, tapi memang itu lah sebuah nyawa dalam berdiskusi.
ADVERTISEMENT
Namun ketika teman saya yang berbeda jalur (bekerja) bertanya apakah mahasiswa hanya sebatas berdiskusi, literasi, dan melakukan demo saja, jawaban saya adalah tentu tidak sebatas itu saja. Kita sebagai mahasiswa organisatoris yang latar belakangnya ilmu pendidikan mempunyai prinsip mengabdi dengan aksi bergerak dari hati, artinya saat kita bersentuhan langsung ke masyarakat itu memang benar dari hati yang tulus sesuai dengan penegasan IMM yang ke-6, sekaligus melatih ilmu pedagogik untuk menjadi seorang pengajar.
Berbicara kader IMM tentunya tidak terlepas dari segitiga intelektual yaitu membaca, menulis dan berdiskusi dan saya menambahkan satu lagi yaitu implementasi, kenapa? Karena ketika hari ini kita membaca, menulis dan berdiskusi tanpa adanya sebuah implementasi maka hasilnya akan nihil, artinya tidak ada esensi yang kita berikan kepada masyarakat.
ADVERTISEMENT
Seiring berjalannya waktu ikatan pun mulai sunyi, kader IMM mulai menghilang satu persatu karena kesibukan masing-masing dan pastinya seleksi alam mulai berlangsung. Lembaga mahasiswa pun mulai kehilangan taringnya yang sebagai mana mahasiswa memiliki peran penting sebagai agent of change (pembawa perubahan) di dalam ruang lingkup masyarakat, negara maupun untuk mahasiswa itu sendiri, saya mulai goyah untuk melangkah maju menjadi mahasiswa yang seharusnya membawa perubahan, saya ingin kembali seperti dulu yang sering di sebut mahasiswa kupu-kupu (kuliah pulang kuliah pulang) rasanya ingin kembali menjadi mahasiswa apatis yang hanya memikirkan diri sendiri, saya mulai kehilangan girah berorganisasi dan mulai kehilangan jati diri sebagai mahasiswa.
Sampai suatu ketika saya mendengar kata-kata "hidup yang tidak dipertaruhkan tidak akan pernah dimenangkan" artinya kita di dalam organisasi banyak meluangkan waktu, tenaga, dan bahkan uang kita sendiri untuk keberlangsungan organisasi dan kebermanfaatan masyarakat sekitar. Mulai dari situ semangat yang dulu sempat meredup kini perlahan mulai kembali hidup, yang tadi nya sempat kehilangan jati diri kini mulai kembali beranjak berdiri. Mari sama-sama kita kembalikan semangat kita yang sempat hilang, jadilah mahasiswa yang mempunyai ideologi serta pendirian kuat agar tidak selalu terbawa arus seperti ikan di sungai.
ADVERTISEMENT