Konten dari Pengguna

Teknologi dan Inovasi bagi Perempuan

Danu Arafat
Universitas Sriwijaya, Ilmu Hubungan Internasional
8 Desember 2024 0:29 WIB
·
waktu baca 4 menit
comment
0
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Danu Arafat tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Danu Arafat, Universitas Sriwijaya
KETIMPANGAN GENDER DALAM AKSES TEKNOLOGI DAN INOVASI DALAM ERA DIGITALISASI
Teknologi dan Perempuan, Sumber: Animasi sendiri
zoom-in-whitePerbesar
Teknologi dan Perempuan, Sumber: Animasi sendiri
Di tengah derasnya arus teknologi yang kian menyatu dalam kehidupan modern, pertanyaan besar yang sering terlupakan adalah, siapa yang sebenarnya mendapatkan manfaat dari kemajuan ini? Ketimpangan dalam akses terhadap teknologi dan ruang digital masih menjadi tantangan besar, terutama bagi perempuan yang selama ini terpinggirkan dalam arena ini.
ADVERTISEMENT
Hari Perempuan Internasional 2023, dengan tema “DigitALL: Inovasi dan Teknologi untuk Kesetaraan Gender”, menjadi momentum penting untuk mengingatkan bahwa teknologi dapat menjadi alat pemberdayaan, tetapi juga pedang bermata dua. Tema ini tidak hanya menyoroti potensi teknologi sebagai pendobrak hambatan struktural, tetapi juga mengingatkan dunia tentang ketimpangan yang terus ada dalam akses, partisipasi, dan manfaat teknologi bagi perempuan.
Menurut data Perserikatan Bangsa-Bangsa, 37% perempuan di dunia tidak menggunakan internet, sementara ada 259 juta lebih sedikit perempuan dibandingkan laki-laki yang memiliki akses ke teknologi ini. Angka-angka ini bukan hanya statistik, tetapi potret nyata dari eksklusi sistemik yang menghalangi perempuan untuk mengembangkan keterampilan digital mereka. Padahal, dalam beberapa dekade ke depan, sekitar 75% pekerjaan akan terkait dengan STEM (sains, teknologi, teknik, dan matematika). Ironisnya, perempuan saat ini hanya mengisi 22% posisi dalam bidang kecerdasan buatan, sebuah sektor yang menjadi fondasi masa depan teknologi global.
ADVERTISEMENT
Lebih jauh, ketimpangan gender ini juga mencerminkan rendahnya representasi perempuan dalam peran sebagai kreator dan pengambil keputusan di sektor teknologi. Sektor ini, yang sering dianggap netral, sebenarnya sarat dengan bias gender yang berakar dari kurangnya inklusivitas. Perempuan tidak hanya dihadapkan pada hambatan struktural, tetapi juga kekerasan berbasis gender daring yang menjadi momok tersendiri. Kekerasan ini sering kali tidak mendapat perhatian serius dari hukum, sehingga membuat perempuan enggan untuk terlibat lebih jauh dalam ruang digital.
Namun, sejarah membuktikan bahwa perempuan mampu menjadi penggerak perubahan meski dalam ruang yang tidak selalu ramah. Dari era awal komputer hingga revolusi kecerdasan buatan, perempuan telah memberikan kontribusi besar meskipun sering kali tidak diakui. Masalahnya bukan karena perempuan tidak mampu, tetapi karena ekosistem teknologi masih menyingkirkan mereka melalui akses yang terbatas, stereotip gender, dan kurangnya representasi dalam pendidikan dan karier STEM.
ADVERTISEMENT
Di sisi lain, teknologi sebenarnya memiliki potensi besar untuk memberdayakan perempuan dan melawan stereotip gender. Berbagai inovasi telah menunjukkan bagaimana perempuan dapat mengambil alih kendali melalui teknologi. Aplikasi kesehatan reproduksi, platform pendidikan daring, hingga program coding untuk perempuan muda telah menjadi langkah awal yang signifikan. Di bidang ekonomi, fintech menawarkan solusi inklusif, seperti layanan perbankan digital yang memungkinkan perempuan di daerah terpencil mengakses pinjaman mikro tanpa harus menghadapi hambatan birokrasi.
Namun, perubahan tidak bisa hanya mengandalkan teknologi semata. Akses perempuan terhadap ruang digital harus dibarengi dengan perlindungan hak-hak mereka, terutama dalam menghadapi ancaman kekerasan berbasis gender daring. Agenda Hari Perempuan Internasional 2023 juga menggarisbawahi pentingnya partisipasi perempuan dalam ekonomi digital yang lebih inklusif. Dengan pendekatan yang responsif gender, teknologi dapat menjadi alat untuk memberdayakan perempuan, memberikan mereka ruang untuk mengadvokasi isu-isu penting, membangun bisnis, hingga berpartisipasi aktif dalam pembangunan komunitas mereka.
ADVERTISEMENT
Menyediakan akses yang setara terhadap teknologi tidak hanya soal kemampuan teknis, tetapi juga soal membuka peluang. Ketika perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk menggunakan teknologi, mereka dapat menjadi agen perubahan yang mempercepat pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan Agenda 2030. Akan tetapi, dunia juga harus waspada terhadap risiko revolusi digital yang justru melanggengkan pola ketidaksetaraan yang sudah ada.
Ketimpangan digital adalah masalah yang tidak hanya membatasi perempuan secara individu, tetapi juga menimbulkan dampak sosial dan ekonomi yang luas. Kurangnya keterlibatan perempuan dalam desain, pengembangan, hingga implementasi teknologi tidak hanya menghambat inklusivitas, tetapi juga merugikan masyarakat secara keseluruhan. Ketika perempuan tidak terwakili, solusi teknologi yang dihasilkan cenderung tidak sensitif terhadap kebutuhan mereka.
ADVERTISEMENT
Kini, saatnya semua pihak dari pemerintah, sektor swasta, hingga masyarakat sipil berkomitmen untuk menjadikan teknologi sebagai ruang yang inklusif dan setara. Pendidikan digital, dukungan terhadap karier STEM bagi perempuan, serta regulasi untuk melindungi mereka dari kekerasan daring harus menjadi prioritas. Teknologi bukan hanya alat, tetapi juga harapan bagi perempuan untuk mewujudkan potensi penuh mereka. Hari Perempuan Internasional 2023 adalah pengingat bahwa kesetaraan gender bukanlah cita-cita yang bisa ditunda. Dalam dunia digital yang terus berkembang, perempuan harus menjadi bagian dari narasi ini—bukan sebagai penonton, tetapi sebagai aktor utama yang membentuk masa depan.
Refrensi
Aptika, A. (2022). Literasi Digital Jadi Kunci Atasi Kesenjangan Digital Berbasis Gender.
Diambil kembali dari https://aptika.kominfo.go.id/2022/11/literasi-digital-jadi-kunciatasi-kesenjangan-digital-berbasis-gender/
Hamid, A. M. (2023). DigitALL: Innovation and Technology for Gender Equality. Diambil kembali
ADVERTISEMENT
dari https://blogs.worldbank.org/en/youth-transforming-africa/digitall-innovation-andtechnology-gender-equality
Nations, U. (2023). International Women’s Day: Innovation and technology for gender equality.
Diambil kembali dari https://unric.org/en/international-womens-day-2023/
Salsabila, S. P. (2024). Menghadapi Tantangan Kesetaraan Gender di Era Digital. Kompasiana.
Diambil kembali dari
https://www.kompasiana.com/saniaputrisalsabila9079/65ef9d23de948f414b610ff3/meng
hadapi-tantangan-kesetaraan-gender-di-era-digital
Women, U. (2022). International Women’s Day 2023: “DigitALL: Innovation and technology for
gender equality”. Diambil kembali dari https://www.unwomen.org/en/newsstories/announcement/2022/12/international-womens-day-2023-digitall-innovation-andtechnology-for-gender-equality