Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.93.2
Konten dari Pengguna
Apa itu Beauty Standard?
8 Agustus 2021 14:26 WIB
·
waktu baca 1 menitTulisan dari Dapurfit tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Banyak orang yang ingin menjalankan diet bukan dengan tujuan kesehatan melainkan untuk memenuhi beauty standard yang ada di masyarakat. Sebenarnya, apa itu beauty standard? Apakah standar kecantikan merupakan sesuatu yang nyata dan mendefinisikan kecantikan seseorang? Alasan mengapa Dapurfit membahas beauty standard pada kesempatan ini adalah karena persepsi seseorang mengenai kecantikan dan penampilan ideal, serta motivasi seseorang untuk memenuhi standar tersebut dapat mempengaruhi kesehatan mental dan fisik orang tersebut.
Pengaruh Persepsi
ADVERTISEMENT
Di jaman modern seperti sekarang, sosial media sangat berperan dalam mempengaruhi persepsi seseorang. Gambar dan konten dengan ‘tubuh ideal’ yang tidak realistis membuat pria dan wanita menganggap itu sebagai definisi beauty, dan kerap kali hal ini menyebabkan orang untuk memilih jalan yang tidak sehat untuk mendapatkan ‘tubuh ideal’ tersebut. Sebuah studi menunjukkan ‘thin-body ideal’ berpotensi menyebabkan frustasi, negative body image dan eating disorders. Sedangkan ketika tubuh ideal didefinisikan sebagai tubuh yang sehat/ FIT, dapat mendorong seseorang untuk memilih langkah yang lebih baik dalam diet (1). Oleh karena itu, persepsi seseorang tentang ‘tubuh seperti apa yang ideal’ dapat mempengaruhi kesehatannya.
Pengaruh Motivasi
Sebuah penelitian dilakukan kepada wanita-wanita Asia berusia 20-33 tahun dari Korea Selatan, China, dan Jepang. Dalam penelitian ini, ditemukan wanita yang yang menganggap kecantikan sebagai sebuah ‘superioritas (competitive advantage)' lebih sering memiliki negative body image. Wanita dengan mindset seperti ini lebih memungkinkan untuk menyalahkan diri sendiri karena ‘tidak mampu’ terlihat sesuai beauty standard mereka dibandingkan dengan wanita yang melihat kecantikan sebagai bentuk ‘self-improvement’ dan ‘individuality’ (2). Wanita yang mengejar kecantikan untuk merasa lebih “superior” juga lebih mungkin untuk memilih cara yang tidak sehat untuk mengubah penampilan mereka dibandingkan dengan wanita yang ingin terlihat cantik sebagai bentuk self-improvement. Oleh karena itu, sejak 2012 Dapurfit selalu mengatakan “Jangan belajar diet sebelum belajar untuk mencintai diri sendiri.”
Mindset Positive Self-Image
Berikut mindset para wanita yang memiliki positive self-image: “I am satisfied with that I have. So, I am glad and not greedy. I enjoy managing my appearance”; “beauty is just one of my advantages. Because I am a woman, I want to be beautiful through a clean and healthy appearance”; “(sometimes) I also feel envious & inferior. But she and I are completely different, and I could have something that she doesn’t have. So, my effort to be beautiful is just enough for me” (2).
ADVERTISEMENT
Persepsi, motivasi, dan mindset yang tepat akan sangat membantu dieter untuk memilih langkah yang sehat, baik bagi fisik maupun mental dieter, dalam usahanya untuk meningkatkan penampilan. Perlu ditanamkan dalam diri bahwa usaha diet dilakukan untuk menjadi versi terbaik diri kita sendiri, bukan untuk menjadi atau memenuhi permintaan orang lain, karena TIDAK ADA satupun standar kecantikan yang universal. Hal ini terbukti melalui ‘tren’ dari standar kecantikan sendiri. Jaman dulu, standar kecantikan ditentukan oleh imajinasi seniman melalui lukisan dan patung. Sedangkan jaman sekarang, standar kecantikan ‘diatur’ oleh iklan dan media (12, 13).
Karena itulah standar kecantikan selalu berubah-ubah, bahkan dalam waktu yang relatif singkat (3, 10, 11). Dalam waktu yang sama sekalipun, standar kecantikan dapat berbeda-beda, tergantung pada ‘tren’ setempat. Sebagai contoh, penggambaran “Venus”, the Goddess of beauty, love, and fertility yang digambarkan oleh artis Botticelli sebagai idealisasi kecantikan era Renaissance di Florence berbeda jauh dengan Dewi Venus yang digambarkan oleh artis Lucas Cranach di German (4). Oleh karena itu, filosofer David Hume menyatakan: “beauty is no quality in things themselves: it merely in the mind which contemplates them; and each mind contemplates a different beauty” (5).
Tidak dapat dipungkiri bahwa ‘selera umum’ yang terbentuk dari hasil proses evolusi itu ada. Misalnya, manusia secara umum tertarik pada wajah yang ‘terlihat muda & sehat’, ‘lebih simetris’, dan ‘terlihat familiar’ (6-8). Meski begitu, kecantikan dan daya tarik tetap lebih dipengaruhi oleh faktor non-biologis seperti lingkungan, budaya, tren, dan faktor psikologis.
ADVERTISEMENT
Charles Darwin, bapak teori evolusi sekalipun, mengatakan bahwa standar kecantikan yang universal pada setiap orang itu tidak ada, buktinya jelas bahwa preferensi kecantikan setiap orang dapat berbeda-beda (9). Pada tahun 2014, terdapat studi yang mempelajari standar kecantikan dengan membandingkan “People Magazine’s Most Beautiful People” dari edisi tahun 1990 hingga tahun 2017. Dari studi tersebut ditemukan bahwa standar kecantikan selalu berubah-ubah (14). Mengutip salah satu studi yang membahas topik ini, “the common saying ‘beauty is in the eye of the beholder’ has been supported by studies analyzing the effect of environment on aesthetic preferences”; “twin studies show that individual preferences for attractiveness are shaped more by the environment” (11). Oleh karena itu, tidak ada gunanya mengejar satu standar kecantikan yang tidak menunjukkan ‘dirimu’, sebab kecantikan sendiri memiliki definisi yang berbeda-beda dan bervariasi. Tidak ada standar universal untuk kecantikan.
ADVERTISEMENT
Alasan Mengapa Beauty Standar Dapat Sangat Bervariatif
Berbagai studi mengenai standar kecantikan menunjukkan hasil yang konsisten yaitu personality traits yang diharapkan dari pasangan dapat mempengaruhi selera seseorang pada penampilan fisik calon pasangannya. Mengutip dari studi ini, “for example, women who value cooperation and good parent may avoid ‘masculine-faced’ men” (7). Oleh karena itu, penampilan yang dianggap menarik oleh setiap orang dapat berbeda satu sama lain karena banyak hal, salah satunya personality traits yang diharapkan.
Terlepas dari standar kecantikan fisik, ketertarikan seseorang terhadap orang lain juga dipengaruhi oleh faktor psikologis. Sebagai contoh, suatu studi menemukan ketika wanita ditunjukkan foto pria dikelilingi wanita, mereka menilai pria tersebut lebih menarik dibandingkan ketika ditunjukkan foto pria tersebut sedang sendiri (15). Namun di studi lain, wanita lebih memilih foto pria yang berdampingan dengan wanita yang sedang tersenyum dibandingkan dengan foto pria yang berdampingan dengan wanita yang tidak tersenyum (16).
Pada akhirnya, obsesi terhadap beauty idealism dari manapun/ siapapun tidak akan memberikan keuntungan bagi diri kita. Hindari dan jangan terpengaruh oleh apa yang media/ iklan promosikan sebagai beauty standard, karena standar kecantikan yang universal itu tidak ada. Kecantikan akan selalu unik dan bervariasi. Ketika ingin mengubah diri, baik itu penampilan maupun aspek lainnya, sudah seharusnya itu dilakukan untuk mendapat versi terbaik dari diri kita sendiri. Meningkatkan penampilan dengan motivasi & tujuan yang benar (self-improvement, untuk lebih sehat) akan memberikan kepuasan diri dan self-respect. Dan yang terakhir, kepuasan yang sejati tidak pernah didapatkan dari persetujuan orang lain, melainkan dari self-love dan self-respect. Diet dan merubah penampilan tidak akan bisa memberikan self-love dan self-respect, melainkan sebaliknya. Self-love dan self-respect harus dimiliki sebelum memulai program diet apapun. Karena kedua hal itu merupakan kunci dari keuksesan diet dan self-improvement jangka panjang.