Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2025 © PT Dynamo Media Network
Version 1.100.0
12 Ramadhan 1446 HRabu, 12 Maret 2025
Jakarta
imsak04:10
subuh04:25
terbit05:30
dzuhur11:30
ashar14:45
maghrib17:30
isya18:45
Konten dari Pengguna
Kebudayaan Baduy: Menjaga Tradisi di Tengah Arus Globalisasi
28 November 2024 15:09 WIB
·
waktu baca 5 menitTulisan dari daraita herbalisf tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT

Kebudayaan masyarakat Baduy yang terletak di Banten, Indonesia merupakan salah satu contoh ketahanan budaya yang menghadapi tantangan globalisasi. Masyarakat Baduy terbagi menjadi dua kelompok yaitu Baduy Dalam yang sangat konsisten dengan kebudayaannya hingga adat istiadat mereka dan Baduy Luar yang lebih terbuka terhadap perubahan dan sangat dekat dengan era modernisasi. Suku Baduy biasanya berkomunikasi sehari-hari dengan menggunakan bahasa sunda, termasuk dialek sunda Banten. Namun, Baduy luar biasanya dapat menggunakan bahasa Indonesia ketika berbicara dengan orang lain. Suku Baduy Luar telah berhasil menyesuaikan diri untuk menerima globalisasi. Meski begitu, mereka tetap melestarikan kearifan lokal dan adat istiadat, terutama dalam menjaga lingkungan karena prinsip tersebut adalah ciri khas Suku Baduy.
ADVERTISEMENT
1. Sejarah dan Identitas Budaya
Suku Baduy dikenal dengan cara hidup yang sederhana dan dekat dengan alam. Mereka memiliki hukum adat yang ketat dan menjunjung tinggi nilai-nilai kearifan lokal. Masyarakat Baduy Dalam sangat menjaga tradisi dan menolak modernisasi, sementara Baduy Luar mulai terbuka terhadap pengaruh luar dan sudah masuk pada era modernisasi. Dua kelompok utama masyarakat Baduy adalah Baduy Dalam dan Baduy Luar.
• Baduy Dalam: tinggal di Kampung Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Mereka menolak adat istiadat asing dan sangat ketat dalam menjalankannya. Mereka biasanya mengenakan pakaian putih, yang merupakan simbol kesederhanaan dan kemurnian.
• Baduy Luar: Orang-orang dari Baduy Luar tinggal di Cikadu dan Kaduketuk. Terlepas dari kenyataan bahwa mereka tetap konsisten, mereka lebih cenderung menjadi lebih modern dan menggunakan perangkat elektronik. Biasanya mereka mengenakan pakaian hitam.
ADVERTISEMENT
Suku Baduy secara tegas menolak modernisasi dalam banyak aspek kehidupan. Mereka tidak menggunakan kendaraan bermotor dan lebih memilih berjalan kaki untuk beraktivitas sehari-hari. Ini merupakan bagian dari usaha mereka untuk menjaga kemurnian budaya dan lingkungan hidup.
2. Adaptasi Terhadap Globalisasi
Interaksi dengan Wisatawan: Kehidupan sosial dan ekonomi masyarakat di wilayah Baduy sangat dipengaruhi oleh jumlah wisatawan yang datang. Suku Baduy Luar memanfaatkan kesempatan ini untuk berdagang, menjual hasil bumi seperti buah-buahan, madu, coklat, dan kerajinan tangan.
Keseimbangan antara Tradisi dan Modernitas: Orang Baduy tetap menghormati kearifan lokal meskipun mereka mudah terpengaruh oleh modernisasi. Sebagai bagian dari identitas budaya mereka, mereka menerapkan praktik pertanian berkelanjutan dan menjaga hubungan harmoni dengan alam.
ADVERTISEMENT
Pengetahuan lokal dipandang oleh masyarakat Baduy sebagai komponen penting dari jati diri mereka. Mereka menerapkan strategi seperti pengelolaan hutan lestari untuk menjaga lingkungan dan sumber daya alam. Mereka mampu bertahan dari dampak buruk globalisasi berkat hal ini. Kemampuan mereka untuk beradaptasi dengan perubahan sosial yang cepat didasarkan pada hubungan mereka dengan alam dan prinsip-prinsip hidup yang sederhana.
Interaksi dengan dunia luar memiliki keuntungan, seperti meningkatkan perekonomian melalui pariwisata, namun globalisasi juga memiliki kekurangan. Jika masyarakat Baduy ceroboh dalam memilih komponen modern yang akan diadopsi, mereka berisiko kehilangan identitas budaya dan nilai-nilai tradisional mereka. Untuk menjamin agar adaptasi tidak mengakibatkan hilangnya identitas mereka, diperlukan mekanisme penyaringan terhadap nilai-nilai budaya asing.
ADVERTISEMENT
3. Tantangan yang Dihadapi
Bahaya terhadap Kearifan Lokal: Secara umum diyakini bahwa modernisasi akan melemahkan nilai-nilai budaya daerah. Masyarakat Baduy berjuang untuk menyeimbangkan antara menjunjung tinggi tradisi dengan menyesuaikan diri dengan perubahan yang dibawa oleh dunia luar.
Pengaruh Budaya Luar: Masyarakat Baduy sangat terpengaruh oleh globalisasi, terutama dalam bentuk modernisasi yang dapat merusak nilai-nilai tradisional mereka. Sementara Baduy Luar menunjukkan kemampuan beradaptasi yang lebih besar dalam memasukkan aspek-aspek kontemporer tanpa mengorbankan tradisi mereka, Baduy Dalam memiliki kecenderungan untuk menjauhkan diri dari pengaruh luar.
Dilema Identitas: Masyarakat Baduy harus memilih antara melestarikan tradisi dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman. Meskipun hukum adat dapat dilihat sebagai penghalang bagi kemajuan sosial dan ekonomi, hukum adat sangat penting untuk melestarikan identitas budaya.
ADVERTISEMENT
4. Strategi Pelestarian
Pemerintah daerah dan masyarakat Baduy sendiri menciptakan sejumlah faktor yang membentuk strategi untuk melestarikan budaya Baduy. Berikut ini adalah beberapa metode yang berhasil dilakukan untuk melestarikan budaya Baduy:
1. Administrasi Pertanahan yang Efektif
Masyarakat Baduy telah menciptakan sistem pertanian berkelanjutan yang mencakup pertanian ladang dan huma, atau penanaman padi kering. Strategi ini memaksimalkan penggunaan lahan yang subur sekaligus menjamin pasokan makanan yang cukup.
2. Pelestarian Budaya Adat
Masyarakat Baduy Dalam masih memegang teguh kepercayaan tradisional. Hal ini terlihat dari ritual-ritual yang telah berlangsung lama, yang meliputi teknik bercocok tanam, pengetahuan lingkungan dari daerah tersebut, teknologi tradisional, dan tindakan konservasi yang telah tertanam kuat dalam budaya masyarakat Baduy.
ADVERTISEMENT
3. Mendokumentasikan Praktik Budaya
Kantor Bahasa Provinsi Banten mengumpulkan dan mendokumentasikan kuliner dan ungkapan budaya Banten untuk mencegah budaya tersebut punah. Hal ini berguna agar generasi mendatang dapat menikmati data budaya yang dapat diakses sebagai arsip nasional.
4. Menghidupkan Kembali Seni dan Sastra
Dengan melatih siswa-siswi SMA dan SMK, pemerintah Banten juga menghidupkan kembali sastra dan seni angklung buhun Baduy. Tujuannya adalah agar generasi mendatang dapat meneruskan tradisi sastra dan seni angklung buhun Baduy.
Kesimpulan
Hasilnya menunjukkan bahwa kebudayaan Baduy sangat kuat untuk beradaptasi dengan globalisasi. Meskipun mereka telah menyesuaikan diri dengan beberapa aspek modernitas, suku Baduy Luar tetap berkomitmen untuk melestarikan kearifan lokal dan tradisi nenek moyang mereka. Dengan menjaga keseimbangan antara tradisi dan perubahan, masyarakat Baduy dapat mempertahankan identitas budaya mereka di tengah perkembangan zaman yang cepat.
ADVERTISEMENT
Daraita Herbalis Febrianti, Mahasiswa Ilmu Komunikasi Universitas Pamulang