Konten dari Pengguna

Solusi Inovatif dalam Permasalahan Food Loss and Waste

Daris Yasser Zuhdi
Mahasiswa S1 Akuntansi - Universitas Airlangga
6 Januari 2025 12:02 WIB
·
waktu baca 5 menit
comment
1
sosmed-whatsapp-white
copy-link-circle
more-vertical
Tulisan dari Daris Yasser Zuhdi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
Sumber: Freepik
zoom-in-whitePerbesar
Sumber: Freepik
ADVERTISEMENT
Jika berbicara tentang sampah memang tidak ada habisnya, termasuk sisa makanan. Masalah sampah makanan di Indonesia merupakan isu yang sangat mendesak dan kompleks, dengan angka hampir 50 juta ton sampah makanan yang dihasilkan setiap tahun, hal ini menyebabkan kerugian ekonomi yang signifikan, diperkirakan mencapai Rp551 triliun atau setara dengan 4-5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) Nasional. Di tengah pemborosan ini, banyak masyarakat yang masih menghadapi masalah kelaparan. Data menunjukkan bahwa sisa makanan yang terbuang sia-sia seharusnya dapat memberi makanan bagi 61-125 juta orang atau sekitar 29-47% dari total populasi Indonesia. Fenomena tersebut mencerminkan ketimpangan yang tajam dalam distribusi pangan di negara ini.
ADVERTISEMENT
Permasalahan ini bermula dari kurangnya kesadaran masyarakat terhadap pentingnya pengelolaan limbah makanan. Kebiasaan menyisakan makanan di meja makan menjadi salah satu penyebab utama. Kurangnya pendidikan terkait pengelolaan sampah juga memperburuk situasi ini menjadi lebih fatal. Masyarakat tidak diajarkan untuk membuang sampah pada tempatnya atau memilah sampah secara benar. Metode pendidikan yang ada seringkali hanya bersifat teoritis dan tidak menyentuh aspek praktis dalam kehidupan sehari-hari. Hal ini menyebabkan masyarakat sulit untuk membiasakan diri dalam mengelola limbah makanan dengan baik.
Sampah makanan tidak hanya merugikan ekonomi, tetapi juga memiliki dampak sosial dan lingkungan yang cukup serius. Dari sisi sosial, limbah makanan berkontribusi terhadap kehilangan nutrisi penting bagi masyarakat. Menurut penelitian, sampah makanan di rumah tangga dan restoran menyebabkan kehilangan protein sebesar 7,46 gram per kapita per hari. Di tengah melimpahnya limbah makanan, Indonesia masih menghadapi masalah kelaparan dan gizi buruk, termasuk prevalansi stunting yang mencapai 21,6% pada tahun 2022.
ADVERTISEMENT
Dari perspektif lingkungan, sampah makanan berkontribusi besar terhadao emisi gas rumah kaca. Diperkirakan bahwa sekitar 8-10% emisi gas rumah kaca tahunan Indonesia berasal dari limbah makanan. Dengan jumlah sampah makanan yang mencapai sekitar 121kg per kapita per tahun, Indonesia menempati urutan keempat sebagai negara dengan produksi sampah makanan terbesar di dunia setelah China, India, dan Nigeria.
Solusi Inovatif: Aplikasi Surplus
Salah satu solusi yang inovatif untuk mengatasi masalah ini adalah dengan menciptakan aplikasi yang menjual sisa-sisa makanan yang masih layak untuk dikonsumsi. Contoh nyata dari inisiatif ini adalah aplikasi Surplus, yang memungkinkan konsumen membeli makanan berlebih dari restoran dan hotel dengan harga diskon hingga 50%. Aplikasi ini tidak hanya memberikan keuntungan bagi konsumen, tetapi juga membantu restoran mengurangi limbah makanan sekaligus meningkatkan pendapatan mereka.
ADVERTISEMENT
Manfaat Aplikasi Surplus:
• Mengurangi Sampah Makanan: Dengan menjual makanan berlebih, aplikasi ini membantu mengurangi jumlah limbah yang dihasilkan oleh restoran dan supermarket.
• Edukasi Konsumen: Aplikasi ini juga berfungsi sebagai platform edukasi, mengubah stigma negatif terhadap makanan berlebih dan meningkatkan kesadaran akan pentingnya mengurangi pemborosan.
• Keuntungan Ekonomi: Konsumen dapat menikmati makanan berkualitas dengan harga yang lebih terjangkau, sementara pelaku usaha dapat meningkatkan pendapatan dan mengurangi biaya pembuangan sampah.
Pembuangan makanan di Indonesia adalah masalah yang kompleks dan memerlukan pendekatan multifaset. Selain inovasi teknologi seperti aplikasi Surplus, perlu ada upaya kolektif dari berbagai pihak untuk meningkatkan kesadaran masyarakat tentang tanggung jawab mereka dalam mengelola limbah makanan. Ini termasuk pendidikan formal mengenai pengelolaan limbah di sekolah-sekolah serta kampanye publik untuk mendorong perilaku bertanggung jawab dalam konsumsi. Pemerintah juga perlu mengambil langkah lebih aktif dalam menangani masalah ini. Kebijakan khusus harus dirumuskan untuk menangani isu food loss and waste secara komprehensif, termasuk dukungan terhadap petani dalam hal teknologi penyimpanan dan distribusi. Dengan demikian, kita bisa menciptakan sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan adil.
ADVERTISEMENT
Peran Masyarakat
Masyarakat juga memiliki peran penting dalam mengatasi masalah ini. Kesadaran akan tanggung jawab individu dalam pengelolaan limbah makanan harus ditingkatkan melalui edukasi dan kampanye kesadaran publik. Hal ini dapat dilakukan melalui berbagai saluran komunikasi seperti media sosial, seminar komunitas, atau program-program di sekolah. Dengan meningkatkan pemahaman tentang dampak negatif dari pemborosan makanan serta manfaat dari pengelolaan yang baik, masyarakat dapat lebih termotivasi untuk mengubah perilaku mereka.
Kesimpulan
Masalah sampah makanan di Indonesia merupakan tantangan besar yang memerlukan perhatian serius dari semua lapisan masyarakat. Dengan hampir 50 juta ton limbah makanan setiap tahun, dampaknya terasa tidak hanya pada ekonomi tetapi juga pada ketahanan pangan dan lingkungan hidup. Melalui inovasi seperti aplikasi Surplus dan peningkatan kesadaran serta pendidikan tentang pengelolaan limbah makanan, kita dapat bersama-sama menghadapi krisis pembuangan makanan ini.
ADVERTISEMENT
Selain itu, kita juga dapat menciptakan solusi yang tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga mendukung ekonomi lokal. Penting bagi masyarakat untuk menyadari tanggung jawab mereka dalam mengelola limbah makanan dan ikut berpartisipasi dalam upaya kolektif untuk menciptakan lingkungan yang lebih baik. Dengan meningkatkan kesadaran dan menyediakan solusi praktis, kita dapat bersama-sama mengatasi krisis pembuangan makanan ini secepatnya.
Untuk mencapai tujuan tersebut, diperlukan beberapa tindakan lanjutan:
1. Kampanye Kesadaran: Meluncurkan kampanye kesadaran nasional tentang pentingnya pengurangan sampah makanan.
2. Pelatihan Pengelolaan Sampah: Menyediakan pelatihan bagi restoran dan rumah tangga mengenai cara efektif untuk mengelola sisa makanan.
3. Kolaborasi dengan Lembaga Swasta: Menggandeng sektor swasta untuk mendukung inisiatif pengurangan sampah melalui sponsor atau program CSR.
ADVERTISEMENT
4. Inovasi Teknologi: Mendorong pengembangan teknologi baru untuk pengolahan sisa makanan menjadi produk berguna seperti kompos atau energi terbarukan.
Dengan langkah-langkah tersebut, harapan untuk mengurangi dampak negatif dari sampah makanan di Indonesia menjadi lebih nyata dan dapat dicapai secara kolektif oleh seluruh elemen masyarakat.
Penulis merupakan Mahasiswa S1 Akuntansi Universitas Airlangga