Tentang KamiPedoman Media SiberKetentuan & Kebijakan PrivasiPanduan KomunitasPeringkat PenulisCara Menulis di kumparanInformasi Kerja SamaBantuanIklanKarir
2024 © PT Dynamo Media Network
Version 1.89.0
Konten dari Pengguna
Kesederhanaan Komunitas Amish di Tengah Modernnya Amerika
6 Mei 2018 7:31 WIB
Diperbarui 14 Maret 2019 21:09 WIB
Tulisan dari Darmawan Hadi tidak mewakili pandangan dari redaksi kumparan
ADVERTISEMENT
Komunitas Amish di Lancaster County, Negara Bagian Pensylvania AS (sumber foto: https://lancasterpa.com/amish/)
ADVERTISEMENT
Mungkin tidak banyak yang tahu bahwa di tengah modernitas Amerika yang begitu maju masih terdapat satu komunitas yang masih mempertahankan pola hidup yang sangat sederhana sesuai ajaran nenek moyang mereka. Itulah komunitas Amish, sekelompok masyarakat di Amerika yang hingga saat ini masih mempertahankan gaya hidup yang jauh dari kata modern.
Komunitas Amish adalah kelompok Kristen tradisional yang berasal dari pengikut Anabaptism Swiss. Kelompok tersebut merupakan sempalan dari Kristen Protestan. Mereka bermigrasi ke Amerika Utara dari benua Eropa pada abad Ke-18 untuk mencari kebebasan dalam menjalankan keyakinannya. Komunitas Amish terkenal dengan pola hidup sederhana, pakaian sederhana, dan menghindar dari penggunaan teknologi modern.
Kehidupan komunitas Amish berpedoman pada sebuah peraturan yang mereka sebut Ordnung. Dari sekian banyak komunitas Amish yang tinggal di AS, terdapat sedikit perbedaan dalam penerapan Ordnung di masing-masing komunitas. Satu hal yang dapat diterima di komunitas tertentu belum tentu diperbolehkan di komunitas lainnya. Misalnya, cara berpakaian, boleh tidaknya penggunaan teknologi, termasuk aturan berinteraksi dengan komunitas non-Amish.
Penulis berkunjung ke Amish Acres di negara bagian Indiana (sumber foto: dok. pribadi)
ADVERTISEMENT
Dalam kunjungan penulis ke salah satu komunitas Amish di Indianapolis, negara bagian Indiana AS, penulis berkesempatan untuk melihat dari dekat bagaimana mereka menjalankan kehidupan sehari-harinya. Namun, tidak seperti berkunjung ke desa atau suku tradisional di Indonesia, turis yang datang tidak diperbolehkan untuk langsung berada di tengah-tengah masyarakat Amish. Para pelancong disediakan satu tempat khusus seluas kurang lebih lima hektar yang digunakan sebagai tempat tour guna menceritakan kehidupan komunitas oleh seorang pemandu (guide).
Mrs. Anne, pemandu penulis bercerita bahwa meskipun berada di tengah-tengah majunya peradaban, transportasi, dan telekomunikasi saat ini, komunitas Amish terus berupaya mempertahankan nilai-nilai yang mereka yakini. Cara berpakaian mereka harus sederhana baik dari unsur bahan dan warnanya. Mereka diharuskan mengenakan warna-warna netral seperti hitam dan putih serta warna kalem lainnya. Komunitas Amish juga memiliki kepercayaan tidak boleh berfoto. Hal ini sesuai pemahaman mereka akan ajaran yang mereka anut. Sehingga ketika mereka sadar dibidik kamera, maka mereka akan memalingkan muka ke arah lain.
Gadis komunitas Amish (sumber foto: https://farm7.static.flickr.com/6021/5921227958_0c16557924_b.jpg)
ADVERTISEMENT
Terdapat ciri khas antara perempuan yang telah menikah dan masih single. Mereka yang telah menikah akan mengenakan penutup kepala berwarna putih khususnya ketika beribadah di Gereja. Sementara yang masih lajang akan mengenakan penutup kepala warna hitam. Mereka juga memiliki aturan bahwa rambutnya tidak boleh dipotong. Untuk pakaian, mereka harus memakai baju lengan panjang yang dilapisi apron (celemek) di bagian luar dengan bawahan rok panjang. Mereka tidak diperbolehkan memakai celana panjang. Begitupun halnya dengan perhiasan. Tidak ada wanita Amish yang memakai perhiasan.
Bagi pria yang masih lajang diharuskan selalu mencukur kumis dan jenggotnya. Namun ketika telah menikah, mereka malah diharuskan memanjangkan jenggotnya (tidak boleh dipotong/dicukur). Bagi mereka, jenggot panjang menunjukkan tingkat kedewasaan. Ciri khas lain dari kaum pria Amish yaitu selalu menggunakan topi. Dalam komunitas gerejanya, ukuran topi mencerminkan umur dan status yang dimiliki.
ADVERTISEMENT
Melahirkan anak, membesarkannya, dan bersosialisasi dengan tetangga, keluarga, dan anggota komunitas Amish lainnya merupakan nilai utama kehidupan mereka. Umumnya, mereka percaya bahwa banyak anak (keluarga besar) adalah anugerah dari Tuhan. Dengan kata lain, keluarga menjadi sentral dalam kehidupan suku Amish. Mereka juga berkeyakinan bahwa memelihara orang tua adalah salah satu kewajiban yang harus dipenuhi.
Komunitas Amish bergotong royong membangun gudang/lumbung penyimpanan hasil pertanian (sumber foto: https://i.pinimg.com/originals/17/28/a5/1728a5c718236710765ffe02bc776108.jpg)
Di sisi lain, bekerja keras merupakan satu kebajikan bagi mereka. Sementara perkembangan teknologi dianggap sebagai ancaman karena dapat mengurangi semangat kerja keras, semangat kebersamaan, dan ikatan kekeluargaan. Ketika salah satu keluarga atau anggota masyarakat Amish mengalami musibah kebakaran, misalnya, maka seluruh anggota keluarga dan masyarakat akan bahu-membahu bergotong-royong membangun kembali properti yang telah hancur tanpa imbalan jasa.
ADVERTISEMENT
Mayoritas komunitas Amish hidup dari bertani. Di tengah majunya alat dan teknologi pertanian Amerika, mereka masih bertahan menggunakan alat-alat tradisional. Mereka menolak untuk mempergunakan mesin traktor. Sebaliknya, mereka memilih membajak lahan pertaniannya dengan menggunakan tenaga kuda. Begitupun halnya ketika musim panen tiba. Mereka memetik hasil pertanian menggunakan tangan secara bersama-sama dengan anggota keluarganya.
Seorang pemuda Amish tengah membajak sawahnya (sumber foto: http://hardnewscafe.usu.edu/wp-content/uploads/2011/06/DanSmithAmishTP.jpg)
Alat transportasi utama mereka adalah kereta kuda mirip kereta kencana zaman kerajaan Majapahit dulu. Mereka tidak boleh memiliki kendaraan pribadi. Bagi komunitas Amish kendaraan pribadi dapat menimbulkan kesombongan dan membuat mereka terlena akan urusan duniawi. Namun demikian, mereka masih dapat menerima transportasi publik. Mereka sering menyewa angkutan umum seperti bis untuk bepergian rame-rame dengan keluarga dan kerabatnya. Satu-satunya alat transportasi publik yang hingga saat ini masih mereka hindari adalah pesawat terbang.
Alat transportasi utama komunitas Amish (sumber foto: https://lancasterpa.com/amish/amish-history/)
ADVERTISEMENT
Kita juga tidak akan menemukan TV, Radio, dan alat elektronik lainnya di rumah-rumah komunitas Amish. Lagi-lagi itu disebabkan karena keyakinan mereka bahwa kehidupan modern dapat menggerus nilai-nilai yang selama ini mereka telah yakini. Karenanya orang Amish dewasa dan anak-anak menghabiskan sebagian besar waktunya untuk membaca, bermain permainan tradisional, dan bermain puzzle. Sementara para wanitanya menjahit, merajut, dan merapikan rumah.
Sekolah komunitas Amish (sumber foto: https://lancasterpa.com/amish/amish-schools/)
Untuk pendidikan, komunitas Amish memiliki sekolah mandiri dengan guru dari kalangan mereka sendiri. Sekolah terdiri dari satu ruangan besar yang manampung 15 hingga 40 siswa. Siswa akan diasuh oleh seorang guru wanita muda dan dibantu seorang asisten. Lama pendidikan berlangsung selama delapan tahun yang mereka nilai cukup bagi anak-anak Amish sebagai bekal menjalani kehidupan.
ADVERTISEMENT
Dalam perjalanannya, komunitas Amish banyak mendapatkan tekanan untuk menyesuaikan diri dengan perkembangan peradaban yang terus melaju. Namun hingga saat ini mereka masih mampu bertahan dengan karakter, nilai, dan budaya yang mereka miliki. Akankah mereka mampu untuk terus bertahan?. Waktu yang akan menjawabnya.
Berbelanja souvenir di Amish Acres, negara bagian Indiana (sumber foto: dok. pribadi)